Usaha Alex untuk menahan Nadin sepertinya gagal, ia tidak bisa memaksakan kehendaknya
pada Nadin jika tidak mau nadin lepas darinya.Akhirnya. Nadin ikut dengan Alex,
ia akan ke rumahnya untuk memastikan sesuatu di sana. Walaupun Alex tahu tujuan
Nadin tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Mobil Alex berhenti tepat di depan rumah Nadin. Alex mengedarkan matanya, mencari
sosok yang begitu ia takuti akan bertemu dengan Nadin. Tapi saat tak mendapati
siapapun, Alex bisa bernafas lega karenanya.
“Aku turun ya!” ucap Nadin, sebenarnya hatinya ingin sekali melarangnya. Alex hanya
bisa menyerah sekarang.
“Anak buahku akan menjemputmu nanti!” ucap Alex sebelum Nadin turun. Hanya itu yang
bisa ia lakukan sekarang, otaknya tak mampu berpikir banyak.
“Tidak usah, aku akan naik taksi saja!” Nadin menolak keras, membuat Alex
menghembuskan nafas kasarnya.
“Jangan membantah, kau ini …!” Alex mengusap kepala Nadin. Alex menampakkan senyum di
bibir tipisnya, ia tidak mau Nadin menganggap dirinya begitu jahat hingga
menghindarinya.
“terserah kau saja!” Ucap Nadin sambil menepis tangan Alex. Nadin pun segera turun dari mobil. Alex menunggu hingga Nadin benar-benar masuk ke dalam rumahnya.
“Sampai kapan kau akan mengabaikan ku …?” gumam Alex, lalu ia segera meninggalkan rumah Nadin. Dia harus segera ke tempat kerjanya, ia sudah sangat terlambat.
Ada yang berbeda kali ini, tujuan utamanya bukan di perusahaannya tapi tempat di
mana ia akan melakukan kerja sama dengan tim yang sama dengan Rendi.
Hari ini ia tahu Rendi tidak mungkin datang ke rumah itu karena mereka akan
melakukan pekerjaan sampai sore hari, Alex membiarkan Nadin pulang ke rumahnya
karena memastikan jika Rendi dan Nadin tidak akan bertemu sampai ia kembali
nanti.
Pagi ini Aisyah melakukan kegiatannya seperti biasa, ia berjualan rujak cingur dan
menunggu hingga ibunya datang. Saat ibunya datang ia sebenarnya enggan untuk
pulang Karena hari ini ia libur kuliah tapi ibunya memaksanya untuk pulang.
ibunya memintanya untuk menemani adiknya di rumah. Sebenarnya sore ini seharusnya gus Fahmi datang bersama orang tuanya tapi karena jadwal tausiyah gus Fahmi di kota, gus fahmi pun meminta maaf pada Aisyah karena tidak bisa dangan hari ini, ia harus di luar kota selama dua minggu.
Sebenarnya sedikit kecewa, tapi ia tidak bisa mengeluh. Ia juga belum berani mengatakannya
pada ibunya. Selama ini ibunya tidak pernah membahas mengenai pernikahan
ataupun masa depan aisyah, bu Santi terlalu sibuk dengan pengobatan Nino.
Aisyah pun meninggalkan ibunya, semenjak beberapa hari ini Gus Fahmi selalu
mengantarnya ke ujung jalan dan membantunya mendorong gerobak, tapi pagi ini ia datang hanya untuk mengatakan kalau ia akan pergi keluar kota.
Aisyah berencana akan mengatakan niat baik gus Fahmi pagi ini juga pada ibunya tapi
lebih dulu gus fahmi mengatakan jika ia harus keluar kota. Aisyah pun
mengurungkan niatnya untuk memberi tahu ibunya.
Langkah Aisyah melambat saat melihat sosok yang ia rindukan luar dari pagar rumahnya,
setelah memastikan jika itu benar, aisyah segera mempercepat langkahnya.
“Assalamu'alaikum, kak!” Aisyah menghampiri dan memeluk Nadin, ia begitu senang melihat Nadin datang.
“Waalaikum salam Ais!”
“kakak sudah pulang, mana baby El?” mata Aisyah mengedar, ia berharap bisa menemukan
baby El. Tapi sepertinya tidak ada.
“Baby El masih di rumahnya Alex!” mendengar ucapan Nadin, Aisyah tampak kecewa.
“kenapa?”
“Aku hanya …!” Nadin ragu untuk menjawabnya, ia memang belum tahu kenapa ia
meninggalkan baby El di sana, tapi ia juga tahu itu salah.
“Tidak baik kak tinggal di rumah laki-laki yang bukan mahram kita!”
“Iya aku tahu, tapi Alex mengatakan kalau rumahku sudah tidak aman!”
“Tidak aman?” Aisyah kembali terkejut.
“Iya, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan di rumahku?”
“Memang sih kak, beberapa hari ini, setiap hari ada seorang pria yang terus menunggu di
depan rumah kakak, tapi sepertinya dia orang baik!”
“Orang?”
“Iya, seorang pria. Dia tampan, tinggi dan dingin!”
“Dingin?”
“Iya …, bahkan wajah dinginnya bisa membuat orang di sekitarnya terasa membeku!”
Entah kenapa ciri-ciri itu mengingatkan Nadin pada seseorang, seseorang yang begitu
ia rindukan. Tapi juga mengingatkan sebuah luka lama.
“Ya udah Ais, aku harus pergi. Kasihan baby El jika aku tinggal terlalu lama!”
“Apa kakak tidak akan pulang?”
