Kakek, merupakan orang tua dari bapak dan ibu kita. Tanpa adanya mereka, orang tua kita tidak akan lahir dan kita sebagai anak orangtua juga tidak akan ada.
Kehadiran kakek merupakan sesuatu yang spesial karena ada beberapa anak yang dari lahir tidak pernah melihat kakek mereka karena sudah tiada.
Normalnya setiap anak akan memiliki dua pasang kakek nenek. Satu dari sisi ibu dan satu dari sisi ayah. Tapi bisa saja ada sedikit perbedaan sesuai dengan kondisi keluarga masing-masing.
Saat aku sudah memasuki dunia kerja, satu orang kakek dan nenek sudah pergi meninggalkan dunia ini. Kakek dari ibu dan nenek dari sisi ayah.
Karena itulah ini waktu yang tepat untuk berbakti kepada kakek dan nenek yang masih ada. Namun menurut aku pribadi, yang seharusnya berbakti adalah orangtua kita. Karena mereka harus berbakti kepada orang tua. Bukan cucu berbakti kepada kakek.
Setelah nenek tiada, kakek dari sisi ayah menjadi pribadi yang manja. Setiap hari selalu meminta anaknya pergi ke rumah untuk menemani dirinya.
Sebagai anak saya kadang menggantikan ayah untuk menemani kakek. Awalnya semua anak mereka menyerahkan tugas menjaga ini ke ibu dan bapak saya, karena rumah kami yang paling dekat dengan rumah kakek.
Ibu aku langsung protes "lah, yang anaknya siapa kok saya yang jaga. Mana baktinya ke orang tua?" Mendengar kalimat tersebut semua om dan Tante saya langsung menyusun jadwal jaga diantara mereka.
Setiap hari om dan Tante saya bergantian jaga. Kasihan ada yang dapat Sabtu Minggu karena rumah mereka cukup jauh dari rumah kakek sehingga tidak bisa ke tempat kakek saat hari kerja.
Menurutku pribadi, manjanya kakek juga karena dilarang menikah lagi oleh anak-anaknya. Karena setahu aku, kalau ada orangtua ingin menikah, anaknya tidak boleh melarang.
Percuma kalau kita kasih perawat dan uang tapi kebutuhan mental nya tidak terpenuhi. Sedihnya Tante yang melarang nikah malah mengancam "kalau menikah lagi, nanti tidak kami temenin ya mbahnya" setelah ditakuti seperti itu, kakek sudah tidak meminta menikah lagi.
Ayah mendapat hari jaga Senin. Cukup berat karena hari berikutnya ayah harus berangkat kerja. Karena tidur di tempat kakek tidak nyaman, tidak seperti kasur di rumah.
Menurut cerita dari ibu, ayah sering tidur setiap hari Selasa. Karena malamnya tidur tidak nyenyak di tempat kakek.
Apalagi dengan sikap kakek yang manja sehingga membuat banyak orang tidak betah pergi ke sana, para cucu juga tidak banyak yang suka ke tempat kakek. Terutama anak-anak.
Kalau cucu yang dewasa seperti saya sudah pasrah dan menerima saja keadaan seperti ini. Kebetulan hari ini hari Senin, selama saya mengajar, setiap hari Senin aku menemani ayahku menjaga kakek.
"Eh Ray, sudah pulang. Nanti habis isya jagain kakek ya" Kata ibuku sambil nyantai duduk di depan tv.
"Baik Bu, nanti aku siap-siap" aku bergegas untuk mengganti baju dan istirahat di kamar.
Setelah beberapa bulan mengajar, aku sudah terbiasa untuk langsung pergi ke kamar dan tidak mampir ke kamar orang tua. Karena bapak tidak pandang bulu, saat melihatku capek habis kerja masih saja disuruh memijat kakinya.
Memang itu bakti kita ke orangtua, tapi kalau posisi badan capek habis kerja masa harus capek lagi. Tolong lah orang tua hati nuraninya dipakai.
Untungnya hanya bapak yang seperti itu, ibuku tahu akan hal itu makanya hanya memintaku untuk bersabar. Hanya nasihat ibu ini yang membuat aku tidak berantem dengan bapak.
Setelah istirahat sampai isya ( yang cuma sebentar karena kadang aku pulang ngajar jam 17.30). Kadang rumah selalu mendapatkan telepon dari kakek untuk segera pergi ke rumahnya.
Padahal posisi kadang ibu belum masak makan malam karena keasikan nonton sinetron. Tidak mungkin kan pergi jagain kakek dalam perut kosong. Karena itu kadang aku jengkel juga dengan ibu yang lupa masak.
Namun wajar saja karena sama dengan bapak, ibu juga bekerja sehingga saat sore badannya sudah capek sehingga ia istirahat terlebih dahulu. Faktor usia juga kadang membuat ibu sudah mulai lupa memasak makan malam.
Setelah semua beres aku dan bapak pergi menjaga kakek "pergi dulu ya Bu, assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam, hati-hati ya. Yang sabar jaga kakek."
Aku dan bapak pergi ke tempat kakek. Seperti biasa ayah membawa bantal kesayangan saat pergi ke sana. Karena bapak susah tidur kalau tidak pakai bantal yang biasa dipakai. Sedangkan aku hanya membawa HP seadanya untuk mainan.
Posisi rumah dengan rumah kakek Sangat dekat, tidak sampai semenit sudah sampai meskipun dengan jalan kaki.
"Assalamualaikum, kek. Ini Ray kek sama papah sudah datang." Setelah sampai ke tempat kakek, kami langsung menyapa kakek dan menemaninya sebentar menonton tv.
