Pekerjaan yang berat telah berhasil kami lakukan. Segala usaha terbaik telah kami lakukan untuk memastikan penilaian akreditasi mendapatkan hasil yang maksimal. Hal terakhir yang bisa kami lakukan sekarang adalah berdoa sebaik mungkin.
Semoga saja nilai yang kita dapatkan memuaskan. Karena nilai dari akreditasi akan mempengaruhi sekolah kami beberapa tahun ke depan. Meskipun sebagian besar orang tua mungkin tidak akan memilih sekolah berdasarkan akreditasi, paling tidak akreditasi bisa sedikit menambahkan peluang sekolah ini menjadi sekolah pilihan para orangtua murid.
Meskipun begitu, kami tidak sempat bengong sambil menunggu hasil tersebut datang. Karena tugas kami sebagai pengajar tetap menjadi yang utama. Aku tetap melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (***) seperti biasa. Tidak bisa libur meskipun capek setelah melakukan tugas mengerjakan arsip akreditasi.
Bisa saja aku hanya memberikan tugas kepada mereka tanpa memberikan penjelasan materi. Namun terlalu sering melakukan hal ini akan membuat guru lainnya tidak senang karena terkesan aku terlalu malas. Pemberian tugas hanyalah langkah terakhir ketika terjadi suatu hal yang tidak bisa aku tunda. Contohnya ketika aku sakit atau ada urusan keluarga yang mendesak.
Beberapa minggu telah berlalu semenjak penilaian akreditasi dilakukan. Akhirnya hasil yang ditunggu telah datang. Terbungkus dengan amplop yang rapi. Nilai dari akreditasi sekolah kami. Tentunya kepala sekolah dan wakil kepala sekolah merupakan orang yang pertama kali membuka nilai tersebut. Setelah membaca nilainya, mereka mengumpulkan semua guru dan staff untuk berkumpul. Semua pegawai sekolah berkumpul di ruang guru.
“Terima kasih kehadiran bapak ibu dewan guru dan staff TU di sini. Pertemuan kali ini saya akan membahas mengenai hasil dari penilaian Tim akreditasi yang telah datang beberapa minggu lalu.” Dengan muka tegang kepsek memulai rapat dengan pembukaan. Beberapa muka guru yang lain juga ada yang cukup tegang. Terutama yang memiliki pengaruh besar terhadap penilaian seperti kajur dan ketua tim pengurus akreditas.
“Dengan surat ini tim akreditas menyatakan bahwa…. Sekolah kita mendapatkan nilai...B” Kepsek membacakan nilai yang kami dapatkan untuk akreditasi periode ini.
‘Haaah, kita dapat B ternyata.’ gumamku dalam hati. Aku juga melihat guru yang lain juga memiliki ekspresi yang bervariasi. Ada yang biasa saja, ada yang sedikit murung, tapi juga ada yang berwajah ceria. Entah kenapa ada yang wajahnya cerita, mungkin dia lega karena masalah akreditasi sudah selesai? Aku tidak sempat menanyakan perihal ini kepada staf tersebut.
“Tidak apa-apa bapak ibu. Kita harus bersyukur tidak mendapatkan nilai yang jelek. Semoga saja kedepannya kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Saya tahu kita semua telah melakukan yang terbaik.” Ucap kepsek sambil membicarakan hal lain sebelum membubarkan rapat.
Memang ucapan kepsek sangat menghibur namun saya tetap bingung apa pekerjaan kepsek dalam penilaian kali ini. Apakah hanya tanda tangan dan memberikan perintah saja? aku sebagai guru jujur tidak melihatnya bekerja selama periode ini.
“Bagaimana dengan proses pembuatan dokumen pengajar bapak ibu? semua sudah beres?” Kepsek melanjutkan pembicaraan ke topik selanjutnya.
Dokumen yang kepala sekolah maksud merupakan SKL, KD, dan dokumen lainnya. Sebagai guru senior, kebanyakan dari mereka hanya mengambil dokumen tahun lalu dan diganti tahunnya saja. Isi dari dokumen mereka tidak banyak mengalami perubahan. Selama pemerintah tidak mengeluarkan uji kompetensi baru.
Hal ini sangat menyulitkan bagiku sebagai guru baru. Karena aku tidak pernah membuat dokumen ini sebelumnya. Ditambah guru lain kebanyakan tidak bisa membantu karena mereka juga harus mengerjakan tugas yang lain. Alhasil aku mengalami keterlambatan dalam pembuatan dokumen ini. Untungnya kepsek memaklumi hal ini dan tidak menuntutku lebih jauh. Apalagi statusku sebagai guru pengganti seharusnya tidak perlu membuat hal ini. Karena guru tetaplah yang biasanya membuat dokumen tersebut.
Setelah kepsek selesai membahas agenda, ia kembali ke ruangannya dan kami para guru kembali ke pekerjaan kami masing-masing. Meskipun kami rapat, kegiatan *** masih harus berjalan sesuai jadwal.
Beberapa hari setelah kejadian ini, tiba-tiba kepsek kembali meminta kami untuk berkumpul.
“Ada apa bu kepsek? apakah ada pengumuman baru yang ingin disampaikan?” Tanya salah satu guru kepada kepala sekolah. Berbeda dengan rapat sebelumnya, kali ini kepala sekolah memiliki wajah yang lebih ceria.