“Pulang, aku pasti pulang! Aku pergi dulu, assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Anak buah alex sudah menunggu Nadin di depan rumahnya, ia mengurungkan niatnya untuk
mengambil baju. Baju yang sudah sempat ia masukkan ke dalam tas ia tinggal
begitu saja di teras rumahnya.
“Ahhh …, kak Nadin, kenapa hidupnya rumit sekali …, kenapa juga tuan Alex nahan kak
Nadin?!” gumam Aisyah sambil menunggu mobil Nadin menghilang dari pandangannya.
***
Sore ini saat hendak berangkat ke mini market, Aisyah menyempatkan diri untuk
mengunjungi rumah Nadin, ia harus menyalakan lampunya sebelum gelap.
Langkah Aisyah kembali melambat saat melihat pria yang sama sedang duduk di lantai
teras rumah Nadin, Aisyah ragu untuk melangkah tapi melihat wajah kacau pria
itu, Aisyah merasa tidak tega.
“Assalamualaikum!” Aisyah memberi salam, pria dingin itu hanya mendongakkan kepalanya, menatap Aisyah yang ada di depannya,
ia bahkan malas untuk menjawab, wajah dinginnya kini berubah sendu.
Kenapa orang-orang berjas ini sulit
sekali menjawab salam …..
“Anda ini sebenarnya siapa? Kenapa sel;alu berada di depan rumah ini, dan ini …,
kenapa memegang baju kakak saya?” Aisyah memberondong pria itu dengan banyak
pertanyaan, ia sudah begitu kesal melihat pria yang ada di depannya.
“Kau siapa?” bukannya menjawab pertanyaan Aisyah, pria dingin itu malah balik
bertanya.
“Anda yang siapa? Ini rumah kakak saya, gara-gara anda, kakak saya tidak berani
pulang!”
“Ini rumah istri saya!” ucap pria itu tanpa mempedulikan ucapan Aisyah, tapi justru
ucapan pria itu membuat Aisyah terkejut.
“Anda jangan macam-macam ya …., kalau anda memang suami kakak saya, apa buktinya?”
Aisyah tidak mau percaya begitu saja, jika tiba-tiba ada yang mengaku-ngaku
sebagai suami Nadin. Ini bukan yang pertama, bahkan banyak dari pria yang
mengincar ingin menjadikan Nadin sebagai istrinya.
Pria dingin itu menatap Aisyah tajam membuat Aisyah sedikit mundur dan menundukkan
pandangannya. Pria itu menghela nafas, kemudian ia mengambil sesuatu dari balik
saku jasnya. Ia mengeluarkan ponselnya kemudian menunjukkan pada Aisyah. Sebuah
foto pernikahan.
Aisyah mengambil ponsel itu dan memastikan siapa yang ada dalam foto itu, dan ternyata
benar, itu foto Nadin dan pria itu dan juga keluarganya.
“Jadi ….!” Aisyah mengulurkan ponselnya, dengan cepat Rendi mengambilnya dan kembali menyimpannya dalam saku jasnya. Sebelumnya ia pikir tidak penting memberitahu
orang asing, tapi saat melihat Aisyah, ia jadi yakin kalau gadis itu cukup
dekat dengan Nadin.
“Ya …, saya suaminya! Beri tahu aku di mana Nadin dan anak saya sekarang?”
“Maaf …, bukan hak saya memberi tahu anda, jika kak Nadin ingin bertemu dengan anda
baru saya akan memberitahu keberadaannya!”
“Baiklah …, kalau begitu ijinkan saya tetap di sini sampai istri saya kembali!”
Akhirnya Aisyah pun mengijinkan pria dingin itu untuk tetap menunggu di sana, tapi tidak
di dalam rumah. Pria dingin itu boleh menunggu tapi tetap di luar sampai Nadin
benar-benar mengijinkannya untuk masuk.
****
Di tempat lain, Nadin setelah kembali dari rumahnya ia benar-benar tak sabar untuk
menunggu kedatangan Alex, ada yang ingin segera ia tanyakan. Tapi sepertinya
Alex pulang terlambat, hingga petang mobil pria itu baru masuk ke halaman.
“Nad ….., kamu belum tidur?” Tanya Alex, ia tersenyum senang saat melihat Nadin
sudah menyambutnya pulang kerja.
“Ada yang ingin aku tanyakan!”
“Bentar …, aku kangen banget sama baby El, di mana dia?”
“Baby El sedang tidur Lex!”
“Di mana?”
“Di kamar!”
Alex segera menghampiri baby El yang sedang tidur, ia begitu merindukan baby El.
Sehari saja tak bertemu dengan baby El membuat Alex begitu merindukannya. Alex
menciumi baby El yang tertidur.
“Alex …, jangan ganggu dia, nanti bangun!”
“Tapi daddy-nya ini sangat merindukannya …, pengen lihat senyum baby El!” ucap Alex
sambil terus menghujani cium di seluruh wajah baby El, rasanya bisa mencium dan
melihat baby El sepulang kerja sudah berhasil membuat rasa lelahnya hilang
karena seharian kerja.
“Alex …, aku ingin bicara penting!” Nadin begitu tak sabar ingin menanyakan sesuatu
pada Alex.
“baiklah …, sebentar ya beri aku waktu sebentar saja dengan baby El!”
“baiklah …, kalau gitu aku tinggal ke dapur dulu, susul aku di ruang makan!”
“Baiklah ….!"
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Happy Reading 🥰😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍
kapan kisah Alex dan Nadin ini berakhir.... agak gak suka baca part Alex Ama Nadin...
2022-11-04
1
Engkoy Tea
aku baca nya lompat lompat , males kalau bahas nadin sm alex
2022-02-10
1
Doisi Fahril
lanjut baca, yg di ulang banyak sih tapi aku suka😍
2021-05-11
3