Kartu black card

^^H A P P Y R E A D I N G^^

🌹🌹🌹🌹🌹

Sesaat sebelum Bian makan.

"Bi lagi apa?." tanya Lisa heran saat bibi pembantu memasukan sesuatu kedalam teh hangat untuk Bian.

Bibi pembantu langsung gugup, "Anu..non ini gula kesehatan yang di berikan Nyonya besar." tutur bibi pembantu gugup.

Tidak mungkin bibi pembantu itu mengatakan jika majikan nya alias nyonya besar, menyuruhnya untuk memasukan obat perangsang pada minuman si tuan muda.

"Bi masukan ini ke dalam minuman Bian, ingat bi jangan sampai ketahuan ya." kata-kata nyonya besar yang terngiang di pikiran bibi pembantu.

Lisa melihat sebentar lalu pergi berjalan ke arah meja makan, sedangkan bibi pembantu nampak mengelus dada nya pelan.

"Allahuakbar, kaya nya kebanyakan." gumam Bibi pembantu sambil menutup bibirnya.

"Tapi ngak apalah, kasihan nona muda Lisa yang selalu kena marah tuan muda, semoga setelah ini hubungan keduanya membaik." gumam Bibi pembantu sambil berjalan mendekati meja makan dimana tuan dan nona nya berada.

🌹

Lisa mengeliat merasa tubuhnya remuk seremuk-remuk nya, apa yang di lakukan nya dan Bian tadi malam membuat Lisa sampai tidak berdaya, dengan perasaan yang semakin tersakiti.

Bisa-bisa nya Bian memikirkan gadis lain saat mereka melakukan hubungan suami istri, dan kenapa harus terjadi sekarang, Lisa tidak rela kesucian nya di renggut pria yang sama sekali tidak mencintai nya.

"Mau kemana kamu." Bian menoleh saat merasakan ada pergerakan di samping nya.

Lisa melirik Bian dengan pandangan yang tak biasa. "Aku ingin ke kamar mandi." ucap Lisa pelan, lalu berdiri.

"Pakai ini." Bian melempar selimut pada tubuh Lisa.

Lisa menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut itu, lalu berjalan ke kamar mandi dengan langkah yang pelan dan menahan sakit di bagian area sensitif nya.

Bian melihat Lisa yang berjalan dengan langkah yang sangat pelan, dan dia juga melihat ranjang nya yang ada bekas bercak darah kesucian Lisa yang tadi malam di renggut oleh nya.

"Mama benar-benar kelewatan, seharusnya aku tau kalau Lisa dan Mama selalu memiliki cara licik untuk menjebak ku masuk lebih dalam lagi kedalam perjodohan sialan ini." Bian mengepalkan tangan nya, lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Dan saat pintu terbuka Bian melihat Lisa yang sedang menenggelamkan wajah nya di dalam bathub.

"Drama." ucap Bian dingin, lalu berjalan ke bawah shower, menyalakan shower lalu menyabuni tubuhnya dengan sabun.

Saat di rasa bersih Bian langsung mengusap wajahnya dengan kasar, dan melihat tubuhnya di cermin yang penuh dengan bekas cakaran, "Dasar ceroboh, apa dia tidak bisa melakukan nya dengan baik, kenapa harus membuat tubuhku jelek seperti ini." oceh Bian sambil melihat bagian punggung dan pundak nya yang banyak bekas cakaran Lisa.

Bian menoleh ke bathub, dan yang dia lihat masih sama, Lisa masih menenggelamkan wajah nya ke air yang ada di bathub, dengan satu tangan nya Bian mengangkat dagu Lisa, dan dengan replek Lisa menepis tangan Bian.

Lisa menatap Bian dengan tatapan yang tak bisa di artikan, "Kenapa kamu mengangguku, hah!." tanya Lisa berteriak.

Bian menyentil kepala Lisa lagi, jelas dia tidak mau di susahkan.

"Dasar gadis bodoh!, jika kamu ingin bunuh diri pergi ke jembatan, jangan kotori rumah ku dengan bunuh diri di rumah ku." ucap Bian dingin, lalu pergi meninggalkan Lisa yang ingin mengakan kekesalan nya.

"Dasar gila, bajingan." Lisa mengoceh di kamar mandi, "Dia pikir aku selemah itu sampai mau mengakhiri hidup ku, huh..tidak akan, aku bahkan belum membuat dia menangis karna takut kehilangan ku."Lisa kembali mengoceh.

Lisa bangkit dari bathub dan berjalan ke arah shower, membiarkan air shower untuk membasahi tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki nya.

Pelan-pelan Lisa berjalan ke arah cermin lalu melihat pantulan wajah dan tubuhnya, wajah nya sembab karna terlalu lama menangis, sedangkan tubuhnya banyak bekas tanda-tanda kepemilikan yang di buat Bian tadi malam.

Sungguh miris nasib nya, Lisa tidak pernah mendapatkan cinta yang tulus terkecuali dari ayah bunda nya, bahkan saat detik-detik dia merelakan kehormatan nya untuk sang suami, Lisa harus merasakan rasa sakit yang teramat dalam, karna suami nya mengatakan jika di mencintai wanita lain, dan bukan dirinya.

"Pakai ini, aku tidak mau semua orang berpikir jika aku tidak menafkahi istriku." Bian melemparkan sebuah kartu black card tanpa batas pada Lisa.

Lisa yang baru keluar kamar mandi itu mengambil kartu itu, dia tersenyum dan langsung berjalan mendekati Bian.

"Maaf, tapi aku masih punya uang tabungan ku untuk membeli kebutuhan ku." tegas Lisa sambil memberikan kembali kartu itu pada Bian lagi.

Merasakan penolakan dari Lisa membuat Bian mengepalkan tangan nya, lalu menatap Lisa dengan tatapan yang sangat tajam, "Ambil atau aku akan membakar nya." titah Bian dingin.

"Kalau aku tidak mau?." Lisa menaikan sebelah alisnya, dengan tubuh yang masih di balut handuk.

Bian mendekati Lisa, "Aku akan membuat mu kembali mengingat rasanya di tiduri dengan kata-kata aku mencintai Re_____ " ucap Bian terhenti lalu tersenyum menyeringai.

"Cukup!! aku akan menerima kartu sialan itu." ucap Lisa akhirnya menerima kartu itu, lalu pergi ke ruangan ganti membawa kemarahan nya.

Keduanya sarapan bersama, tanpa obrolan dan tanpa tegur sapa, bibi pembantu yang melihat itu merasa jika nona dan tuan nya itu sangat sulit untuk di damaikan, bahkan setelah apa yang mereka lakukan semalam tidak ada perubahan sama sekali yang mencolok dari keduanya.

Bian pergi dengan stelan kantoran nya karna Asisten Giz sudah menunggu nya di luar, Lisa yang semula ingin mengantarkan Bian sampai ke pintu harus terdiam saat Bian mengatakan kata pedas nya.

"Apa kamu pikir aku akan semangat bekerja setelah melihat senyuman tipuan mu?, nona Lisa?." kata Bian dingin.

Setelah habis sarapan Lisa yang tidak memiliki pekerjaan hanya bisa berdiam di kamar, dia sudah lulus tapi Lisa bingung harus melakukan apa, Lisa ingin bekerja, tapi apa Bian suaminya mengijinkan nya?.