PoV Author
"Kamu melihatnya? aku rasa kita bisa memanfaatkan gadis itu,"
"Benar. Sheryl itu sangat ambisius. Kita bisa membantunya mendapatkan Harada dan mengendalikan Andy sekaligus."
"Ide yang bagus."
Dua orang sedang merencanakan sesuatu untuk keluarga Ozawa. Kehancuran keluarga Ozawa.
"Cari tahu gadis yang sedang dekat dengan Harada."
"Baik papa."
Ditempat lain juga sedang terjadi rapat yang sangat penting. Di ruang kerja Madin sedang berkumpul dengan Blue dan Marlin. Mereka sedang melakukan panggilan video dengan Alana dan Richard.
"Tapi Wak, Angel gak mungkin setuju. Abi yakin," ujar Alana. "Apalagi traumany belum hilang."
"Kita lihat didulu perkembangannya. Uwak akan coba dekatkan mereka dulu."
"Kalau begitu Uwak atur aja. Abi sama Richard cuman gak mau Angel sedih dan terluka,"
"Uwak gak akan biarkan itu terjadi. Kita justru melakukan ini untuk kebahagiannya," kata Madin yakin. "Datanglah minggu depan."
"Apa tidak terlalu cepat?" kini Richard yang bicara.
"Hanya makan malam dan pertemuan antara keluarga. Setelah itu kita bicarakan hal lainnya."
Alana dan Richard setuju. Mereka berdua berharap rencana mereka bisa membuat Angel benar- benar sembuh dari traumanya dan juga bisa memberikan kebahagiaan bagi Angel.
*****
"Pulang jam berapa?" Hari ini Harada mengantarkan ku ke kampus lagi hari ini. Aku sudah menolak tentu saja, tapi bukan Harada namanya jika menerima penolakan.
"Sekitar jam 11," Aku bersiap turun dari mobil.
"Aku akan menjemputmu nanti." Harada sepertinya tidak ada kuliah hari ini.
"Kamu tidak ada kelas?" benar saja, ia menggeleng.
"Aku ada tugas dari Blue. Tunggu sampai aku datang. Jangan mencoba untuk pulang sendiri," perintahnya.
"Ish.. kau ini senang sekali memerintahku. Bukankan disini aku bosnya?"
"Siapa bilang? Aku diberi tugas untuk menjaga mu, bukan berarti kamu bos ku. Pimpinan ku jelas Blue."
"Terserah saja. Berdebat denganmu tidak akan ada ujungnya." Aku mengalah. Mengalah karena aku tidak ingin merusak hariku dengan emosi di pagi hari.
"Hai cantik." Jason tiba-tiba duduk ke sebelahku saat aku sedang ngobrol dengan Gadis.
Aku menggeser kursiku menjauh. "Apa Harada melarangmu berdekatan denganku?"
"Dia pelit sekali," gerutu Jason. Dia terus berusaha mengakrabkan diri dengan ku dan Gadis. Aku hanya menjawab seadanya sehingga membuat Jason lebih banyak bicara dengan Gadis.
Mungkin karena merasa tidak aku perhatikan Jason memilih pamit setelah 15 menit ngobrol dengan Gadis.
"Dia tampan sekali," puji Gadis. Aku bisa melihat wajahnya merona.
Harada sudah menunggu saat aku selesai kuliah.
Di suka sekali memamerkan tatonya.
"Ada apa?" dia menyadari aku memandangnya dengan sebal.
"Tidak bisakah berpakaian yang lebih baik jika ke kampus?"
Harada melihat penampilannya sendiri lewat kaca mobilnya. "Hei... mana mobilku?" sekarang aku sadar dia tidak menjemputku dengan mobilku.
"Di rumah Alfa. Aku tidak mau orang berpikir aku miskin karena nembeng mobil pacarku."
"Pacar? Yang benar saja!" aku masuk ke mobilnya meninggalkan Harada yang sedang sibuk memperhatikan dirinya sendiri.
Selain kaku ternyata dia juga narsis.
"Kita kemana? Ini bukan jalan ke rumah kakek." walaupun aku belum hapal jalan tapi aku tahu ini bukan jalan menuju pulang.
"Ikut aku mengintai seseorang. Perintah Blue."
"Aku terlibat misi?" aku kegirangan melihat anggukan kepala Harada.
"Jangan ceroboh, ikuti semua yang aku katakan. Kota tidak boleh kehilangan orang ini. Dia sangat penting," kata Harada sambil tetep fokus pada kemudi.
