Ponselku kembali berdering tepat saat dosen keluar kelas.
"Aku tidak akan terlambat," tidak perlu menyapa karena aku tahu dia pasti mengingatkan ku untuk pulang tepat waktu.
"Aku sudah diparkiran. Cepat kesini,"
Loh? bukannya tadi pagi dia bilang aku akan dijemput supir?
"Jadi kamu supirnya?" aku sudah berani mengambil goda nya sekarang. Satu kemajuan yang bagus. Paling tidak aku sudah tidak melihatnya sebagai laki-laki yang hanya menginginkan kepuasan dari seorang perempuan.
Sejak semalam aku memikirkan kata-kata Harada. Bahwa aku harus percaya padanya. Dia adalah orang kepercayaan kakek selain itu appa juga juga mengenalnya. Jadi dia tidak mungkin akan bertindak kurang ajar padaku.
"Aku sudah menjadi supirmu di hari pertama kamu tiba di Indo. Kenapa kamu baru menyadarinya?" Aku menoleh melihat Harada dengan tatapan tidak percaya.
"Apa?! Jangan melihatku, lihat kedepan." baru saja aku melihat sisi lain Harada yang ramah dan bersahabat, sedetik kemudian dia kembali pada mode ketusnya lagi.
"Apa ini?" Harada menyentuh daguku, dengan cepat aku menangkis tangannya. "Maaf, maafkan aku. Apa yang terjadi?" Di melihat lika dipipiku karena kuku Sheryl
"Hanya luka kecil. Bukan masalah." aku menjauhkan diriku dari jangkauan Harada.
"Jangan takut, oke? Aku hanya melihat luka mu tidak lebih. Percayalah padaku." Sepertinya Harada tahu tentang ketakutanku. "Lagipula ukuran mu kecil, bukan seleraku," tambahnya dengan santai
Aku melotot. Tidak menyangka dia mengatakan hal sevulgar itu. "Ayo pulang, kita obati lukamu."
"Aku bisa sendiri," aku masih enggan menoleh melihat Harada.
"Terserah saja. Aunty Marlin sedang dalam perjalanan ke rumah, jadi jangan cari masalah,"
"Kita pasti akan terlambat jika kamu tidak segera menyalakan mobil," Enak saja dia bilang aku cari masalah. Aku bahkan tidak melakukan apapun. Yang ada dia yang akan membuat kami terlambat.
Ibu Sugeng datang dengan beberapa orang wanita lainnya. Dilihat dari wajahnya sepertinya mereka seumuran.
Aku menyambut tamu-tamuku sebagai nyonya Kenji. Sementara Tuan Kenji melarikan diri dari keribuat emak-emak berdaster dengan mengurung diri di kamar.
"Mari silahkah," Aku mempersilahkan empat orang tamu ku untuk duduk di ruang tamu.
"Neng Angel bukan orang sini, yah?" tanya ibu Handoko.
"Iya, bu. Papa saya orang Korea." aku berusaha seramah mungkin sambil mengingat-ingat apa saja yang Eomma obrolin kalau sedang menjamu tetangga di rumah.
"Suaminya mana, Neng? Tadi saya liat pulangnya bareng" sepertinya Bu Sugeng bisa jadi pusat informasi ku.
"Oh lagi dikamar, bu. Ada kerjaan yang dibawa pulang,"
"Wah pekerja keras sekali," Puji mereka.
"Sudah lama, Neng nikahnya?"Giliran Ibu Alit yang bertanya sambil menikmati cemilan yang juga disediakan Aunty Marlin.
Sial, Harada tidak mengatakan apapun soal ini. " Dua bulan bu." Aku tetap menjawab. Semoga sesuai dengan rencana Uwak dan Harada.
"Wah... pengantin baru, masih anget-angetnya itu. Pasti lagi semangat-semangatnya kerja rodi," sekarang aku binggung bagaimana menanggapinya, karena aku gak mengerti apa yang Ibu Handoko katakan.
"Kerja rodi?" Aku tanya balik.
"Ish Neng Angel ini masih polos banget. Itu loh Neng kuda-kudaan sama suami. Biasanya kan malem-malem tuh, terus biasanya kerja keras kan sampe keringetan dan bisa beronde-ronde." Jelas Bu Handoko gamblang yang membuat pipiku memanas. Sekarang aku paham maksudnya kerja rodi.
