BAB 2

"Kak, besok kita pergi jalan ke kebun teh ya!" Aisyah membuka suara di sela suapan makan malamnya.

Husna tersenyum. "InsyaAllah ya dek. Soalnya besok kakak mesti ke kandang dulu." Jawab wanita itu.

"Kalau gitu, aku ikut ke ke kandang aja deh kak."

Ucapan Aisyah membuat pria yang tadinya tak perduli, menjadi ikut berucap. "Eh, iler. Ngapain lo ikut ke kandang itik. Ntar lo ketularan bauk lagi." Ucapnya sambil melirik ke arah Husna.

"Ih, kakak ah. Biar aja bauk, ntar kan bisa mandi." Gadis itu memanyunkan bibirnya.

"Serah lo aja deh. Awas kalau lo bauk, ntar gue tinggal di perempatan." Ancam Mikail.

"Coba aja kalau berani. Wek." Gadis itu melet.

"Uh..." Dia melempar tahu goreng ke arah sang adik.

"Mas, jangan melempar rejeki seperti itu."

Husna menasehati.

"Diam deh lo. Nggak usah ikut campur dengan kehidupan orang lain." Ucap Mikail dengan nada marah.

Husna tersentak. Ia langsung terdiam di kursinya.

"Mika, kenapa ngomong seperti itu sama Husna? Dia ini bukan orang lain, kalian sudah di jodohkan dari kecil. Jadi, sebentar dia lagi akan menjadi istri kamu." Eyang Nunik tiba-tiba sudah berdiri di belakang Mika.

Pria itu mengepalkan tangannya kuat mencoba menahan kekesalan. Kesal karena ia merasa, semua orang selalu membela gadis di hadapannya itu.

"Iya eyang." Akhirnya, dia hanya mampu berucap Iya.

Setelah eyang ikut bergabung bersama mereka. Maka, tak terdengar lagi pertengkaran di meja. Semua asik menikmati makanan masing masing.

"Eh, itik." Mikail menyapa saat Husna sedang sibuk melipat baju di kamarnya.

"Ya Allah mas. Kenapa ke sini sih. Nanti kalau di lihat sama eyang bahaya. Takutnya, beliau mikir yang aneh-aneh lagi." Husna berdiri sambil mengisyaratkan agar pria yang santai di pintu kamarnya, untuk segera keluar.

"Jangan kegeeran. Gue ke sini cuma mau ngingetin, besok ketika lo ikut ke kota. Jangan bikin repot gue di sana. Kalau nyokap nyuruh lo buat pergi sama gue. Lo tolak aja, kasih alasan apa kek. Yang penting kita jangan sampai deket-deket. Karena, gue jijik liat lo."

Ucapan Mikail serasa sembilu yang menusuk jantung hati Husna. Meski ia tak mencintai Mikail, tapi ucapannya terlalu kejam baginya.

"Tenang saja, bukan hanya mas, tapi aku juga risih jika kita berduaan." Wanita itu berucap sambil tersenyum.

"Bagus, gue pegang kata-kata loe." Pria itu berbalik.

"Besok, jam 2 kita berangkat." Ucapnya tanpa menoleh. Kemudian berlalu.

Waktu berjalan. Husna, Mikail dan Aisyah sudah berada dalam mobil. Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke kota. Aisyah asik dengan ulahnya yang selalu membuat sang kakak emosi.

Tapi, tidak dengan Husna.Wanita itu hanya diam melihat ke arah jendela. Ia malas membuka mulutnya, karena gadis itu tau kalau Mikail sangat tidak suka mendengar suaranya.

"Tit.. tit.." Suara klakson dari mobil belakang membuat Mikail sontak menghentikan mobilnya.

Dan, mobil yang dari tadi asik menklakson juga ikut berhenti. Terlihat seorang pria tampan keluar dari kursi kemudi.

"Mas Faiz?" Husna kaget melihat pria itu.

Ia menoleh ke arah Mikail.

"Lo kenal?" Mikail bertanya ketus.

"Iya, dia senior saya di pengajian." Jawabnya lembut.

"Ya ampun kakak. Ganteng banget, ini baru lelaki idaman Ica." Gadis yang duduk di sebelah Mikail, langsung berdecak kagum.

"Tak" Mikail menjitak kening sang adik

"Tau apa lo soal pria tampan. Iler lo tuh urusin" Ucapnya sadis.

"Bilang aja ngiri. Itu malaikat, ini setan. Hahaha.." Aisyah mengejek sang kakak.

"Ngomong lagi, gue tinggalin lo di sini. Mau?" Tanya pria itu dengan mata nyalang.

"Iya, sorry." Gadis itu segera menutup mulutnya.

"Lo, ngapain masih di sini. Sana samperin, gue nggak mau telat gara-gara lo." Pria itu mengusir.

"Tunggu sebentar ya mas." Meski tak mendapat jawaban Husna tetap tersenyum. Ia membuka sabuk pengaman, lalu mulai melangkah keluar.