"Sepenting apa?" Harada memiringkan tubuhnya, mencari sesuatu di jok belakang. Sedetik kemudian ia menyerahkan map berwarna hijau.
"Nama Dr. Elisabeth Montenegro," aku membaca kertas yang ada di dalam map.
Wanita berumur lima puluh tahun. Seorang peneliti dari Mexico. Aku memperhatikan foto yang seorang wanita paruh baya dengan kacamatanya.
"Jadi apa pentingnya dia?" aku tidak menemukan informasi penting apapun.
"Kami menduga, ia dibawa kesini karena ingin membuat narkoba varian baru."
"Wow... dia pasti sangat cerdas."
"Dokter gila lebih tepatnya," Harada mengkoreksi kata-kataku. "Ia membuat obat antidepresan yang bisa membuatmu benar-benar tenang."
"Bukankah itu bagus?"
Mobil Harada masuk ke garasi sebuah rumah. "Rumah siapa ini?"
"Rumah kita." Jawabnya singkat.
"What?!" Mengikuti Harada yang keluar dari mobil. Tanpa menungguku ia masuk ke dalam rumah meninggalkan aku yang masih mencoba mencerna situasi saat ini.
Rumahnya sederhana. Ada taman kecil di depan rumah. Melihat Harada yang sudah menghilang masuk, aku memutuskan untuk ikut masuk.
"Kita sepasang pengantin baru. Baru membeli rumah ini. Harada Kenji dan Angel Kenji." Dia menunjuk ke arahku.
Sekarang aku menyesal ikut misi ini.
"Aku bekerja di perusahaan konstruksi, dan kamu seorang designer. Paham?" Okeh aku sedikit mengerti situasinya.
"Rumah Elisabeth di depan sana." Hadara menunjuk sebuah diseberang jalan. "Kita harus berusaha mendekati dan mencari informasi sebanyak mungkin."
"Tapi tidak perlu menjadi sepasang pengantin kan? Tidak perlu tinggal serumah juga."
"Sudah aku katakan, ikuti semua yang aku katakan," katanya ketus. "Jangan ceroboh dan membuat semuanya berantakan."
"Itu kamarmu. Itu kamarku, yang disana kamar kita." Harada menunjuk satu persatu pintu kamar dari tempatnya duduk. "Barang-barangmu ada dikamar kita."
"Buat apa ada kamar kita? Cukup kamar ku dan kamar mu saja."
"Ini Indo, nona. Orang - orang disini suka berkunjung ke tetangga mereka, tetangga baru." Aku mengangguk paham.
"Berapa lama kalian sudah merencanakan ini?" aku bertanya sambil berkeliling melihat keadaan rumah.
"Entah lah, enam bulan ku rasa." jawab Harada sedikit berteriak.
Aku masuk ke kamar yang Harada sebut sebagai kamar kita. Benar saja, barang - barang di apartemen sudah pindah kesini. Dia lancang sekali masuk ke kamarku.
Aku membuka lemari pakaian. Pakaian ku juga sudah ada disini. Jangan bilang dia juga yang memindahkan pakaian dalamku? Dia menyentuhnya?
Oh aku malu.
Aku berdiri beberapa langkah dari Harada, kemudian melempar bantal kepadanya. Dia mengaduh sambil memungut bantal yang aku lempar tadi.
"Apa-apaan kamu?!" hardik nya.
"Lancang sekali kamu memindahkan pakaianku!" bentak ku.
"Lalu mau siapa lagi? Semalam apartemen sudah kosong."
"Jadi, kamu juga yang..." Arrgghh aku tidak sanggup membayangkan Harada menyentuh pakaian dalam ku.
"Ukuran mu kecil sekali." Dia tersenyum nakal. Aaiisshh sialan! Dia benar - benar sudah melihatnya.
"Buang pikiran kotor mu itu! Dasar mesum!" aku masuk kamar dengan kesal. Sementara Harada tertawa puas. Bahkan aku bisa mendengar suara tawanya dari dalam kamar.
***like dan komen yah epribodi. emak suka banget bacain komen kalian.
tabur mawar yang banyak buat Angel dan Harada.
udah follow IG emak? Cuss meluncur ke IG @bydarl.2022***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ida Rubaedah
maaf ya aku jarang komen
yan penting aku suka jln ceritanya... ok 👍👍👍💪💪
2023-02-20
0
Shellia Vya
kayaknya Angel mau dijodohin deh sama Harada
2021-08-11
0
tukang nyimak
isi lemari bajuku saja bentuknya kaya habis obral gede2 an, buarantakannnnn😂😂
2021-07-25
0