Semanis martabak.

^^H A P P Y R E A D I N G^^

🌹🌹🌹🌹🌹

Plakkk...

Tamparan itu berhasil Bian berikan pada seorang pria yang telah membuat tender nya tertunda, Bian paling anti dengan seorang koruptor yang membuat perusahaan nya rugi itu.

"Bawakan aku pistol Giz." pinta Bian seraya menatap tajam pria berbadan buncit yang sedang menunduk takut padanya.

"Tuan muda saya mohon, maafkan saya tuan, saya janji tidak akan berbuat curang lagi tuan saya khilaf." ucap pria berbadan buncit itu seraya menangis.

Bian menendang pria itu sampai sudut bibir pria itu mengeluarkan darah segar, "Kau baru menyadarinya sekarang setelah? hah!! di mana akal mu saat kau melakukan perbuatan laknat itu? apa kau memikirkan perusahaan yang akan menanggung rugi?, apakah kau memikirkan bagaimana nasib para pekerja lain nya yang bekerja untuk tender ini dan kau yang menghabiskan uang nya?, itu yang di sebut khilaf?." Bian berkata dengan wajah penuh kemarahan.

Kemarin di mendapatkan kabar dari anak buah nya jika ada puluhan pekerja yang demo di anak perusahaan nya, bahkan tak hanya itu sebagian dari mereka juga mengatakan jika dua diantara mereka meninggal karna kecerobohan pembangunan yang tidak memakai bahan-bahan bagus, alias semua bahan yang di pakai adalah bahan yang standar.

Mendengar hal itu tentu saja Bian marah, karna bagaimana pun semua itu adalah tanggung jawab nya, dan dia salah memperkerjakan kontraktor yang tamak sehingga membuat penghambatan di pembangunan hotel baru nya.

"Kau tau aku bukan? aku paling tidak suka di khianati." ucap Bian menggema.

Pria itu tak mampu melihat kemarahan si tuan muda, "Ampun tuan, saya mengaku salah, maafkan saya." kata pria itu sambil menunduk.

Dorrr..

"Itu untuk perbuatan culas mu yang mengambil keuntungan besar tanpa memikirkan orang lain."

Dorr..

"Dan ini untuk kecorobohan mu yang telah membuat pekerja mu meninggal."

Setelah selesai mengurus si biang masalah yang menghambat pembuatan hotel barunya Bian di temani Asisten Giz langsung pergi melaju ke perusahaan nya.

Dan sesampai nya di perusahaan nya Bian di kaget kan dengan kedatangan Rere mantan kekasih nya yang nampak duduk manis di kursi kebesaran nya.

"Rere." ucap Bian kaget.

Wanita yang di panggil Rere itu menoleh dengan wajah yang sembab, "Bian, sayang..aku merindukan mu." ucap Rere sambil terisak.

Bian melangkah mendekati Rere, mengangkat tangan nya untuk menyuruh Asisten Giz pergi dan meninggalkan nya sendiri.

"Apa yang terjadi padamu Rere, ada apa dengan wajah mu, siapa yang membuatmu menangis Rere." tanya Bian tak tega melihat gadis yang di cintai nya nampak terluka.

Bukan nya menjawab Rere malah menghamburkan tubuh langsing nya ke pelukan Bian, dia menangis di pelukan Bian.

Bian mengelus punggung Rere lembut, dia merasakan jika mantan kekasihnya itu nampak ketakutan.

dan setelah di rasa Rere mulai tenang Bian mendudukan Rere di sopa.

"Bian." ucap Rere dengan menahan tangis nya.

"Siapa yang melakukan nya Re, katakan padaku." ucap Bian tak tega saat melihat lengan dan pipi Rere yang bengkak seperti bekas tamparan.

"Dia jahat, dia selalu memukuliku, menyiksaku, dia bejat dia tidak menganggap ku sebagai istrinya dia memperlakukan ku seakan aku ini musuh nya, Bian tolong aku, suami ku jahat." ucap Rere sambil terisak.

Deg...

Bukan nya iba Bian malah termenung mendengarkan ucapan mantan kekasih nya itu, semua yang di katakan Rere seolah menjadi tamparan keras untuk nya, dimana hal itu juga ia lakukan pada Lisa istrinya, dan yang dia lihat Lisa bahkan kuat menghadapi tingkah nya, berbeda dengan Rere yang nampak menangis.

Melihat Bian yang diam saja membuat Rere mengahapus air matanya, "Bian, katakan kamu masih mencintai ku kan." tanya Rere sambil menatap lekat wajah Bian.

Bian masih diam, dia masih larut ke dalam pikiran nya sendiri.

"Sayang, kamu masih mencintaiku kan?." tanya Rere satu kali lagi.

"Ya, a.. aku mencintaimu." jawab Bian sedikit gugup.

