Harada tidak tidur semalaman karena berjaga. Walaupun pengamanan apartemen cukup ketat, dia tetap waspada.
"Kita tidak tahu ada berapa Ecco di dunia ini. Jadi biarkan aku berjaga, tidurlah," katanya saat aku keluar kamar dini hari tadi.
Saat aku keluar kamar pagi ini, Harada sudah tertidur disofa bersama Mimi.
"Kamu sudah bangun?" Harada menyusulku ke ruang makan. "Tidurlah lagi. Kamu tidak tidur semalaman."
"Kamu mau ke kampus?" aku mengangguk. "Akan aku antar. Tunggu lima menit."
"Tidak usah. Istirahat lah. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jangan khawatir," aku gak tega membiarkan Harada mengantarku. Dia benar-benar terlihat lelah.
"Tidak. Akan aku antar. Kamu tanggung jawab ku," Keras kepala.
"Baiklah, Aku yang menyetir. Tidurlah di mobil." Harada setuju. Dia menghilang dibalik pintu kamar tamu untuk bersiap, sementara aku melanjutkan sarapan.
Aku meninggalkan Harada yang sedang tidur di mobil. Mencoba menajamkan insting siaga bak spider man. Aku memang bisa bela diri, tapi belum pernah berkelahi secara langsung, jadi pasti aku tidak sepeka Harada.
Gadis sedang bersama Jason ketika aku sampai kelas. "Wah... lihat siapa yang baru datang," sindir Jason.
"Mau apa kesini?" Aku meletakkan tas aa
"Melihat gadis cantik," katanya ambigu, tapi aku bisa melihat pipi Gadis merona. Apa ini? Mereka baru bicara beberapa kali, tapi Jason berhasil membuat Gadis tersipu. Laki-laki ini bergerak cepat.
"Ngel, temenin aku beli baju mau gak? Jason ngajakin aku nonton," bahkan hanya mengingat permintaan Jason bisa membuat Gadis merona.
"Pipimu merona. Kamu menyukai Jason?" Gadis mengangguk.
"Jadi mau ya anterin aku ke mall?" pintanya lagi. Melihatnya begitu bahagia tentu saja aku tidak sanggup menolak.
"Aaa... Terima kasih," dia memelukku.
Tidak mudah membujuk Harada agar tidak mengikutiku masuk ke dalam mall. Aku selalu kalah bila berdebat dengannya. Menurut Gadis tingkah kami sangat lucu, menurutku Harada menyebalkan.
Akhirnya dia setuju membiarkan aku dan Gadis masuk tanpa dirinya setelah kami berjanji kami akan selesai dalam tiga jam. Baru kali ini aku ke mall dengan batas waktu, udah kayak sedang menyewa mobil.
"Baju seperti apa yang kamu mau, Dis?" Aku dan Gadis masih berjalan melihat display dari luar toko.
"Entahlah, yang sederhana tapi tidak membosankan," jawabnya.
Kami masuk ke salah satu gerai baju wanita. Memilih-milih dress untuk Gadis. Aku mengambil beberapa untuk Gadis coba, tapi-
Brugh...
"Oh... maaf." baju yang aku bawa jatuh berantakan ke lantai. Laki-laki yang menabrak ku membungkuk dan mengambil semua pakaian yang jatuh, sementara aku mundur selangkah.
Laki-laki, makhluk yang ingin aku hindari.
Beranikan dirimu, Angel. Aku mencoba menyakinkan diri kalau semua akan baik - baik saja.
Aku melangkah maju, dengan kaki gemetar aku ikut jongkok dan mengambil pakaian yang jatuh.
"Maaf," laki-laki itu membungkuk meminta maaf kemudian menyerahkan beberapa pakaian yang ia bawa.
Aku membalas bungkuk, "Tidak apa-apa."
"Saya Matsu Himura," ia kembali membungkuk.
Aku ikut membalas dengan sedikit membungkuk. "Angel," jawab ku.
"Maaf tadi saya tidak melihatmu. Terlalu asik mecari pakaian hingga tidak melihat sekitar."
"Tidak apa-apa."
"Ah... karena ada kamu, saya boleh minta tolong?" orang ini sopan sekali. "Saya sedang mencari hadiah pernikahan untuk adik saya. Kira-kira pakaian apa yang sebaiknya saya berikan?"