Untuk saat ini masih belum ada perawat, namun di masa depan. Kakek akan memiliki perawat, bahkan sampai ada dua orang.
Meskipun nanti sudah ada perawat, tapi kakek masih minta dijaga setiap malamnya oleh anak-anaknya.
Menurut ayah, kakek bertindak seperti itu karena takut uangnya hilang. Karena sama seperti kakek-kakek lain, ia tidak menyimpan uang di bank sehingga semua uangnya ada di rumah.
Kakek merupakan mantan guru dan karyawan swasta sehingga hartanya cukup banyak. Selain itu ia juga sudah sering gonta-ganti usaha untuk membiayai kedelapan anaknya.
Semua anaknya lulus sarjana kecuali salah satu yang berhenti ditengah jalan. Aku pernah mendapat ceramah dari salah satu om "kalau gak karena Mbah, om dan bapak kamu gak akan seperti sekarang."
Memang aku sangat bersyukur karena selama ini hidup cukup, namun saya sedih karena kakek hanya memberikan harta kepada anak. Tidak memberikan pendidikan yang anak butuhkan.
Buktinya salah satu om tidak lulus kuliah, yang satu sering marah dan mata duitan, saudara yang lain hamil luar nikah. Dan masih ada kurang lainnya dari sisi anaknya kakek.
Seharusnya tidak hanya dari sisi harta, tapi akhlak dan pendidikan harus diajarkan secara benar kepada anak. Saya cukup heran karena ada orang tua takut kepada anak. Seperti nenek yang takut dibenci oleh Tante.
Banyak sekali hal-hal yang bisa menjadi pelajaran dari masalah keluarga kakek. Sayangnya kalau sikap sudah menjadi kebiasaan dan sampai dewasa tidak berubah. Akan sangat sulit merubah sikap mereka. Karena hal salah yang mereka lakukan sudah mereka anggap biasa dan mereka tidak merasa bersalah melakukan hal tersebut.
Mirip dengan petuah seseorang, "daripada menunggu orang tua berubah lebih cepat menunggu orang tersebut kembali ke pencipta." Aku rasa peribahasa itu sangat tepat.
Seperti ayahku yang suka marah-marah dan ngomong kasar. Sudah hidup selama 50 tahun tapi sikapnya tidak berubah. Aku baru menyadari hal ini saat aku menginjak kuliah dan kerja.
Karena masa sekolah aku jarang ngobrol dengan mereka. Karena setelah pulang kantor mereka tidak melakukan quality time bersama keluarga. Saat hari libur pun biasanya mereka isi dengan tidur. Jadinya jarang ngobrol deh.
Kalau saat ini sudah mulai saya ajak ngobrol tapi tidak terlalu sering, karena setiap kata yang terucap oleh ayah sering menyakiti hati. Berbeda dengan ibu yang selalu menjadi teman curhat saya setiap hari.
Setelah menemani kakek cukup lama, biasanya aku dan ayah tidur jam 09 atau 10 malam. Pernah aku kelepasan protes ke kakek karena nelponin rumah terus untuk berangkat ke rumahnya.
"Kakek, gak perlu lah telponin terus. Nanti juga Saya dan bapak pergi ke sini. Kan harus shalat isya dan makan malam dulu." Ucapku kepada kakek.
"Nggak dari tadi makanya. Kok lama ke sini?" Wajah kakek mulai memelas.
"Iya kek, ibu capek habis kerja jadi masaknya agak malam. Masa nemenin kakek masih kelaparan?" Kakek terdiam setelah mendengar pembicaraan ini.
Kakek juga sudah cukup berumur. Terlihat dari gerak badan dan Indra pendengaran sudah berkurang. Hal itu juga alasan aku jarang ngobrol dengan kakek, karena ia tidak mau pakai alat bantu dengar padahal pendengaran sudah bermasalah.
Om dan tanteku juga melakukan hal yang sama, hanya ngobrol saat hal penting saja. Seiring waktu berjalan awalnya jalan pakai tongkat. Kemudian harus dibantu untuk berjalan dan pergi ke toilet. Semakin sedih melihat kondisi kakek.
…
…
...
Pagi hari tiba. Biasanya aku sudah menyetel alarm untuk bangun Shalat subuh. Aku membangun kan ayah untuk melaksanakan Shalat subuh.
Berbeda dengan ibu, bapak tidak pernah bisa bangun subuh sendiri. Selalu harus ibu atau aku bangunkan.
"Pak bangun, ayo sholat subuh." Ucapku sambil menepuk pelan kaki bapak. Karena kalau terlalu kencang menepuknya, nanti dia mengamuk.
Setelah selesai melaksanakan shalat subuh. Kami berpamitan dengan Mbah.
"Pamit dulu Mbah ya, mau pulang dulu. Mau mandi." Ucapku sambil mencium tangan kakek.
"Iya. Hati-hati ya di jalan. Makasih ya."
Kalau saat pulang kakek belum bangun biasanya aku pamit ke Mbak Siti. Mbak Siti ini sudah menemani kakek dari zaman ayahku masih kecil. Umurnya juga sudah tua sama seperti kakek. Sambal buatannya terkenal enak di kalangan para saudara.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Sampai dirumah aku menyapa ibu dan pergi melanjutkan istirahat ke kamar. Bapak juga melakukan hal yang sama. Aku tidur pulas hari ini karena tidak ada jam mengajar untuk hari Selasa.
*Bersambung
*Mohon bantuannya untuk share, like, dan komen novel ini. Terima kasih sudah membaca novel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
www
next Thor
jgn lupa feedback TAKDIRKU
2021-06-07
3