Abraham terbangun di pagi hari dengan kondisi yang sama, keringat bercucuran dan tangan yang bergetar nafas yang tak beraturan, rasa sakit yang sama setiap kali mendapat kan mimpi buruk yang terus berulang.Seolah olah kejadian itu baru saja terjadi.
Abraham bangkit dari tempat tidurnya lalu membersihkan tubuhnya hari ini ia akan ke batam.
Bram menatap sekeliling kamar nya, tak ada yang berubah foto sang istri masi tergantung di dinding kamarnya, baju dan peralatan make up juga masih tersusun rapih di tempatnya, tak ada sedikitpun yang berubah.
Begitu pula di kamar sang anak, tak ada yang berubah. Pakaian, mainan masih ada di tempatnya sama sewaktu yang empunya masih memainkannya.
Bram mengusap foto sang anak yang tersenyum memeluk boneka kesayangannya. Setetes air mata lolos dari matanya, hatinya masih terasa perih setiap mengingat kenangan di rumah ini, dengan keluarga kecilnya.
Bram menghapus air mata dan menghembuskan nafasnya berkali-kali, mencoba menguatkan dirinya sendiri.
Ia pun melajukan mobilnya ke makam sang istri...
"Mas mau ke luar kota beberapa hari ya, doakan semoga semuanya lancar," ucap Bram mengusap batu nisan istrinya,,
Itulah sosok Abraham, walaupun istrinya sudah tiada, tapi jika ingin ke luar kota ia selalu menyempatkan diri mengunjungi makam istri dan anak-anaknya.
****
Di kota lain, Mikaila sangat bersemangat akan berangkat ke Batam, ini pertama kalinya ia pergi jauh dari ibu.
"Ade, kamu baik-baik ya di sana, kalau ada apa-apa jangan lupa telfon kakak," ucap Sang kakak.
"Iya, Kak. Nanti Kaila telfon kakak, janji ya kalau aku panggil kakak datang."
"Hhmmm," jawab Jabbar, kakak Mikaila sambil mencubit pipi gembul adiknya.
"Jaga diri ya di kota orang, ingat jangan bikin ayah malu," ucap ayah.
Mikaila hanya mengangguk sambil memeluk ayahnya.
Terakhir ia memeluk ibunya dangan sangat erat, walaupun dengan berat hati ibunya tetap melepaskan anak gadisnya itu.
"Jangan lupa telfon kalau udah sampai ya?!"
"Iya Bu."
Lambaian tangan mengantarkan kepergiannya.
"Udah jangan nangis, sekarang dah canggih, walaupun jauh kita masih bisa telfon bahkan Vc," kata Humaira menepuk-nepuk kepala sahabatnya itu.
"Selamat datang di Batam gadis cantik," kata kak Zahra saat mereka sudah sampai di kota Batam.
"Laper banget nih, sebelum ke kontrakan kita cari makan dulu yuk, ada restoran baru buka di sana yang punya taman kakak jadi bisa diskon," ucap Zahra, mereka menunjuk sebuah restoran di seberang jalan..
Entah Karena semangat atau kelaparan mereka menyebrang jalan tidak berhati-hati.
"Citttttt..." suara ban yang mengerem mendadak mengagetkan ketiga pejalan kaki yang berteriak kencang karena keterkejutannya.
"Astagfirullahalazim," ucap ketiganya bersamaan.
Yang di dalam mobil tak kalah terkejutnya.
"Kalau mau nyebrang hati-hati dong," teriak sang pengemudi yang tak lain adalah Yoga.
"Maaf pak, maaf" kata mereka bertiga.
Yoga masih ingin memarahi ke tiga gadis itu, tapi suara Seorang Abraham menghentikannya.
"Kalian ga apa-apa?" tanyanya yang keluar dari mobil.
"Ga apa-apa, maaf kami yang salah," jawab zahra.
Bram memberi kode ke Yoga untuk mengakhiri perdebatan mereka.
"Ya sudah hati-hati kalau mau menyebrang" katanya lagi.
Namun, sebelum masuk matanya dan Mikaila tanpa sengaja saling bertatapan dan tatapan itu mampu menggetarkan hatinya.
Mobil mereka pun melaju membelah jalan kota Batam.
Didalam mobil Bram terus mengingat tatapan dari Mikaila, dia pun menggeleng mengusir pikirannya itu,Yoga hanya melirik melihat tingkah bos sekaligus adik iparnya itu.
Tak ada keberanian untuk bertanya, walaupun usia Yoga lebih tua tapi ia sangat menghormati Bram..
Sementara di Restauran Mikaila masih gemetaran bahkan nyaris menangis mengingat kejadian di mana dirinya hampir saja menjadi korban kecelakaan.
