Harada benar - benar mengantarkan ku sampai apartemen. Ia juga ikut naik ke lantai unitku. "Berikan nomor ponselmu." Harada menyodorkan ponsel padaku dengan wajah datar sok cool. Tadi aja di rumah kakek sok panggil aku nona.
"Untuk apa?" aku pikir aku gak akan berurusan lagi dengan Yakuza ini lagi setelah malam ini.
"Menghubungi mu, apalagi?" aku langsung cemberut. Malas berdebat lebih panjang, aku memasukan nomor ponselku secara acak. Tanpa pamit, aku masuk apartemen.
Hanya lampu ruang tamu yang menyala. Benar - benar sepi tidak seperti saat di Seoul. Eomma akan menyambut ku kadang dengan senyuman kadang dengan omelan.
Aku masuk ke kamar utama, kamar yang dulu ditempati Eomma dan Appa. Samar - samar aku ingat kepindahan kami kemari. Eomma waktu itu sedang mengandung.
Aku barbaring diranjang empuk. Oh.. tubuhku benar - benar butuh istirahat. Aku masih punya satu hari sebelum aku mengurus kuliahku disini.
Ah... rasanya untuk mandi saja tidak sanggup.
**Apartemen Harada**
"Kamu sudah mengantarnya?" suara Blue terdengar dari ponsel Harada yang sedang di loudspeaker.
"Sampai dengan pintu apartemen." Harada melepaskan jaket kulitnya.
"Bagus." Blue menutup teleponnya tanpa basa basi.
"Aaiishh kenapa aku harus jadi baby sitter." Harada mengacak rambutnya.
Sebenarnya ia kesal pada Blue yang menungaskannya menjaga gadis manja yang masih cucu Madin. Harada tidak bisa menolak karena ini tugas dari Sang Alfa sendiri yaitu Madin.
Harada lebih suka tugas lapangan. Langsung melakukan kontak fisik dengan lawannya. melayangkan pukulan dan tendangan. Membanting dan menangkis serangan lawan.
"Semoga gue gak lama jadi baby sitter. " Harada pergi untuk membersihkan dirinya.
** Apartemen La Vie **
Aku mengerjabkan mata ketika sinar matahari mulai menembus tirai abu - abu yang menutupi jendela.
Aku melirik jam yang menempel di dinding lalu kembali menutup seluruh tubuhku dengan selimut.
Biasanya Eomma akan masuk ke kamarku dan menarik selimut yang menutupi tubuhku.
"Eomma... " Suaraku, aku buat semanja mungkin ketika panggilan video tersambung.
"Angel ada apa? Kamu sakit?" Eomma terlihat khawatir. "Eomma akan minta Aunty Marlin untuk melihatmu."
"필요 없어, 엄마"
pil-yo eobs-eo, eomma
Tidak perlu, eomma.
"Aku hanya merindukan rumah."
"Kalau begitu pulang saja. Tidak usah melanjutkan misimu lagi. Kita pikirkan cara lain."
"Tidak, Eomma."
"Telepon Eomma jika kamu rindu rumah, okey? Baiklah, Eomma harus pergi, Appa sudah menunggu." Gambar Eomma hilang, Eomma sudah mematikan panggilan video nya.
Aku sudah siap dengan pakaian santai, hari ini aku akan jalan - jalan ke Mall supaya hari ini berjalan cepat.
Orang yang pertama aku lihat saat keluar kamar adalah.
Harada!
Dia sedang santai duduk disofa sambil nonton tivi. Sudah seperti rumah sendiri. Untuk apa dia sini sepagi ini?
"Ngapain kamu ada disini?" aku berdiri tepat di depannya.
"Nonton tivi." bener - bener ini orang, jawabnya santai banget kayak tuan rumah.
"Memang kamu tidak punya tivi?" Dia tidak menganggapi pertanyaan ku. Aku geleng - geleng gak sanggup menghadapi orang ini sekarang. Butuh energi besar untuk menghadapi orang cuek seperti dia.
