Tahun 1236, 5 Februari.
Kota Ereth, Wilayah Margrave Rueter, Kerajaan Rowling.
Sore Hari.
Melihat jarak kastil yang semakin dekat, kepada prajurit yang berkuda di sampingnya, Ares memberi perintah, "Kalian, tempatkan langsung di dalam Ruang Harta Kastil, lakukan koordinasi dengan Owen. Aku ingin menuju mansionku terlebih dahulu."
"Ya, Tuan!" jawab prajurit itu dengan tegas.
Menolehkan wajahnya ke belakang, Ares melihat Canaria yang mengenakan seragam militer sedang menunggang kuda di belakang prajurit tersebut. Dia pun memberi perintah, "Canaria, pergilah terlebih dahulu."
"Ya, Tuan," jawab Canaria lugas.
Tepat setelah Ares berhasil mengambil alih harta karun, dia mendapatkan pesan burung dari Renne yang berisikan informasi bahwa salah satu gundik Ares yang berusia sama dengannya dan memiliki rambut hitam panjang, Amalia, telah melahirkan seorang anak perempuan dengan aman dan selamat.
Karenanya, Ares memerintahkan rombongannya untuk kembali ke Kota Ereth melalui jalan pintas yang menghabiskan waktu sekitar 7 hari.
Sangat berbeda dengan waktu keberangkatan Ares menuju ibukota dimana dia dianjurkan untuk melakukan pertemuan antar bangsawan penguasa wilayah terlebih dahulu agar tidak membuat hubungan buruk yang menyebabkan perjalanannya menghabiskan waktu lebih dari 20 hari.
Tentu saja, Ares dibuat sangat kesal dikarenakan dirinya yang hanya kebanyakan bertemu dengan para bangsawan korup yang baginya sangat menyebalkan.
Sebagai seorang bangsawan, Ares sangat dianjurkan untuk memperkuat hubungan dengan rumah-rumah lainnya dengan mengunjungi mereka di saat Ares melewati wilayah mereka.
Apabila seorang warga sipil bepergian dengan bertindak sebagai pelancong, dia dapat bergerak dari Kota Ereth menuju Ibukota Lombart hanya dalam waktu 11 hari dengan asumsi dia akan selalu melakukan perjalanan dari pagi hingga sore menggunakan kereta kuda.
Setelah beberapa lama menunggu, Ares pun tiba di mansion dan disambut oleh salah satu pelayan dewasa yang telah menjadi gundiknya, Mia, serta gadis budak yang telah Ares bebaskan, Ivy, dan ditemani oleh beberapa pelayan lain di belakang mereka.
"Selamat datang, Tuan Muda," ujar mereka serempak menyambut Ares dengan menunduk.
Melihat absennya seorang gundiknya dari kalangan rakyat jelata yang memiliki rambut coklat dimana seharusnya berada bersama mereka, Ares berkata, "Aku pulang. Hm? Mengapa aku tidak melihat Sena?"
Para pelayan seketika menjadi gelisah, mereka tidak mengetahui bagaimana Ares akan bersikap nantinya setelah dia mengetahuinya. Memutuskan untuk mengatakannya, dengan takut-takut Mia berkata, "Itu... Saat ini, dia sedang berada di dalam kamarnya karena telah mengandung, Tuan."
Eh?!
Aku akan punya anak lagi?!
Tidak mengetahui bagaimana harus bersikap bahagia atau terharu, Ares pun menjawab, "Begitu... tolong bimbing aku menemui mereka."
Sedikit kebingungan dengan reaksi Tuannya, para pelayan hanya dapat mensyukuri diri mereka yang tidak terkena amarah Ares.
Kebingungan dengan siapa yang ingin dituju untuk pertama kalinya, Mia berkata, "Baik, um..."
"Tidak apa-apa, sama saja," timpal Ares yang memahami maksudnya dengan jelas.
"Baik, saya akan membimbing Anda menuju kamar Amalia terlebih dahulu," ujar Mia lalu diikuti oleh Ares dan para pelayan lainnya.
Ares dibimbing menuju kamar yang berada di lantai 2 oleh Mia. Setelah mencapai pintu yang berwarna putih dan membukanya secara langsung, dia segera melihat seorang wanita yang sedang terduduk di atas ranjang sembari menatap jendela dengan keranjang bayi di sampingnya.