Aku melihat sekeliling, mencari Gadis sekaligus ide kado yang cocok untuk pengantin baru.
Akhirnya Matsu memutuskan untuk memberikan gaun tidur. Ia memilih gaun tidur berwarna merah terang.
Aku merasa malu sendiri saat menemaninya memilih gaun tidur, bagaimana tidak Matsu menempelkan gaun itu padaku, katanya ukuran calon adik iparnya sekilas seperti ku.
"Terima kasih Angel. Kamu sangat membantu," akhirnya selesai juga.
"Sama-sama Matsu-san," aku memaksakan diri untuk tersenyum. Padahal tubuh ini rasanya ini melorot ke lantai karena sejak tadi di terus saja mengikis jarak antara kami.
"Boleh aku minta nomor telepon mu?" Matsu mennyodorkan ponselnya padaku. Aku tidak langsung setuju.
"Tidak perlu," Entah dari mana datangnya tiba-tiba Harada mendekat dan merengkuh pinggangku. Memeluk ku begitu posesif. "Aku tidak suka pacarku memberikan nomor ponsel nya ke sembarang orang," katanya ketus.
"Sudah selesai?" dia menatapku dengan kesal. Aku hanya menangguk samar.
Matsu dengan canggung kembali menarik tangannya yang menyodorkan ponsel. Memasukkan ponsel kembali ke sakunya.
Entah kenapa aku merasakan aura permusuhan antara mereka. Dari caranya Matsu sepertinya mereka sudah saling kenal.
"Jangan dekati dia lagi," suara Harada terdengar mengancam. "Ayo sayang, mimi menunggu," Seperti biasa Harada tidak aka menunggu jawabanku, sambil memelukku dia menuntunku meninggalkan Matsu.
Matsu membungkuk dalam dan lama, membuatku yakin bahwa Harada ada orang yang Matsu hormati.
"Lepaskan aku." Aku mencoba melepaskan tangan Harada yang ada dipinggangku, tapi dia justru membuatku semakin menempel pada nya.
"Diam atau aku gendong?!" Orang ini senang sekali memaksa.
"Aku mau mencari Gadis. Sejak tadi aku tidak menemukannya,"
"Dia sudah dimobil. Apa kamu terlalu asik dengan Matsu hingga melupakan Gadis dan batas waktu?"
Benarkah? Aku terlalu gugup hingga tidak memperhatikan waktu.
"Apa kamu sudah tidak takut lagi dengan laki-laki? Kenapa bisa sedekat itu dengan Matsu?" selidiknya.
"Aku berusaha melawan rasa takutku. Aku sudah memikirkan yang kamu katakan, dan aku mau berusaha. Kamu tidak tahu tadi rasanya kaki ku lemas, tubuhku gemetar," kami sedang berada di lift saat ini.
Harada membalikkan tubuhku hingga kami saling berhadapan. Merapikan anak rambut yang menutupi wajahnya, menyelipkan nya dibelakang telinga.
Oksigen! Aku butuh oksigen. Sekarang aku binggung, aku gugup atau takut.
"Mulailah belajar dengan ku. Hum?" katanya lembut. Tidak pernah aku mendengar dia berkata selembut ini. "Jangan berdekatan dengan sembarang laki-laki. Apalagi jika tidak ada aku. Kamu mengerti?"
Seolah terhipnotis, aku mengangguk setuju.
Harada menautkan jari-jari kamu ketika pintu lift terbuka, membawaku ke mobil. Ish... Yakuza ini bisa membuatku salah paham.
Budaya membungkuk atau Ojigi di Jepang dan di Korea digunakan untuk berterima kasih, memohon sesuatu, memberi selamat, dan meminta maaf juga memberi salam.
Semakin formal situasi atau semakin tinggi kedudukan lawan bicara Anda, membungkuklah semakin dalam dan lama.
***like dan komen gaes....
makasi buat yang mampir, buat komennya
IG @bydarl.2021***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Shellia Vya
Hati2 Angel,Matsu punya niat memisahkanmu dari Harada
2021-08-11
0
Patrish
❤❤❤👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2021-07-30
0
ulala
untung gw bukan org jepang or Korea, d suruh nunduk lama2 encok ud pasti 🤦♀️
2021-06-20
2