Like dulu biar tambah sayang..
**********
"Kiapa kong boleh mo ta tabrak bagini dang Ka?."
(Kenapa bisa ketabrak gini Ka?).
"Jangan tanya pa kita Utu.. tanya pa tu orang yang da sambar pa kita! Sudah.. cepat Jo pulang, kita nimau mo ba lama-lama le disini."
(Jangan tanya sama aku Utu.. tanya sama orang yang udah nyambar aku! Sudah.. ayo kita pulang, aku nggak mau berlama-lama disini).
"So bae dang Kakak pe tangan itu nah? Dokter da bilang apa tadi?."
(Udah baik emang tangan kakak itu? Dokter bilang apa tadi?).
"Sudah so gips kwa bagini apa le, nda usah mo pake nginap le disini. Kita Lebe tako deng tu virus dari pada ni tangan!." (Sudah di gips tangan aku lalu mau apa lagi, nggak usah nginap segala disini. Aku lebih takut dengan virus yang ada daripada tangan aku ini!), kesal Cantik bersuara.
Sejak tadi adiknya tidak berhenti mengomeli dirinya, yang berkata kalau dia tidak hati-hati dalam berkendara.
Padahal jelas-jelas kalau dia ditabrak dari belakang tadi, dan itu membuktikan Cantik memang tidak ugal-ugalan dalam membawa motor.
Lagipula motor udah lama begitu, siapa juga yang mau membawanya sambil ngebut dijalan. Yang ada mesin motornya langsung berasap karena aku paksain, gumam Cantik dalam hati.
Pria penabrak yang membuat tangannya retak itu juga langsung pergi tanpa meminta maaf, membuat Cantik semakin kesal. Awas aja nanti kalo ketemu!.
Dokter tulang yang sempat memeriksa Cantik tadi berkata, kalau tulangnya mengalami patah tulang ringan pada hairline fracture, dimana patahan berupa garis yang tipis terlihat pada Rontgen nya tadi, dan tidak disertai dengan pergeseran patahan tulang tersebut.
Cantik yang mendengar hanya manggut-manggut mengiyakan penjelasan dokter, yang bisa disimpulkan nya kalau tangannya hanya retak saja seperti yang diketahui kaum awam seperti dia.
Jadilah tangan kanannya kini dipasangkan gips, yang berfungsi untuk membantu mengistirahatkan dan memposisikan bagian tangan Cantik agar tetap di posisinya dan tidak berubah.
Tapi, yang membuat wanita berkulit sawo matang itu lebih kesal adalah. Dia harus mengistirahatkan tangannya kurang lebih selama dua bulan lamanya.
Itu artinya, Cantik tidak boleh mengojek selama itu. Tidak mungkin dia membiarkan Mama nya banting tulang mencari uang sendiri.
Padahal uang yang didapatkan dari hasil mengojek online nya selama sebulan, bisa menutupi setiap pengeluaran yang semakin hari semakin banyak karena bahan-bahan pokok yang melonjak tinggi.
"Nda usah sedih bagitu Ka.. Ba tenang Jo kwa, nanti kita tambah-tambah bantu ba cari doi. Kita le kan ba kerja!." (Jangan sedih Ka.. Tenang saja, nanti aku bantu tambah cari uang. Aku juga kan bekerja!), Tampan adik Cantik bersuara.
Mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah menaiki angkutan umum atau biasa disebut mikro di Manado. Duduk di kursi kedua berdampingan, dengan Tampan yang berada dekat pintu.
Seakan mengerti kegelisahan kakak perempuannya yang lebih tua empat tahun darinya, Tampan mencoba menenangkan Cantik. Dia tahu bagaimana kerja keras kakak nya selama ini, yang ikut meringankan beban Mama mereka.
Bahkan diusianya yang seharusnya masih bergaul kongko kongko dengan teman seumur, Kakaknya harus menjadi tulang punggung keluarga membantu kehidupan finansial mereka yang mulai kurang saat Papa mereka meninggal.
"Dapa Lia manangis dang ini Kong ngana bilang sedih.." (Emang aku nangis, trus kamu bilang sedih gitu..), Cantik tertawa geli, dia tidak ingin membuat adiknya merasa terbebani dengan uang yang memang menjadi modal dasar untuk hidup manusia di muka bumi ini.
"Nyanda usah pikir laeng-laeng Utu.. fokus Jo Kase klar tu kuliah! Supaya kakak deng Mama p beban le boleh mo ta kurang sadiki"
(Nggak perlu mikirin hal lain Utu.. Fokus saja kuliah sampai selesai! Supaya beban Kakak dan Mama bisa berkurang sedikit), sambung Cantik tersenyum tulus.
Dia hanya ingin adiknya bisa lulus kuliah dan bekerja di tempat yang bisa memberikan masa depan yang lebih cerah padanya dan juga keluarga mereka.
Setidaknya ada salah satu anak yang bisa membuat Papa dan Mama mereka bangga, pikir Cantik.
"Oh Iyo, Kakak pe motor da dimana dang?"
(Oh iya, motornya kakak ada dimana?), tanya Tampan mengalihkan pembicaraan.
Baginya tidak ada gunanya menimpali perkataan Cantik tadi, karena Kakaknya ini pasti akan terus menceramahi dirinya agar fokus dengan kuliahnya tanpa memikirkan keuangan keluarga mereka.