Kepsek menghela nafas dan berkata “Alhamdulilah bapak ibu, ternyata terdapat koreksi dari penilaian akreditasi. Hasil akhir penilaian...ternyata kita mendapatkan nilai A”
“Alhamdulilah” Semua orang dalam rapat mengucapkan kalimat yang sama. Kami semua bersyukur ternyata kami mendapatkan nilai yang terbaik. Tidak banyak sekolah yang mendapatkan nilai ini. Apalagi sekolah dengan fasilitas minim seperti kami.
“Kenapa bisa seperti itu bu?”
“Saya juga kurang paham, namun kemarin pihak sekolah mendapatkan pengumuman untuk koreksi penilaian akreditas.”
Entah apa yang menyebabkan ini bisa terjadi. Apakah tim penilai melakukan kesalahan? atau mereka melakukan pertimbangan lain setelah mengkaji ulang nilai sekolah kami. Setahu saya, kami tidak melakukan hal lain setelah mendapatkan nilai ini. Kami tidak menghubungi tim penilaian untuk meningkatkan nilai kami. Setahuku kami juga tidak menggunakan cara kotor. Entah apa yang terjadi dibalik ini. Namun rasanya bagaikan mimpi saja sekolah kami mendapatkan nilai A.
Dengan nilai ini harapannya nanti bisa kami gunakan sebagai amunisi dalam promosi sekolah kami ketika masa Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kudengar akhir tahun ini kami sudah akan memulai membuat panitia untuk kegiatan ini.
“Terima kasih atas kerja kerasnya bapak ibu. Berkat kerja kita semua, akhirnya kita bisa mendapatkan nilai A untuk periode kali ini.” Kepala sekolah memberikan selamat dan terima kasih kepada kami semua. Sayangnya ada satu orang yang tidak hadir, Rangga. Ia benar-benar sudah berhenti sebagai staff dari sekolah ini. Sepertinya sebentar lagi akan ada staff baru yang menggantikan posisinya yang kosong.
Selain Rangga, terdapat staff lainnya yang pindah tempat kerja. Karena ia mendapatkan tempat kerja yang baru. Nama staff itu adalah Napri, ia bekerja sebagai petugas laboratorium komputer. Mengenai ini akan saya bahas di lain kesempatan. Cerita dari staf ini cukup menarik untuk diceritakan.
Kami semua senang setelah mendengar kabar bahagia ini. Tentunya kami sangat senang tempat kami bekerja mendapatkan nilai yang memuaskan. Namun aku pribadi menantikan apakah komisi yang kami dapatkan meningkat seiring dengan penilaian yang meningkat ini? hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Kepala sekolah langsung pamit setelah ngobrol sebentar dengan guru-guru yang lain. Karena aku memang tidak suka banyak ngomong, aku hanya mendengarkan pembicaraan mereka saja. Mau tidak mau aku mendengar omongan mereka karena berada dalam ruangan yang sama. Sulit untuk menghalangi mereka untuk mulai ghibah seperti biasa.
“bapak ibu, ayo kesini untuk mengambil komisi akreditasi” Salah satu guru mengumumkan hal ini. Akhirnya komisi yang kami nantikan datang. Aku sudah sangat menantikan hal ini.
“Aku mau mengambil bagianku bu.” Aku langsung mendatangi guru tersebut setelah melihat tidak ada lagi guru yang mengantri untuk mengambil. Mengantri merupakan hal yang membosankan sehingga aku menunggu situasi kosong dulu baru mengambil komisi. Daripada capek ngantri, lebih baik menunggu ketika antriannya kosong saja. Toh meskipun ngambilnya terakhir, tidak mungkin akan kejadian komisinya hilang. Berbeda dengan saat mengantri untuk membeli barang diskon.
‘Pak Ray ya, tanda tangan disini pak. Ini komisinya.” Aku menandatangani absen komisi dan mengambil amplop yang diberikan. Setiap komisi seperti ini harus ada tanda tangan dan absensi. Sebagai barang bukti bahwa komisi telah diambil oleh orang yang bersangkutan. Tidak lucu kalau ternyata komisinya salah alamat. Bisa muncul pertikaian nantinya.
Sekilas aku juga melihat komisi dari orang lain. Ketua panitia pastinya mendapatkan jatah lebih banyak dari anggota panitia sepertiku .Namun aku agak kurang senang saat kepala sekolah yang kerjanya tidak aku lihat secara nyata namun mendapatkan komisi paling tinggi. Aku hanya bisa istighfar saja dengan pikiranku ini. Semoga saja suatu saat nanti aku juga bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari komisi kepala sekolah.
Meskipun jumlah komisi tidak seperti yang diharapkan (lebih kecil dari harapan). Aku tidak boleh kufur nikmat dan harus bersyukur dengan apa yang ada. Tidak lupa aku juga selalu menyisihkan sebagian harta untuk disedekahkan. Ini merupakan tradisiku setiap mendapatkan uang. Karena katanya ada beberapa rezeki orang yang dititipi ke kita sehingga harus melakukan donasi sebanyak mungkin.
Tuhan pasti akan membalas sedekah kita berkali-kali lipat. Beda dengan titip uang kepada orang bisa dibawa kabur uangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
hasmag
hasilnya sudah keluar, Kira-kira apa cerita selanjutnya?
2021-09-13
0