“Gimana pak Ray tadi ngajarnya?”
Aku mendengar namaku dipanggil dan melihat ke arah sumber suara. Ternyata ada guru lainnya yang memanggil namaku. Nama guru ini adalah Ampad, ia sudah lama mengajar di sekolah ini. Mungkin sudah puluhan tahun. Beberapa staff dari tempat ini juga pernah menjadi murid dari bapak ini. Ia memiliki tubuh yang sedikit gemuk dan tinggi dengan rambut tipisnya. Ia sudah berkeluarga namun belum memiliki anak.
“Alhamdulilah lancar pak, cuma muridnya masih cukup malu kayaknya. Tidak ada yang bertanya.”
“Hahaha, biasa lah. Namanya juga murid baru. Nanti pas udah mulai *** (Kegiatan Belajar Mengajar) akan kelihatan mana murid yang aktif dan yang tidak.”
Ampad duduk di depanku lalu mulai berbicara berbagai macam hal kepadaku. Karena ia sudah lama kerja di tempat ini. Ia mengetahui beberapa saudaraku yang kerja dalam satu yayasan ini. Sekolah tempatku berada ada dalam sebuah yayasan sehingga staffnya saling mengenal satu sama lain. Ia bertanya mengenai kabar beberapa adikku dan juga saudaraku yang sedang atau pernah kerja di yayasan.
“Berapa banyak pak murid baru untuk tahun ajaran kali ini?”
“Lumayan pak, walaupun ada beberapa murid yang pindah sekolah” Kata pak Ampad sambil menghela nafasnya.
Menurut pak Ampad. Sekolah kami yang statusnya swasta cukup sulit bersaing dengan sekolah negeri. Karena beberapa murid yang sudah diterima di sini malah pergi ke sekolah lain saat mengetahui pendaftaran murid sekolah negeri masih terbuka. Memang biasanya sekolah swasta hanya orang tua lirik saat anak mereka tidak mampu masuk ke sekolah negeri. Namun semangat belajar murid swasta tidak kalah hebatnya dengan sekolah negeri.
Untungnya murid yang keluarga tidak terlalu banyak. Sehingga kegiatan kelas tidak akan terlalu berpengaruh karena hal ini. Setelah cukup banyak berbicara, pak Ampad izin melanjutkan tugasnya karena jabatannya sebagai wakil kepala sekolah dan juga kepala jurusan membuatnya cukup sibuk. Hampir semua hal tentang legalitas harus melalui pak Ampad.
Karena aku sudah tidak ada jam ngajar, aku ingin segera pulang. Namun karena tidak enak dengan staff yang lain. Mau tidak mau aku pura-pura sibuk sambil menunggu acara MOS berakhir. Acara ini berlangsung selama 3 hari dan ini masih hari pertama. Namun saya lihat dari jadwal saya sudah tidak memiliki jam mengajar sehingga sampai acara MOS berakhir. Bisa dibilang kalau saya nganggur. Ini waktu yang tepat untuk membuat beberapa modul dan materi untuk mengajar nanti.
Berbeda dengan guru lain yang sudah bertahun-tahun mengajar. Aku sama sekali tidak punya slide pembelajaran sehingga perlu waktu untuk membuat materi tersebut. Bisa saja aku copy paste materi dari luar, namun hal itu menurut saya tidak etis dilakukan untuk guru. Sayangnya aku tidak membawa laptop hari ini sehingga selain bermain HP. Kegiatan saya hanya membaca buku dan ngobrol dengan rekan guru.
“Iya ya, kok bisa ya ada murid yang kayak begitu.”
“saya ngak bohong bu!!! ada murid kita yang pernah melakukan *** dan ***.”
Saat aku sedang membaca buku. Aku mendengar percakapan antar ibu-ibu guru. Seperti emak-emak lainnya. Guru di sekolah ini juga sering melakukan bincang gosip ketika menunggu jam mengajar. Karena aku duduk dekat mereka, mau tidak mau aku mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku juga sempat ikut nimbrung sambil memberikan kode untuk mengganti topik lain yang lebih bermanfaat. Sayangnya pesan tersebut sepertinya tidak mereka tangkap.
“Iya Pak Ray, hati-hati sama pak Huji.”
“Siapa pak Huji?”
“itu loh yang botak dan sedang tidur itu”
Guru tersebut menunjuk ke arah salah satu guru yang sedang tidur sambil berbisik kepadaku. Menurut guru tersebut, pak Huji memiliki etika yang kurang baik sebagai guru. Cara mengajarnya juga aneh menurut para murid. Bisa dibilang ia adalah contoh orang tua yang tidak boleh kalian tiru. Pak Huji ini juga pintar mengambil hati kepala sekolah sehingga beberapa kelakuannya mendapatkan maaf.
