"Wow nona muda." Suara Harada terdengar antara kekaguman dan meledek. "Jangan kasar - kasar nona, nanti heelsmu patah." yang ini aku yakin dia meledekku.
Aku melepaskan tangan Harada sambil mendorongnya. Aku mulai kehabisan oksigen.
Harada mengambil tanganku dan menarikku untuk mengikutinya. "Aku lapar, ayo makan." Aku hanya mengikuti langkahnya sambil menenangkan rasa takutku.
"Aku penasaran perut mu itu seberapa besar? Bukannya tadi sudah NUMPANG sarapan." aku sengaja menekankan kata numpang, karena ia memang tidak diundang untuk sarapan bersama.
Harada tidak memperdulikan ku, dia terus menarikku, mungkin menuju kantin. Dia tidak memperdulikan tatapan orang - orang yang kami lewati.
"Duduk." titahnya.
"Iya, ini juga aku mau duduk." seluruh mata gadis yang ada dikantin tertuju pada kami.
"Makan apa?" ini orang ketus banget, sebenarnya dia bodyguard atau guru BP sih?
"Biasa aja ngomongnya, gak usah ngegas." aku memperhatikan satu persatu. "Bisa kita makan di tempat lagi gak?"
"Keburu kering aku kalau kita ke tempat lain. Kamu tahu gak parkiran itu panas, mana kamu lama lagi." badan aja besar tapi mengeluh kayak anak TK
"Kenapa gak kamu pindahin aja mobilnya?" Dia diem. Mungkin dia gak kepikiran kesana.
"Bawel. Makan apa?" aku mendecak kesal.
"Bakso. Level gila." Dia mendelik. Gak nyangka gue pilih level itu.
"Yakin? Kamu tahu gak level gila itu kayak apa?" Aku gak jawab sibuk main ponsel. Tadi dia yang pengen aku cepet - cepet pesen. Aku udah pesen dianya ribet.
Harada pergi ke beberapa stand untuk memesan. Gak lama ia duduk lagi di depan ku. "Abis ini masih ada kelas lagi?" tumben ini nanyanya halus gak ngegas.
"Hem.. "
Gak lama pesenan kita datang. Bau sambal menyeruak, "Ini memang gini?" sambal sama baksonya dipisah. Sambalnya semangkuk kecil.
"Sengaja aku minta pisah, gak yakin kamu kuat." dia nyengir. "Tapi level gila sambelnya memang segitu." terangnya sambil meminum es tehnya. ngomong - ngomong dia pesan lima gelas es teh dan tiga gelas es jeruk.
"Ini minuman banyak banget?! Buat siapa aja?" Harada baru saja menghabiskan gelasnya yang kedua.
"Sepertinya dia memang kekeringan" aku meledek dalam hati.
Kami makan dalam diam. Aku tidak menuangkan seluruh sambal yang ada di mangkuk, aku rasa aku tidak akan kuat. Setengah mangkuk saja sudah membuatku seperti terbakar.
Beberapa gadis melewati meja kami saat kamu sedang makan. Mereka lewat sambil tersenyum memandang Harada tapi Harada nampak cuek, tidak perduli. Ia tetap makan dengan tenang.
"Harada." seorang gadis cantik berdiri disebelah meja kami. Tinggi, rambut hitamnya digerai. Celana jins bentuk pencil membuat kaki jenjangnya terlihat jelas.
"Oh Jenice." Harada menatap gadis itu sekilas.
"Aku Jenny, Harada-san!" Gadis itu cemberut.
"Oh maaf aku lupa namamu." Dia bisa menjawab sesantai itu. Ceweknya udah kepanasan.
"Siapa ini?" Si Jenny memberikan pandangan permusuhan.
"Gebetan baruku" Uhuk uhuk aku memukul - mukul dadaku, tersedak karena ucapan Harada tadi.
"Hati - hati babe." menyodorkan es jeruk.
"Babe?" aku melihatnya dengan sebal. "Sialan aku dipake buat ngusir cewek."
"Gak usah sedih." satu lagi gadis datang merangkul pundak Jenny. "Harada-san kan memang gebetannya banyak. Tapi nggak ada satupun yang dijadiin pacar." sambil melirikku.
"Ternyata playboy."
"Babe, ayo." Harada memutari meja dan berdiri di sebelahku. "Kamu masih ada kelas, kan?" Ka menarik tangan ku hingga aku berdiri. Merengkuh dan memeluk pinggangku.
Aku menegang. Jantung ku berpacu. Wajahku pasti sekarang sudah pucat. Aku bisa merasakan Harada menatapku dengan aneh. Aku pikir dia sadar perubahanku, tapi dia tetep memapahku pergi.
Aku mendorongnya dengan kuat ketika kami sudah lepas dari jangkaun mata kedua gadis tadi. "Jaga jarakmu!"