Rere tersenyum mendengar kata cinta itu, dan dia berniat akan memperbaiki hubungan nya dengan Bian lagi, Rere tidak mau kembali kepada suaminya yang tidak berguna itu, nyatanya setiap ucapan Rere adalah kebohongan, suaminya bukan lah pria pemabuk atau pria kasar seperti yang Rere katakan pada Bian tadi, suaminya adalah pria cupu yang apa-apa selalu saja membawa nama tuhan, dan Rere tidak menyukai pria yang membosankan seperti suaminya.

"Jika kamu mencintai ku maka ceraikan dia Bian, aku pun akan menceraikan pria itu." ucap Rere dengan wajah yang serius.

Sontak bian yang mendengarnya langsung melotot, "Aku baru menikah satu bulan Rere, dan kamu baru menikah 3 minggu, tidak mungkin memutuskan bercerai di usia pernikahan yang baru seujung jagung, orang tuaku akan marah dan tidak akan memberikan warisan nya untuk ku." tegas Bian menolak secar halus.

Rere yang mendengarnya langsung menangis, dan hal itu membuat Bian ikut sedih karna bagaimana pun Rere adalah gadis yang di cintai nya. "Aku akan menceraikan nya, tapi tunggu waktu yang tepat." ucap Bian akhirnya, rasa cinta nya masih tetap sama yaitu hanya untuk Rere.

Dan di saat yang bersamaan Lisa yang sedang makan siang di kantin tak sengaja menumpahkan minuman yang ada di gelas nya, sampai minuman itu berceceran ke mana-mana.

"Maaf." ucap Lisa mengakui kecerobohan nya.

Rika yang melihat teman nya itu nampak tidak beres langsung membawa Lisa ke bangku meja yang kosong, "Kamu kenapa Lisa? apa ada yang menganggu pikiran mu?." tanya Rika khawatir.

Bukan nya menjawab Lisa malah merasakan nyeri di dada nya, dia mencoba menganalisir rasa apa yang membuatnya sampai merasa tersakiti tanpa sebab.

"Apa Kak Bian sedang bersama kekasih nya lagi? apa mereka melakukan nya di belakangku?." batin Lisa, dia mengingat kata-kata gadis bernama Rere itu sewaktu Lisa memergoki mereka berciuman di ruangan Bian waktu sebelum Lisa menikah dengan Bian.

"Dengar baik-baik perkataan ku Bian mencintai ku, dan aku mencintainya, kita saling mencintai."

Lisa mencoba untuk menepis pikiran buruk itu sejauh-jauhnya, tapi entah kenapa yang Lisa rasakan hanyalah rasa sakit.

"Lisa, Hey.." Rika menepuk pipi Lisa.

Aw..

"Sakit." ucap Lisa mengelus pipi nya.

"Kamu kenapa? apa yang terjadi?." tanya Rika khawatir.

Lisa mengelengkan kepalanya, "Aku ngak papa, cuman sedikit lelah saja." ucap Lisa sambil "Ayo makan, waktu istirahatnya udah mau habis." kata Lisa lagi, dan Rika yang masih penasaran hanya bisa mengangguk saja.

Kedua sahabat itu sama-sama menjadi anak magang di perusahaan Xxxx, meski keduanya baru seminggu menjalani hari-harinya sebagai karyawan tapi Lisa dan Rika nampak senang melewati hari-harinya dengan tumpukan pekerjaan dengan di lingkupi oleh karyawan lain nya.

Sebenarnya Bisa saja Lisa meminta pekerjaan yang lebih layak di perusahaan sang Papa ataupun di perusahaan keluarga mertua nya, tapi Lisa tidak melakukan itu, dia ingin menjadi wanita yang tangguh dan mandiri, Lisa tidak mau menyusahkan orang lain, dan dia sagat menjaga aib rumah tangga nya dari siapapun, bahkan saat Rika teman nya Lisa menanyakan alasan Lisa bekerja Lisa hanya menjawab singkat.

"Aku ingin mandiri, suamiku memang kaya tapi itu bukan hal yang bisa membuatku menyia-nyiakan Ijazah ku bukan?."

Setelah waktu pulang kerja datang Lisa kembali mengendarai sepeda motor nya, Lisa sengaja tidak memakai mobil dia tidak mau orang menganggap dia gadis manja yang membawa fasilitas rumah ke tempat kerja nya.

Saat di tengah jalan tak sengaja Lisa melihat sebuah makanan yang sangat di sukai Bian, martabak coklat dan Lisa sangat tau kalau suaminya itu sangat menyukai makanan manis itu.

Dengan senyuman nya Lisa membeli makanan manis itu, terlepas dari semua masalah di pernikahan nya Lisa masih tetap mencintai suaminya dan dia tidak mau menjadi istri yang menelantarkan suaminya, Lisa akan berusaha menjadi istri terbaik meski hubungan nya dan Bian tidak semanis martabak coklat yang di beli nya.