Semoga Harada gak denger.
Pembicaraan selama lima belas menit aku jadi yakin bu Sugeng dan Bu Handoko adalah gudang informasi di komplek ini.
"Bu, rumah depan itu ada orang ga ya?" aku bertanya dengan hati - hati.
"Ada Neng," Jawab bu Handoko sambil mengunyah brownies nya. "Bule juga, Neng Angel. Ibu-ibu."
Aku manggut - manggut. "Jarang di rumah ya bu? Dari semalem Angel gak liat ada orang keluar masuk." Aku pancing lagi.
"Perginya pagi-pagi neng. Jam enam gitu ada mobil yang jemput, nanti jam tujuh baru sampe rumah lagi," Jelas bu Handoko.
"Aku penasaran Jeng, bule itu kerjaannya apa, yah?" Pertanyaan Bu Alit mewakili rasa penasaran ku.
"Kalo kata pak RT mah, peneliti di pabrik obat." Bu Sugeng mengambil sepotong brownies lagi.
"Doyan, bu?" Goda Bu Joko yang juga menyadari kalau Bu Sugeng sudah menghabiskan beberapa potong brownies.
"Plus enak." Aku suka sama Bu Sugeng ini, gak gengsi sama sekali dan humble padahal suaminya pejabat.
"Gak papa, buk. Habisin aja."
Pov Author
Harada memperhatikan gerak - gerik Angel sejak keluar kamar tadi. Angel yang sudah tampak rapi sedang sibuk di ruang makan.
Mata elang Harada mengamati penampilan Angel dari atas kebawah, ia kembali teringat pembicaraan ibu-ibu komplek tadi.
Itu loh Neng kuda-kudaan sama suami. Biasanya kan malem-malem tuh, terus biasanya kerja keras kan sampe keringetan dan bisa beronde-ronde
Harada menggelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya dari lamunan yang sudah terbang kemana - mana.
Kata 'kerja rodi' dan 'kuda-kuda' berhasil membuat pikirannya menjadi kotor.
"Ish! apa yang aku pikirkan!" gumannya sambil memukul-mukul kepalanya.
"Kamu mau pergi?" Angel berhenti di sebelah Harada.
Ia tampak cantik dengan dress selutut berwarna baby pink.
"Ganti pakaian mu," titahnya. "Kita mau mengunjungi tetangga depan. Kamu tidak mau ikut?" katanya lagi ketika melihat Harada yang masih enggan untuk bergerak.
Harada menatap Angel sejena sebelum ia bangkit dari duduknya. Tidak sampai lima menit Harada sudah siap.
Harada memperhatikan dengan seksama rumah Elisabeth. Ada sensor gerak yang terpasang diluar rumah dan sensor panas. Bisa dipastikan nyamuk yang keluar masuk rumah pasti akan terpantau.
Kamera CCTV dilengkapi dengan infra red yang memungkinkan untuk melihat disaat gelap.
Harada berdiri sejajar dengan Angel, sambil memeluk pinggang Angel setelah belum pintu dipencet.
Harada bisa merasakan kalau Angel menenggang. Wajah Angel mulai pucat. "Bertahanlah, kita harus meyakinkan Elisabeth kalau kita suami istri."
Angel tidak menjawab, dia sibuk merapal mantra didalam hati.
*Harada laki-laki baik, dia bisa dipercaya. Aku pasti baik-baik saja.
Harada laki-laki baik, dia bisa dipercaya. Aku pasti baik-baik saja.
Harada laki-laki baik, dia bisa dipercaya. Aku pasti baik-baik saja*.
"Tersenyum, baby." bisiknya ketika melihat handle pintu bergerak.
Angel memaksakan dirinya untuk tersenyum saat wanita paruh baya membukakan pintu.
"Yes?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Shellia Vya
mantranya Angel lama2 masuk dalam hati nih
2021-08-11
0
tukang nyimak
merah merona kata orang2 mah kaya udang rebus apa kepiting rebus, yg jelas merah merona bikin merinding
2021-07-25
0
Fatoyah Sari
itu poto emak2 rempong tetangga author yaa 😁😁😁😁✌️✌️✌️ becanda thour..
2021-06-08
2