Tak butuh waktu lama. Husna selesai berurusan dengan pria itu. Ia kembali membawa satu jinjing paper bag.

"Cieh, cieh dapat bingkisan ni ye.." Aisyah meledek pada wanita yang baru masuk itu.

"Bukan dek. Ini adalah materi pengajian bulan depan. Mas Faiz sengaja memberikan sekarang. supaya kakak bisa mulai menghafalnya." Husna berucap lembut.

"Keknya pria itu suka sama lo. Kalian satu tipe, kenapa lo tidak menikah dengan dia saja." Mikail berucap saat mobil sudah berjalan kembali.

"Jodoh bukan di tangan saya mas. Allah yang sudah mengaturnya." Jawab Husna.

"Gue males ngomong sama lo, karena ini. Sikit-sikit bawa agama. Kalau lo mau ceramah, sana di masjid." Ucap Mikail kesal.

"Astagfirullah." Wanita itu berucap menenangkan hatinya.

"Ih." Aisyah mencubit lengan sang kakak.

"Tidak usah di ambil hati kak. Kak Mika emang gitu, kalau ngomong suka bikin kesel." Gadis tadi berucap sambil menoleh ke arah Husna. Dan, wanita itu membalas dengan senyuman dan anggukan.

"Husna, Alhamdulilah anak mama sampai juga." Nani segera memeluk sang keponakan sekaligus calon menantunya hangat.

"Mama gimana kabarnya?" Husna berucap saat pelukan mereka terlepas.

"Alhamdulillah sehat sayang. Mari masuk!" Nani mempersilahkan.

"Mama, kok gitu. Mentang mentang kak Husna datang. Ica langsung di cuekin." Seorang wanita lain berucap dengan manja.

"Hahaha.. nggak sayang. Muach." Nani mendaratkan satu kecupan di pipi putrinya.

"Lo, kok pada masuk. Trus siapa yang bawa ini semua?" Mikail protes saat melihat ke 3 orang tadi melangkah masuk.

"Ya kamulah. Bik ijah sudah pulang, jadi kamu angkat sendiri saja." Sang mama berucap tanpa menoleh.

"Ih, bikin kesel. Si itik itu bawa apa sekarung penuh gini. Mana berat lagi." Mikail merutuk sambil terus menyeret karung yang berisi beras dan umbi-umbian. Buah tangan dari eyangnya.

Malam hari datang, terlihat Husna tengah sibuk mengurus makan malam keluarga itu seorang diri. Calon mertuanya masih sibuk video caal dengan suaminya, yang sedang berada di Belanda.

"Tidak usah sok sibuk. Lo sengaja ngerjain ini semua supaya di anggap menantu yang baikkan?" Mikail datang, ia membuka kulkas dan menuang segelas air mineral dingin.

"Berhentilah dengan sifat buruk sangkanya mas." Husna masih bisa berucap lembut.

"Cih, gimana di sini. Nyaman kan? Aku rasa kau pasti sudah berkhayal bakalan menjadi nyonya besar di rumah ini." Lagi, mulut pria itu masih mengeluarkan kata penuh durinya.

Husna menghentikan tangannya dari memotong mentimun. "Kalau mas begitu membenciku. Kenapa tidak berusaha menolak perjodohan kita." Akhirnya gadis itu berani menatap mata Mikail.

"Sudah, tapi mama bersikeras. Aku tidak bisa menolaknya." Jawab pria itu.

"Maka, hal yang sama juga terjadi padaku. Mas bukan pria yang ku impikan untuk menjadi imam. Tapi, aku selalu mencoba berdamai dengan nasib. Maka dari itu, tolong lakukan hal yang sama padaku. Acuhkan saja aku, dari pada mas terus menambah dosa dengan menyakiti orang lain dengan perkataanmu yang tak ber-akhlak." Husna langsung memotong timun di tangannya menjadi dua, sambil menatap tajam pada Mikail.

Pria itu merasa ngilu. Dia membayangkan sesuatu yang lain bisa saja segera putus.

"Oke, kalau itu yang lo mau. Jangan ngomong sama gue, dan gue akan melakukan hal yang sama." Ucapnya sambil berlalu meninggalkan Husna. Ini pertama kalinya pria itu melihat pribadi garang Husna seperti tadi. Biasanya gadis itu hanya bisa diam jika di hina.

"Sepertinya dia salah minum obat." Pria itu berucap dalam hati.

BERSAMBUNG

MOHON BANTU VOTE, LIKE, BERI HADIAH DAN SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTARNYA.

TERIMA KASIH.

Terpopuler

Comments

🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹

🐈ˢᵏ🎀Vin Vitri🌹

husna sama Faiz aja

2021-08-22

0

💕 Emmy 💗💗💗

💕 Emmy 💗💗💗

galak amat si abang...

2021-07-20

0

Aninda Anin

Aninda Anin

lemh bukn berarti tidk bisa tegas babang ......awas tuh kemkn ucpn sendri ....

2021-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!