Rasakan Di Hatimu, Suamiku
"Mikail, mama tidak mau tau apapun yang kamu lakukan di luar sana. Tapi, yang perlu di ingat adalah, kamu sudah punya jodoh. Dan hal ini tidak bisa di batalkan. Kecuali jika mama sudah mati." Ucapan seorang wanita berhasil membuat pemuda yang sudah menaiki motor ninja Nya, turun kembali.
"Muach, I love you mama." Setelah mengecup pipi sang ibu, pemuda itu menaiki motornya kembali, kemudian berlalu. Meninggalkan sang ibu yang hanya bisa mengurut dada.
Pemuda itu adalah Mikail khairun pahlevi (25 tahun). Anak pertama dari pasangan Tuan Aidil khairun pahlevi dan nyonya Nani wijaya. Mereka memiliki sepasang putra dan putri. Dan, Aisyah khairun pahlevi adalah nama putri mereka.
Di sebuah club malam.
"Mik, ayuk!" Seorang wanita terlihat menggesek-gesekkan dadanya ke lengan pria yang bernama Mikail itu.
"Syut..Bersabarlah. Kita nikmati ini dulu." Ucap pria itu sambil terus berjoget. Di bawah alunan musik yang memekakkan telinga.
Entah berapa lama ia berada di sana. Hingga dini hari, akhirnya pria itu memutuskan untuk pulang ke rumah.
Mikail sengaja mematikan mesin motornya jauh dari rumah. Ia tak ingin sang ibu terbangun dan kembali mengomelinya. Pria itu membuka pintu dengan sepelan mungkin. Kemudian berjalan mengendap-endap.
"Bagus Mika" Tiba-tiba semua lampu menyala. Dan, sang mama sudah berdiri sambil berkacak pinggang.
"Mama, tadi Mika sudah mau pulang ma, tapi ban motor tiba tiba bocor." Helahnya.
"Apa kau pikir mama Mu ini bodoh?" Wanita itu mendekat.
Mikail mencoba mencari alasan lain. "Mah, marahnya di tunda besok ya! Mika harus tidur mah, besok pagi-pagi harus jumpa sama dosen." Pria itu mundur saat melihat sang mama memgambil sapu. Senjata andalan sang ibu.
"Oh, giliran sudah di rumah. Kamu baru ingat dosen. Tapi kalau di club, kamu ingatnya apa, Syetan?" Sang mama langsung mengayunkan tangkai sapu.
Mikail lari mengelilingi kursi tamu. Mencoba menghindar dari pukulan ibunya. "Mah, istigfar mah. Mika sudah besar, masa masih di pukul kek gini." Pria itu protes.
"Apa kamu bilang, sudah besar?" Sang mama ngos-ngosan.
Mikail tersenyum tanda kemenangan. "Iya dong mah. Bentar lagi sudah 25 tahun. Masa, masih aja di pukul pake tangkai sapu." Jawabnya, sambil mendekat. Ia meraih sapu, kemudian menggiring sang mama untuk duduk. Pria itu juga mulai memijit pundak sang ibu.
"Baiklah, apa kau yakin kalau kau sudah besar?" Sang mama bertanya kembali.
"Yoi.." Jawabnya dengan semangat 45.
"Oke, besok kamu ke kampung. Dan, bawa menantu mama ke sini." Ucapan sang ibu berhasil membuat tangan Mikail terhenti.
"Aduh buset. Kena jebak kan gue." Pria itu merutuk.
"Jadwal pelajaran kampus Mika besok padat mah. Jadi, dengan terpaksa Mika harus menolak permintaan Mama." Jawab pria itu sambil tersenyum.
"Apa kau pikir Mama tidak tahu jadwal kampusmu? Jangan lupa kalau mama adalah dosen di sana." Lagi, wanita itu mematahkan alasan yang diberikan oleh Mikail.
"Iya, tapi mah.."
"Mika sudah. Tidak usah banyak alasan kamu. Pokoknya Mama ingin kamu besok pulang kampung dan bawa calon menantu mama ke sini. Kalau tidak semua ATM dan fasilitas yang kamu miliki, akan mama cabut." Ucap sang ibu, kemudian wanita paruh baya itu berjalan kembali menuju kamar.
Mikail terlihat mengacak-acak rambutnya frustasi. "Tolong lah mah. Masa Mika datang ke sana sendiri. Males ah mah." Rengek pria itu sambil mengikuti langkah sang ibu.
"Mama tidak bilang kalau kau pergi sendiri. Besok adikmu akan menemani Mu pulang ke kampung. Kebetulan dia lagi suntuk katanya." Tambah Nani.
"What, si iler itu ikut juga? No mah, Ica itu manja, bikin repot Mika aja ntar. Lebih baik Mika pergi sendiri aja deh" Ucapnya lagi, dengan hati yang semakin mendongkol.
"Keputusan mama sudah bulat. Jadi, tidak ada tawar menawar lagi. Kamu pergi, atau kembelikan fasilitas yang mama kasih." Nani menampung tangannya pada sang anak. Menunggu pria itu memberikan sesuatu.
"Oke, baiklah. Besok Mika berangkat. Mama puas?" Ucapnya dengan wajah melemas. Kemudian berlalu menuju kemarnya.