"Ada di dekat lokasi kakak dapa sambar tadi Tu. Nanti ngana Pi ambe akang ne, ada pa Om Beng. Ba warong di dekat sana dia, ada kwa ta tulis pa depe spanduk di muka" (Ada di dekat lokasi kejadian tabrakan tadi Tu. Tolong nanti kamu ambilin yah, motornya ada sama Om Beng. Punya warung di dekat sana dia, kamu tinggal cari spanduk yang ada namanya), jawab Cantik yang baru sadar kalau motornya tidak ada bersama mereka.
Tampan hanya mengangguk mengiyakan. Mobil penumpang yang mereka naiki sampai di sebuah rumah sederhana dengan taman depan yang cukup luas dan tertata rapi dengan bunga euphorbia berwarna warni.
Bunga euphorbia ini memiliki ciri khas dengan duri di bagian batangnya dan sangat cocok di tanam di daerah yang terbilang panas seperti Kota Manado, yang pada siang hari suhunya bisa mencapai 40°C
Sebelum masuk ke halaman rumah mereka, ada pagar besi yang mulai rusak dan berkarat terdengar berbunyi nyaring jika di dorong ke samping.
"Ya Tuhan Keke.. Kiapa kong so bagini dang ngana pe tangan?" (Ya Tuhan Keke.. Kenapa tangan mu sampe begini?), suara cempreng melengking terdengar menyambut kedatangan kakak beradik itu.
Keke itu nama panggilan sayang untuk perempuan, Papa dan Mama biasa memanggil kami dengan panggilan khas Minahasa untuk perempuan dan laki-laki.
Mama Cantik dan Tampan memang berdarah Minahasa dengan adat yang cukup kental di Kota ini.
Wanita yang bulan depan akan segera berumur setengah abad itu, tampak begitu khawatir melihat tangan kanan anak perempuannya yang selama ini ikut membantu dirinya mencari uang, tampak di gips dan terlihat tidak berdaya.
"Nda apa-apa Ma.. Dokter bilang kita pe tulang cuma da retak sadiki, cuma memang musti pake gips supaya cepat Bae kata.." (Nggak apa-apa Ma.. Dokter bilang tangan aku hanya retak sedikit, tapi memang harus pakai gips agar cepat sembuh), ujar Cantik menenangkan Mama nya yang bernama Marice, tapi biasa dipanggil Tanta Mar oleh tetangga sekitar.
"Retak?", heboh Tanta Mar.
"Ya Astaga.. kong jadi dang kasiang ngana belum boleh banyak ba gera ini Keke.."
(Ya astaga.. jadi kamu belum boleh banyak bergerak ini Keke..)
Mata Tanta Mar terlihat berkaca-kaca, dia seketika menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga anak perempuannya yang dalam profesinya sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, yang notabene itu adalah pekerjaan untuk pria.
"Iyo Ma.. Dokter bilang Kase istirahat dulu kata tu tangan. Maaf ne Ma, Keke belum bisa ba ojek ini sekitaran dua bulan."
(Iya Ma.. Kata dokter tangan aku harus di istirahatkan dulu. Maaf yahh Ma, Keke nggak bisa ngojek dulu ini sekitar dua bulan).
"Hei.. nda apa-apa Keke. Jangan dulu Inga laeng-laeng, Kase bae dulu ngana pe tangan ini. Mama kwa so bilang brenti Jo ba ojek dari bahaya di jalan. Lebe bae ngana iko deng mama ba kerja pa orang dari pada ngana bale-bale dijalan bagini" (Hei.. nggak apa-apa Keke. Jangan dulu ingat yang lain, sembuhin dulu tangan kamu ini. Mama kan udah bilang, berhenti ngojek aja karena di bahaya di jalan. Lebih baik kamu ikut Mama bekerja sama orang dari pada kamu bolak balik dijalan kayak gini), omel Tanta Mar.
Ah.. Mulai lagi, gumam Cantik dalam hati. Tanta Mar ini memang cerewet jika mengenai masa depan kedua anaknya.
Sudah ratusan kali Tanta Mar mengatakan pada Cantik untuk berhenti mengojek, karena dia tidak tega melihat anak perempuan tingting yang seharusnya diam dirumah dan mengurus diri. Malah harus berpanas-panasan dijalan mengejar setoran dan bintang katanya.
Bukan masalah omongan tetangga yang suka gibah dan nyiyirin hidup mereka, tapi Tanta Mar tidak sanggup melihat bagaimana kerja keras Cantik membantunya mencari uang hingga harus rela tidak lanjut kuliah, yang mana menjadi cita-cita nya selama ini.
Harusnya diumur Cantik ini, wanita dengan tinggi badan 170 cm itu sudah menikah. Banyak di kota mereka yang masih berumur sekolah saja, sudah ada yang menikah dan memiliki anak.
Tanta Mar hanya berharap suatu saat Cantik bisa menikah agar dia tidak akan lagi kesusahan seperti ini. Tapi sampai sekarang, anak perempuannya itu tidak pernah mengenalkan pria manapun pada mereka.
Saking sibuknya dia mencari uang, Cantik lupa dengan jodoh dan menikmati masa mudanya. Itu yang membuat Tanta Mar benar-benar merasa bersalah sebagai orang tua.
...∆∆∆∆∆∆∆∆...
Jejak-jejak mu jangan lupa kesayangan author semua...
Hari ini author masih kasih Crazy Up sampe malam..
Jadi..
Stay tuned 🤗
Terima kasih 🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dewy
br mulai baca thor
2021-12-29
0
sandi
serasa pake bahasa portugal😁😁😁😁😁
2021-12-16
0
Nanik Purwanti
aq pernah kerja di manado slama 2 thn.jd klu ada bahasa manado gini kyak nostalgia thor akunya😄😄😄
thanks😘😘😘
2021-09-16
1