Berbeda dengan Humaira, dia malah tanpa rasa takut dan malu melahap semua makanan yang ada di hadapannya.
"Mikaila kamu ga apa-apa kan, ini minum dulu?!" kata Zahra menyodorkan jus jeruk ke Mikaila...
"nggak apa-apa mba, hanya masih kaget aja, untung om yang tadi ga marah sama kita ya mba," ucap Mikaila,
"Yang tadi ganteng banget ya mba?" kata Humaira sambil terus memakan makanannya,
Mikaila hanya mengangguk mengiyakan ucapan sahabatnya itu.
"Iya udah ganteng baik lagi," Zahra ikut memuji sambil senyum-senyum.
"Hai Zahra udah lama," suara seorang pria menyapa Zahra.
Ketiganya pun kompak menengok ke asal suara.
"Rendy baru aja ko, nih kenalin adik adik aku," kata Zahra.
Mereka pun berkenalan, sejenak Rendy terkesima memandang wajah cantik Mikaila yang masi sangat natural. Hanya menggunakan polesan make up tipis.
"Jadi gini Rendy rencananya Minggu depan aku akan mulai menjalankan bisnis butik ku,kamu bisa bantuin kan,?" tanya Zahra.
"Tenang aja itu beres apa lagi ada bidadari cantik," sahut Randy melirik Mikaila.
Rendy adalah sahabat Zahra, pria tampan, tinggi putih keturunan korea. Dia pemilik beberapa restoran di Batam dan di beberapa kota lainnya. Baik restoran mewah maupun sederhana, dia tidak membedakan dalam berteman. Mau itu miskin atau anak orang kaya .
Tiba-tiba Humairah terbatuk-batuk, Mikaila refleks memberikan air minum.
"Hati hati dong dek," yang di tegur hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Kak" panggilnya sambil menunjuk seseorang
di meja lain dengan mata nya.
Semua menengok ke arah yang di tunjukkan Humaira, tak terkecuali Mikaila.
Entah mengapa jantungnya tiba tiba berdetak kencang bahkan ia memegang dadanya untuk menetralkan debaran jantungnya sendiri.
Ya, dialah sang pemilik mobil yang hampir menabraknya.
"Kenapa aku se takut ini ya dia kan tak marah ma aku" batin Mikaila memprediksikan mengapa jantungnya tiba tiba berdetak kencang.
"Kalian kenal dia?" tanya Randy.
"Tadi kami hampir di tabrak sama mobilnya dia," jawab Zahra,
"kalian nggak apa-apakan?!"tanya Randy khawatir.
Semuanya kompak menggeleng.
"Dia itu Abraham Wijaya, salah satu pengusaha sukses di kota ini. Bahkan di negara ini," lagi-lagi mereka kompak mengangguk angguk.
Merasa ada yang membicarakannya Bram menengok ke arah mereka, lagi lagi tatapannya bertemu dengan Mikaila dan kali ini mereka bertatapan cukup lama .
Sadar akan tatapannya Mikaila menunduk kan pandangan ke jemarinya. Setelah di rasa aman ia kembali mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Abraham, tapi dugaan nya salah Bram masih menatapnya dangan tatapan yang sulit dia artikan, tersenyum hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mengusir ke canggungannya.
Mereka kembali ke aktifitasnya masing-masing.
Abraham kembali ke kotanya dan Mikaila mulai membantu kak Zahra membuka butiknya.
Ada yang aneh dengan hati keduanya.Mikaila bahkan terus mengingat tatapan mata dari seorang Abraham wijaya. Karna rasa penasaran nya Mikaila mencoba mencari tau tenteng sosok Abraham Wijaya.
"Kak Rendy bilang dia orang yang sukses," gumamnya sambil mengutak-atik ponselnya.
"Yes dapat" pekiknya tanpa sadar dan langsung menutup mulutnya takut membangunkan yang lain. Dia pun mulai melihat profil seorang Abraham dengan senyum bahagia.Tangannya berhenti seketika ketika muncul foto Bram dengan seorang gadis cantik dan menggendong anak kecil yang sangat cantik dan manis dengan keterangan keluarga kecil Abraham Wijaya.
Tak terasa air matanya menetes , dia pun mematikan ponselnya dan memutuskan untuk tidur.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 346 Episodes
Comments
EMI aja
greget IHK klo ad saling lirik dengan diam itu ,inget pengalaman wkwkkwkw 😂🤭
2022-04-03
0
Ucio
lanjut kk
2022-03-31
0
Kinan Rosa
kayaknya seru deh lanjutkan aja ya
2022-03-24
0