"Kamu baik - baik saja? Ayo kita ke dokter." Harada terdengar khawatir.
필요 없음! 나 한테서 떨어져
"Pil-yo eobs-eum! na hanteseo tteol-eojyeo"
Tidak perlu! Menjauh darimu!
Aku merentangkan tangan ku kedepan, mencegah Harada mendekat.
"Hah? Indonesian please."
Aku tidak memperdulikannya. Aku perlu udara segar, perlu lebih banyak oksigen.
** Kediaman Madin **
Harada sedang memandang kesal Madin. Bagaimana tidak, ternyata gadis yang ia jaga sangat mampu untuk menjaga dirinya sendiri.
Setelah selesai kuliah tadi, Harada membawa Angel ke rumah Madin untuk latihan bela diri.
Saat ini Ia sedang di halaman belakang yang luas melihat Angel latihan menembak seorang diri.
Madin sedang duduk di kursi yang ada diteras belakang, memperhatikan Angel menembak. Harada berdiri disebalah Madin dengan memasukkan kedua tangan di kantong celananya.
"Kenapa aku harus menjaganya? Nona Korea bisa menjaga dirinya sendiri." Harada mengeluh.
"Aku mau memastikan dia aman." Madin menjawab santai. "Pergi. Coba lah kemampuan bela dirinya."
"Apa?" Madin menjawab Harada dengan tatapan tegasnya. Harada membuang napasnya dengan kasar.
"Harada-san" penjaga menyapanya.
Angel sedang fokus menembak sasaran bergerak. Sesekali ia tiarap kemudian berguling. Yang Harada lihat Angel mampu menembak tepat sasaran.
"Angel." Harada berteriak karena jaraknya dengan Angel agak jauh. Angel menoleh. "Ayo sparing."
"뭐?"
Mwo?
*Apa?
"Aakkhh dia pake bahasanya anehnya." Harada mengerutu dalam hati.
Angel memunggui Harada dan kembali fokus pada sasaran tembaknya. Harada memegang pundak Angel dengan maksud agar Angel mendengarkan nya, tapi....
"Aauuwww!!" Angel memegang tangan Harada menyandarkan Harada dipunggung dan membanting pria itu.
"Apa yang kamu lakukan?" Angel segera memberikan jarak. Harada yang merasakan sakit dipunggung dan pinggangnya, mengusap - usap bagian yang sakit.
"Kamu gila ya?!" hardiknya? "Kenapa tiba - tiba membantingku?" Harada mencoba berdiri. Sambil memegang pinggannya, dengan perlahan Harada berdiri
"Salah sendiri mengagetkan orang!" Angel tidak mau kalah. "Mau apa?"
"Madin minta sparing." Angel berjalan meninggalkan Harada. "Hei? Hei!!" Harada berteriak kesal karena Angel tidak menoleh ataupun berhenti berjalan.
Angel duduk disebelah Madin dengan bibir mengerucut. "Ada apa?"
"Kakek, kenapa dia harus ada disekitaku? Dia menyebalkan?!" Angel mengentak - hentakan kakinya.
"Jangan begitu, nanti jatuh cinta." goda Madin.
"Tidak akan kakek! Aku tidak akan tergoda dengan laki - laki manapun."
"Hey... apa maksudmu? Kamu tidak...?" Madin terkekeh.
"Kakek... " Walaupun Madin bukan Kakek kandung Angel tapi mereka sangat dekat.
"Angel, beranikan dirimu. Tidak semua pria bajingan."
"Iya, kakek, appa dan uwak Blue tidak termasuk." Angel menyadarkan kepalanya dipundak Madin.
"Semua akan baik - baik saja, Angel. Kamu sudah sangat mampu menghajar bajingan kelam*n. Jadi jangan takut lagi." Madin membelai lembut rambut Angel.
"Tapi kakek... "
"Berlatih dengan Harada. Dia rela menjadi pelampiasanmu."
"Aku tidak pernah bilang begitu" Elak Harada yang baru saja tiba. Seketika Madin memberikan tatapan membunuh pada Harada.
"Alfa sudah memberi perintah, aku bisa apa." Harada pasrah. Madin mengacungkan jempolnya untuk Harada.
"Mandilah, setelah itu makan malam." Angel menurut. Ia masuk kedalam, menuju kamar Eomma Alana.
di masukin daftar Favorit ya Angel dan Harada, like dan komen biar aku masih semangat nulis ya. kasi hadiah mawar juga buat mereka, okeh...
makasii
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Shellia Vya
jangan gitu Angel,beneran jatuh cinta lho ntar
2021-08-11
0
tukang nyimak
wuihhh...
kewrennn👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽
2021-07-25
0
Na.Wi.Su.
poor Angel.hidupnya pasti menderita.diusia sekecil itu jd korban rapping
2021-06-09
0