Amalia pun menoleh ke arah pintu yang terbuka secara tiba-tiba dan hendak berdiri dengan panik dikarenakan dia melihat Tuannya yang memasuki kamar.
Ares segera mengangkat tangannya dan berkata dengan nada yang menenangkan, "Tidak apa-apa, duduklah saja," sembari tersenyum.
"Ba—baik, terima kasih, Tuan," jawab Amalia gugup.
Mengetahui bahwa keduanya membutuhkan waktu pribadi, Mia pun menutup pintu kamar ketika Ares berjalan mendekati Amalia.
Setelah Ares duduk di sisinya, dia bertanya dengan lembut, "Bagaimana keadaanmu?"
"Um, s—saya sangat bersyukur karena saat ini dalam keadaan yang baik, Tuan..." jawab Amalia gugup.
Ares pun menundukkan dalam kepalanya dan berkata dengan menyesal, "Maafkan aku... meskipun dia adalah anak dari seorang pria yang kamu benci, tetap saja aku memi—"
"Ti—tidak! Sa—saya tidak membenci Anda, Tuan!" sela Amalia yang panik melihat sikap Ares.
"Apakah kamu tidak membenci pria yang telah membunuh orang yang kamu cintai?" tanya Ares kembali dengan perasaan rumit.
"I—itu... saya... tidak tahu..." jawab Amalia gelisah dengan nada yang semakin lirih.
Melihatnya yang memiliki mata berkaca-kaca, Ares pun mendekap tubuhnya sembari berkata dengan menyesal, "Maaf."
"Uh... uh..." ujar Amalia yang meneteskan air mata.
Setelah memeluknya hingga dia tenang, Ares segera melepaskan pelukannya dan bertanya dengan lembut, "Apakah kamu telah memberinya nama?"
Mendengar kata-kata yang baginya saat ini hanya dapat menjadi mimpi, seolah tidak mempercayainya, Amalia menjawab dengan lirih, "Belum... saya menunggu Tuan untuk memberinya nama..."
"Nah, tolong berilah dia sebuah nama. Bukankah kamu juga orang tuanya?" timpal Ares.
Mendengarnya, Amalia benar-benar ingin menamakan anaknya hingga dia bertanya dengan nada yang terdengar berharap, "A—apakah saya dapat melakukannya?"
Ares pun segera tersenyum dan berkata, "Ya."
"Ji—jika diperbolehkan, um... saya akan memberinya nama Lia," timpal Amalia dengan sedikit gelisah karena mungkin saja Ares tidak menyukainya.
Apakah kamu memberinya nama dengan mengambil potongan namamu?
Ares pun mengarahkan tangannya untuk membelai kepala Amalia yang membuatnya kebingungan. Ia pun bangkit dan berjalan mendekati keranjang bayi dimana anak perempuannya sedang tertidur.
"Tuan?" panggil Amalia dengan bingung.
Nah, melihatnya tertidur seperti ini sangat lucu, bukan?
Tapi, bukankah ini adalah anak dari Ares?
Ketika melihatnya, perasaanku menjadi rumit karena dia juga merupakan anakku saat ini.
Tapi, nama kah...
Sangat merasa bersalah kepada Amalia, Ares memutuskan untuk memberikan sebuah kejutan untuknya. Dengan hangat menatap anaknya yang sedang tertidur, Ares berkata, "Mulai saat ini, namamu adalah Lia Verett."
Dibuat sangat terkejut, Amalia benar-benar tidak menyangka bahwa dirinya akan diberikan sebuah nama keluarga yang membuatnya berkata, "Tu—Tuan?!"
"Nah, mulai saat ini, kamu juga dapat menyebut dirimu sebagai Amalia Verett. Tentu saja, itu juga termasuk keluargamu," timpal Ares dengan tersenyum.
Bahagia, sedikit rasa bangga, dan perasaan haru bercampur aduk di dalam hati Amalia yang menyebabkannya tanpa sadar meneteskan air mata dan segera menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Bagi seorang rakyat jelata, apabila mereka mendapatkan nama keluarga, dia akan mendapatkan sebuah posisi sosial tertentu di dalam masyarakat karena telah mendapatkan kepercayaan dari seorang bangsawan tingkat tinggi.