Nani semakin melebarkan senyumnya. Wanita paruh baya yang masih terlihat segar dan cantik itu, sangat bahagia karena ia dapat memenangkan pertempuran dengan sang anak.
"Aduh mati gue. Kenapa sih nyokap gue suka banget sama si gembala itik itu? Sudah lah bauk, kucel, kumel, hidupnya nyusain orang lagi. Awas ya lo tukang itik. Begitu lo sampai di sini. Gue akan bikin perhitungan sama lo." Mikail ngedumel sendiri.
"Iler, cepat woi. Kalau nggak gue tinggal nih. Tit.. tit.." Mikail terus membunyikan klaksonnya.
"Mika, sabar sedikit napa!" Nani menasehati.
"Iya, iya, ih kakak ah.." Terlihat seorang wanita cantik, berhijab berlari menuruni anak tangga.
"Lo itu ya, cuma mau ke kampung udik itu aja, dandannya ampe seharian. Siapa sih yang mau lo temuin di sana?" Mikail masih saja merutuk.
"Ih, bawel." Gadis itu langsung memasukkan tasnya ke bagasi. Setelahnya, mereka langsung pamit pada sang ibu.
Tak lama, mobil mereka berangkat. Jarak kota tempat tinggalnya dengan kampung halaman sang ibu, bisa memakan waktu 4 jam perjalanan memakai mobil. Dan, Mika lebih memilih menyetir sendiri dari pada harus memakai jasa supir.
Mobil mereka baru memasuki halaman rumah kayu besar yang bercorak khas adat itu, ketika hari hampir memasuki waktu senja.
Pria itu keluar dari mobil. Lalu, meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal karena mengemudi terlalu lama.
"Alhamdulillah Mika, Aisyah. Akhirnya kalian sampai juga. Eyang ampe khawatir lo sama kalian." Seorang wanita tua datang memeluk mereka sambil tersenyum.
"Maaf, eyang. Gara-gara si iler tuh. Sepanjang jalan, dia minta berenti turus. Mau jajan ini lah, jajan itulah. Bikin kesel eyang." Ia menatap kesal ke arah sang adik.
"uh.. dasar. Cowok pemarah. Ica kan, pengen menikmati perjalanan eyang. Namanya juga sekali sekali pulang." Ucapnya sambil mendaratkan kepala pada pundak sang nenek
Wanita tua yang bernama Nunik itu tertawa sambil membelai punggung sang cucu. "Sudah, sudah. Mari masuk! Sudah mau maghrib." Ucapan sang eyang berhasil memutus perdebatan 2 saudara tadi.
Mereka langsung melangkah masuk. Aisyah langsung mengarahkan matanya ke seluruh ruangan. Mencari seseorang. "Eyang, kak Husna mana ya?" Pertanyaan Aisyah mendapat tatapan tajam dari Mikail.
"Husna pergi ke masjid, hari ini ada acara lomba baca Alqur'an. Dia menjadi salah satu juri di sana." Jawab eyangnya.
"Oh.. emangnya kak Husna pulang jam berapa eyang?" Lagi gadis itu bertanya ketika sudah duduk di sofa ruang tamu.
"Palingan setelah shalat isa. Pergilah istirahat di kamar Husna." Sang eyang membelai lengan Aisyah.
"Dan kamu Mika, istirahat saja di kamar belakang." Tatapannya pindah ke arah Mikail
"Iya, eyang." Jawab mereka serentak.
Waktu berlalu, Mikail yang sedang terlelap tiba-tiba terbangun saat mendengar suara ribut di dapur. Ia mengucek matanya beberapa kali mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih berceceran di alam mimpi.
Dan, hal pertama yang di ciumnya adalah aroma wangi yang membuat perutnya berbunyi.
Dan, tanpa di beri aba-aba pria itu bangkit dan berjalan menuju arah datangnya aroma.
"Waw.. pergedel jagung. Kesukaan gue nih." Pria itu meraih dan memasukkan satu pergedel ke mulutnya.
"Kalau makan, baca Bismillah dulu. Biar berkah." Suara lembut seorang wanita, berhasil mengejutkan Mikail.
Pria itu menoleh, terlihat wanita sederhana berkerudung hitam telah berdiri di belakangnya. "Eh itik. Jangan sok menasehati orang tua deh lo." Ucapnya. Kemudian berlalu.
"Itik, bikinin gue sirup pake es. Antar ke ruang tamu." Ucapnya tanpa menoleh.
Wanita tadi yang tak lain adalah Husna, hanya bisa menggeleng sambil menarik nafas. Dia sangat hafal dengan sikap kasar sang sepupu yang juga merangkap sebagai calon suaminya itu.
TBC
MOHON BANTU VOTE, LIKE, BERI HADIAH DAN SILAHKAN BERKOMENTAR RIA.
Ini novel ke 2 ya Readers. Bagi yang belum membaca novel pertama saya, silahkan mampir, judulnya..SUAMIKU, KEKASIHMU. Baper say...
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Resya Alfaro
q baru pindah novel baru ini kak....
.
2021-08-26
0
Laila Umroh
aku mampir Thor...bagus ceritanya,Semgat ya thor
2021-08-21
0
Yati Parmin
semangat thor...
2021-08-20
0