Sebagai guru baru aku tidak mengetahui apakah itu benar atau tidak. Kalau benar berarti Gibah, kalau salah jadinya Fitnah. Memang membicarakan mengenai keburukan orang lain tidak ada manfaatnya. Saat moment yang tepat, aku permisi untuk mulai berbincang dengan pak Huji karena ia sudah mulai bangun dan sepertinya sudah selesai mengumpulkan nyawa.
“Halo Pak Huji, kenalkan saya Ray. Guru baru di sini.”
“Oh guru baru ya? Saya Pak Huji, ngajar bahasa inggris di sini. Sama seperti Miss April”
Miss April adalah guru lainnya yang juga mengajar di sekolah ini. Aku belum sempat bertemu dengannya namun menurut informasi yang saya dapat (dari menguping pembicaraan ibu-ibu guru). Sepertinya miss April ini guru yang cukup ramah dan memiliki reputasi bagus di kalangan murid.
“Bapak kenapa tadi tidur pak? Tadi malam begadang?” Tanyaku sambil duduk di depan pak Huji.
“Iya nih, tadi malam habis Ronda sama ngurusin kerjaan yang belum kelar.” Ucap pak Huji sambil memijat mata dan punggungnya.
Kami memulai pembicaraan ringan seperti daerah asal masing-masing. Lulusan mana dan kapan lulusnya. Pastinya yang tidak ketinggalan, pertanyaan sudah menikah atau belum. Aku sendiri saat ini belum punya istri, apalagi anak. Semoga saja suatu saat nanti saya akan menemukan jodoh yang sudah tuhan tetapkan untukku.
Pak Huji lalu pamit pergi ke tempat lain karena ia ingin melanjutkan istirahat. Menurut guru yang lain. Pak Huji sering tidur di perpustakaan saat tidak memiliki jam mengajar. Informasi ini cukup menarik karena sepertinya aku bisa mengikuti langkah guru yang satu ini.
Setelah berbicara sebentar dengannya, tidak terlihat rumor tentangnya itu sepenuhnya benar. Orangnya ramah dan banyak senyum. Ilmunya juga luas, ia bisa diajak ngomong berbagai macam hal. Namun itu saja tidak cukup untuk mengetahui jati diri seseorang. Bisa saja dalam kondisi tertentu, kita akan menemukan hal baru dari orang yang belum terlalu kita kenal. Hanya waktu yang bisa mengungkap hal itu.
****
Waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Karena aku baru kerja di sini, masih belum jelas apakah ada kantin di dalam sekolah ini. Saat aku keliling, aku hanya menemukan menu mie sebagai pengganjal perut. Karena aku sedang malas keluar mencari makan, aku memesan mie instan dari kantin ini. Seperti biasanya, mie kantin ini tidak terlalu spesial. Rasanya kurang lebih sama dengan kalau kita masak sendiri. Berbeda dengan warung burjo tempatku kuliah dulu.
Tempat itu memiliki menu mie dengan telur. Biasanya aku memesan mie rebus karena aku lebih suka mie kuah daripada mie goreng. Rasa mie tersebut enak sekali sampai membuatku ketagihan. Sayangnya mie tidak bagus untuk kesehatan sehingga hanya kumakan dengan frekuensi yang wajar. Mie kantin sekolahku berada saat ini levelnya jauh berbeda dengan tempat burjo itu, lebih di bawah levelnya.
Setelah makan siang aku melihat kalau beberapa guru sudah ada yang pamit pulang. Karena itu aku juga ikut pamit seperti guru lainnya untuk pulang ke rumah. Sambil menyalami setiap guru ataupun siswa yang kutemui di jalan menuju parkiran.
Brrm…
Suara motorku saat sedang dinyalakan dan aku memanaskan mesin sambil mengenakan helm. Aku juga mengecek apakah ada barang yang tertinggal. Sesudah semuanya beres, aku pergi melewati gerbang sambil menyapa satpam yang sedang bertugas. Hari ini belum terlalu lelah karena belum mulai mengajar secara penuh.
*bersambung
*Terima kasih untuk kalian para pembaca. Jangan lupa untuk like, komen, dan share novel ini ke teman-teman kalian. Bantuan kalian sangat membantu sekali untuk kemajuan novel ini. Sampai jumpa pada chapter berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
SoVay
semangaaat
2022-09-05
2
Melati
sudah mampir thor. semangat
2022-08-11
1
Arya Hafiz Saputra
Monggo yang ada komentar dan saran
2021-05-17
2