Tentu saja, hal ini memiliki kesamaan dengan sistem di dalam game. Bagi seorang bangsawan di era abad pertengahan apabila dia terlalu mengandalkan bawahannya yang merupakan seorang rakyat jelata biasa, wibawa dan moral pasukannya dapat segera runtuh. Maka dari itu, game membuat sistem tersebut untuk menanggulanginya yang hanya dapat digunakan sebanyak 15 kali.
Dengan kata lain, rakyat jelata tersebut beserta dan keturunannya secara resmi telah menjadi ksatria seorang bangsawan.
Mengingat Ares juga memiliki gundik lain, dengan berat hati dia pun mendekati Amalia untuk duduk di sampingnya dan berkata dengan nada menyesal, "Maaf... aku akan mengunjungi yang lainnya untuk saat ini."
"Baik, Tuan," timpal Amalia dengan nada bahagia.
Hendak berpisah dengannya, Ares mendekatkan wajahnya ke wajah Amalia untuk mencium bibirnya dan bangkit dari tempat tidur lalu berkata dengan nada khawatir, "Harap beristirahat yang cukup."
Amalia segera tersenyum dan menjawab, "Baik, Tuan."
Ares segera keluar dari kamar bersama dengan Mia dan menuju kamar wanita lainnya.
"T—Tuan..." panggil Mia gugup.
"Apa itu?" timpal Ares.
"Sebenarnya, dua hari yang lalu... Ody juga telah melahirkan seorang anak laki-laki..." balas Mia gelisah.
"Bimbing aku," timpal Ares dengan cepat.
"Baik, Tuan," balas Mia.
Saat berjalan, Ares pun mengingat kembali kejadian saat dia melihat Lia dimana perasaannya segera terluluhkan dan tidak ingin membuatnya dalam bahaya.
Apakah ini naluri seorang priayang telah menjadi ayah?
Setelah berjalan singkat, mereka tiba di salah satu kamar yang berada di lantai dua yang berada tidak jauh dari kamar Amalia dan memasukinya.
Melihat pintu yang tiba-tiba terbuka dengan Ares yang memasukinya, seorang wanita dengan wajah imut berambut hijau yang terduduk di atas ranjang dengan bayi laki-laki yang tertidur di sampingnya pun secara naluriah berkata, "Tuan?!"
Saat melihat Ody terburu-buru bangkit, Ares segera menangkat tangannya untuk menghentikannya dengan berkata, "Tidak apa-apa," sembari mendekatinya.
Melihat sikap Ares, Ody memutuskan untuk duduk tenang kembali. Setelah Ares duduk di sampingnya, dia bertanya, "Apakah kamu merasa tidak enak badan?"
"Mo—mohon maafkan saya, Tuan. Saya tidak bermaksu—" jawab Ody tersela.
Bermaksud untuk menenangkannya, Ares dengan lembut memegang tangannya dan menyela, "Tidak apa-apa, katakan saja sejujurnya."
"Um... meskipun saya masih sedikit lemas, namun saya bersyukur karena saya merasa baik-baik saja, Tuan," balas Ody tersenyum lemah.
Menurut ingatan yang didapatnya, Ody adalah wanita yang sering disakiti oleh Ares sebelumnya. Ia pun segera mengambil mengambil salah satu tangannya dan menggenggamnya.
"Tuan?" panggil Ody kebingungan.
Setelah menunduk dalam, Ares berkata dengan nada menyesal, "Maafkan aku karena telah sering berbuat kasar kepadamu... Juga, terima kasih karena telah melahirkan anakku."
"Mo—mohon angkat kepala Anda, Tuan! Saya baik-baik saja!" timpal Ody dengan panik.
Ketika Ares mengangkat kembali kepalanya, tanpa sengaja dia melihat beberapa bekas luka di tangan Ody yang tertutupi oleh lengan bajunya yang panjang. Ares pun menyingkapnya dan berkata, "Ini..."
Dengan panik, Ody berusaha menutupinya kembali sembari berkata dengan panik, "Ti—tidak, Tuan!"
"Tolong tunjukkan," balas Ares dengan tegas.
"Baik..." timpal Ody menyerah lalu menyingkapkan kembali lengan bajunya.
