The Last Lotus
... ~Bila bulan tidak mencintai bumi, tak mungkin dia melindunginya dari kegelapan. Tapi saat bulan menghilang di balik awan, apa itu artinya dia sedang marah?~...
Ibukota, 2015
Alunan musik klasik terdengar memenuhi ruangan yang didekorasi mewah, tempat sebuah pesta sedang berlangsung. Gelas-gelas berdentingan seirama dengan suara obrolan ringan dari para tamu undangan. Para pelayan sibuk ke sana kemari menyiapkan hidangan serta memastikan semua orang merasa bahagia, sebahagia Alvano, tuan rumah yang sedang tertawa bersama seorang pria muda yang berdiri sopan di sebelahnya.
"Ah, kenapa mereka lama sekali?" suara Alvano terdengar sedikit cemas di pendengaran pria yang berdiri di sebelahnya tapi bagi orang lain, pria paruh baya itu hanya terdengar tak sabaran. Undangan resmi digelar pukul delapan dan saat ini baru pukul tujuh lewat empat puluh lima.
Pria muda itu melirik jam lalu dengan sopan berpamitan pada Alvano yang menepuk punggungnya. "Jangan jemput tunanganmu, biar ibu kamu yang membawanya ke sini," kata Alvano sambil tertawa.
"Iya, Om, saya mau ke belakang sebentar," kata pria itu sambil melangkah.
"Arsa, jangan lama-lama!" sahut Alvano diiringi anggukan sopan pria bernama Arsa itu. Setelah calon mertuanya memalingkan wajah, Arsa melangkah menaiki tangga. Dia tidak bermaksud mengecek tunangannya tapi dia justru mencemaskan wanita lain yang sebelumnya dia tinggalkan dalam keadaan murung.
"Lihat Crystal?" tanya Arsa pada seorang pelayan.
"Mbak Crystal tadi saya lihat ke lantai empat," jawab seorang pelayan.
Dahi Arsa berkerut heran, hatinya seketika melontarkan pertanyaan. "Merenung apa lagi?"
Arsa baru saja akan melangkah untuk menemui Crystal ketika terdengar seruan nyaring dari lantai bawah. Beberapa pelayan berlarian dengan panik sembari menjerit histeris.
"Kecelakaan! Mbak Crystal kecelakaan. Mbak Crystal kecelakaan!"
Sekejap situasi menjadi menegangkan karena para tamu berlarian mengikuti arah para pelayan yang melesat ke halaman belakang.
Arsa pun ikut berlari, pikirannya kalut, terbelah-belah. Bersama Alvano mereka menuju halaman belakang, lokasi tempat Crystal tergeletak. Hampir semua orang menjerit histeris menyaksikan petaka yang terjadi. Alvano bahkan tak sanggup bernapas, seketika dia jatuh pingsan hingga menambah kepanikan.
Arsa juga nyaris pingsan, tubuhnya menjadi kaku, tak bisa bergerak. Bahkan bibirnya terkatup rapat dengan air mata meleleh menyaksikan tubuh langsing Crystal yang berbalut gaun peach, tergeletak dengan darah berceceran. Arsa membeku, baru saja dia mengecup pucuk kepala Crystal dan sekarang kepala itu terkulai tanpa daya. Darah merah mewarnai rumput hijau yang seolah menjadi permadani Crystal.
Tak hanya itu yang membuat Arsa akhirnya menjerit histeris, ada tubuh lain yang sama tak berdaya, tergeletak tak jauh dari Crystal, tapi lebih nahas karena kepalanya di atas lantai halaman. Arsa berlari mendekat dan memberontak saat beberapa orang menghalanginya untuk menyentuh Andini, wanita yang melahirkannya.
Dalam sekejap tim medis yang memang bersiap di lokasi pesta, memeriksa keadaan Crystal dan Andini. Suara-suara panik memenuhi rumah megah Alvano. Di tengah kepanikan itu terdengar suara yang mencemaskan putri sulung Alvano yang tak tampak.
"Di mana Jira?"
Arsa ingin sekali mencari Jira tapi sirine ambulan membuatnya tersadar. Bergegas dia menyusul Crystal dan Andini yang dilarikan ke rumah sakit bersama dengan Alvano yang dibawa dengan mobil pribadi. Telinganya berpura tuli saat semua orang masih menanyakan keberadaan Jira, tunangannya.
Ketika sirine semakin menjauh, seorang utusan segera membubarkan pesta disertai permintaan maaf. Para tamu berbondong-bondong pulang dengan berbagai asumsi, para pelayan merinding ngeri sembari berusaha mengusir secara halus semua tamu yang kukuh bertahan.
Sementara di sebuah kamar, seorang wanita merintih sendirian. Tangan kirinya menyentuh perut yang mengeluarkan darah. Sambil menahan sakit, sebelah tangannya meraih ponsel di meja. Susah payah dia mencoba menelpon.
"Tutup akses ke rumah! Bawa aku pergi tanpa ketahuan. Cepat, aku ... sakit ... aku di kamar ...."
Wanita itu menatap cahaya bulan yang memancar dari tirai yang terbuka. Cahaya itu begitu terang tapi baginya tak mampu menerangi kegelapannya saat ini.
"Ibu Jira baik-baik saja?"
Wanita bernama Jira itu masih ingin bicara tapi kepalanya terkulai ke lantai. Napasnya tercekat, perutnya semakin sakit. Di antara kesadaran yang menipis sebuah suara menggema di pikirannya.
"Tolooong! Kak, aku takut!"
Sekuat tenaga Jira berusaha menghilangkan bayangan ketakutan wajah Crystal. Pipi tirus yang sebelumnya dibelai Arsa, mata berbinar yang sebelumnya ditatap Arsa. Bibir manis yang sebelumnya tertawa bersama Arsa. Pundak yang sebelumnya dirangkul Arsa. Juga kepala yang sebelumnya dicium Arsa.
Rasa sakit kembali menghantam dada Jira, tawa lepas mereka sempat menyakiti hatinya namun seperti biasa Arsa hanya menertawakan wajah dingin Jira meski Crystal lebih tahu diri, perlahan melepas tangan Arsa di pundaknya.
Tanpa sadar tangan Jira meremas kuat perut yang masih mengeluarkan darah. Bukan di sana sakitnya tapi telapak tangannya terasa kaku saat mengingat jemari Crystal terlepas dari tangannya. Bukan di tangan saja, kepalanya juga menjadi luar biasa pening, sekarang dia bahkan mual kala mengingat jelas wajah ketakutan Crystal karena tubuhnya menggantung di udara. Pekikan Crystal membahana dalam pikirannya. Setetes air meluncur begitu saja membasahi pipi mulus Jira.
"Crystal, maaf ..." lirih Jira saat pintu terbuka diiringi pekikan sepasang pria dan wanita yang langsung memeriksa kondisi Jira.
"Jangan sampai ada yang tahu kondisiku sekarang. Ini rahasia," pesan Jira sebelum menutup mata karena tak tahan terus melihat bayangan saat Crystal melayang dan mendarat di halaman.
...JANGAN LUPA MAMPIR KE NOVEL AUTHOR YANG BERJUDUL...
..."LET ME BE YOURS...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ilfra Ilivasa
dari prolog udah bagus kak! mantap!
2022-03-15
1
Ilfra Ilivasa
mantap kata-katanya! dan akan saya jawab, "ia tidak marah, melainkan sang awan lah yang menghilangkan bulan dan itu artinya bulan itu tidaklah marah. Dirinya hanya membutuhkan waktu untuk keluar dari awan itu"
2022-03-15
0
nura julian
tulisan rapi 👍
2022-01-19
1