Ares segera melihat beberapa luka memar yang ada di lengannya yang membuatnya sangat bersalah. Namun, penasaran dengan statistik seseorang yang penuh luka seperti ini, Ares pun merapal dengan sangat lirih menargetkan Ody, "Appraisal."
......................
...[Status]...
Nama : Ody
Umur : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Gelar : Gundik Margrave Rueter
Afiliasi : Margrave Rueter, Kerajaan Rowling
Statistik
Keahlian Senjata : 11 (+0)
Kelincahan : 18 (+0)
Kepandaian : 47 (+0)
Tubuh : 17 (+0)
Loyalitas : 58
Moral : 54
Pelatihan : 10
......................
Tubuhnya lemah...
Tapi, mengapa dia memiliki kepandaian seperti birokrat?!
Sedikit terkejut dengan statistik yang dimilikinya, Ares berniat meminta maaf dengan menjadikan Ody dan anaknya sebagai pengurus wilayah di masa yang akan datang. Mengingat lukanya, Ares segera menundukkan kepalanya kembali dan berkata, "Maaf, aku akan memanggil tabib terbaik untukmu."
"Ti—tidak apa-apa, Tuan! Mohon untuk memberi nama anak tersebut terlebih dahulu!" timpal Ody panik seolah mengubah topik.
Karena suara Ody yang seketika meninggi, bayi tersebut segera terbangun dan mulai menangis sehingga Mia menggendongnya untuk menenangkannya.
"Maaf, suara saya terlampau keras," sesal Ody.
Dengan senyum menenangkan, Mia membalas, "Tidak apa-apa."
"Berilah sebuah nama untuknya," ujar Ares dengan tersenyum.
"Ta—tapi, saya sebagai rakyat jela—" balas Ody gelisah.
"Tidak apa-apa, kamu juga merupakan ibunya," timpal Ares tersenyum menenangkannya.
Seolah menjadi mimpi, Ody benar-benar bahagia dan dengan penuh syukur menjawab, "Um... jika begitu... t—terima kasih, Tuan..."
Melihat wajahnya yang menjadi sangat imut, Ares mengarahkan tangannya untuk membelai kepalanya dan berkata dengan lembut, "Aku akan menjadikannya ksatria, berilah nama yang baik untuknya."
Terkejut akan perkataan Ares, Ody bertanya kembali dengan terbata karena sangat gugup, "Be—benarkah itu, Tuan?"
"Ya, tentu saja kamu dan keluargamu juga dapat menyandangnya," jawab Ares sembari tetap membelai kepalanya.
Ody segera menundukkan dalam kepalanya dan berkata, "Te—terima kasih banyak, Tuan Ares."
Kemudian, Ody mengangkat kembali kepalanya dan berkata sembari menatap bayi laki-laki yang digendong oleh Mia di sampingnya, "Jika begitu... Leon..."
Singa, kah?
Ares pun mengalihkan pandangannya menuju anak laki-lakinya dan menatapnya dengan hangat sembari berkata, "Mulai saat ini, namamu adalah Leon Mars."
Bagi Ares, yang baru saja memiliki seorang anak laki-laki, merasa memiliki suatu kebanggaan tersendiri saat menatap Leon dengan hangat.
"Mars..." timpal Ody.
Tentu saja, Ares tidak memberinya nama sebuah planet. Itu adalah julukan yang disematkan pada Pedang Attila "Sword of Mars" saat membantai Pasukan Romawi.
"Jika begitu, aku akan mengunjungi Sena. Istirahatlah yang cukup," ujarku dengan lembut.
"Baik, Tuan," timpal Ody tersenyum.
Ketika melihat bayi laki-laki itu kembali, Ares sekali lagi merasakan bahwa dia tidak ingin membuatnya berada dalam bahaya.
Sekali lagi, apakah ini adalah naluri seorang ayah?
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
(。☬ Nana luce ☬。)
kok gak pakai nama marganya Ares sih?
apa karena amalia cuma gundik nya Ares
2025-04-06
0
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-04-27
1
Adryan Eko
oii oii.. sapa yg naroh bawang nih..
perasaan hangat, seketika gw inget ama gadis2 kecil gw.. luar biasa lu thor, bisa bawa2 emosi readers
2021-09-09
1