"Kamu mau pergi?" Kini Harada duduk bersamaku dimeja makan. Tanpa permisi dia duduk dikursi yang masih kosong.
Harada yang berpakaian serba hitam ditambah dengan cupluk dikepalanya, terlihat seperti anggota band rock.
"Mau kemana?" tanya nya lagi.
"Ke mall." jawab singkat - singkat aja.
"Aku antar." nada bicaraya kayak lagi merintah bawahan.
"Gak usah. Aku bisa pergi dengan Mang Karso."
"Aku tidak sedang minta persetujuan." Iihh benerkan orang ini lagi merintah bukan lagi menawarkan diri untuk mengantar. Nyebelin gak? Kenal juga enak eehh main perintah - perintah aja.
"Aku tidak sedang berdiskusi. Aku akan pergi sendiri." Mood makan jadi hilang karena berdebat sama Yakuza satu ini.
Aku siap dengan sling bag putih. Setelah memastikan Mang Karso juga sudah siap, aku bergegas menuju lift. Eh ternyata Yakuza a.k.a Harada ngikutin aku dibelakang.
"Aku sudah bilang aku akan pergi sendiri." aku harus tegas sekarang.
"Maaf nona, ini perintah Madin langsung." sekarang dia bicara dengan bahasa formal.
Kakek? Kakek yang minta orang untuk ngikutin aku? Dari pada penasaran aku telepon saja kakek.
Mendapat pembenaran dari kakek, aku tidak bisa berbuat apa - apa lagi. Tapi untungnya kata kakek, Harada hanya akan menjadi bayanganki, artinya dia tidak boleh terlihat sedang menjagaku dan berada disekitarku.
"Bagaimana nona? Anda puas?!" walaupun dia tersenyum, aku tahu Harada sedang meledek ku.
"Ingat kata kakek, tidak boleh terlihat. Jaga jarak dariku." aku mengibas - kibaskan tangan agar Harada menjaga jarak denganku.
Walaupun aku sudah tidak masalah lagi jika berinteraksi dengan orang baru, tapi entah kenapa alam bawah sadarku selalu mengatakan kalau yang laki - laki asing inginkan dariku hanya s*x.
Bayangan bagaimana pria itu dulu memaksanku dan mengatakan tubuhku indah masih saja terbayang. Dulu aku tidak begitu paham apa maksudnya karena aku masih enam tahun, tapi semakin dewasa aku mengerti apa yang laki - laki itu bicarakan dulu.
Ting!
Pintu lift terbuka, sebelum Harada masuk, aku sudah mencegahnya. "Ikut lift berikutnya."
Trauma ku tidak terlalu parah, tapi sangat menganggu. Di Seoul ada seorang teman kampus yang menyukaiku, tapi pada akhirnya dia menjauh karena berpikir aku tidak tertarik pada laki - laki.
Itu sebabnya aku ke Jakarta, tempat tidak banyak orang yang mengenalku. Tempat dimana aku bisa membiasakan diri hidup sendiri tanpa teman dekat.
"Mang, saya nyetir sendiri aja." Mang Karso kembali ragu - ragu. Mang Karso pasti takut melanggar perintah Appa.
"Gak papa, Mang. Kakek sudah suruh orang buat jagain saya." Aku memberi lirikan pada Harada yang sedang berjalan menuju motor besarnya.
Setuju gak sih, cowok mengendarai motor besar itu auranya beda. Kalau tato memberikan kesan gahar, tapi kalao motor itu kesannya manly banget. Macho.
Dan melihat Harada dengan jaket kulit hitam menaiki motor besarnya membuat aku menahan napas. Tapi dengan segera aku menyadarkan diriku dari khayalan itu mengingat Harada adalah orang yang menyebalkan.
"Oh.. ya sudah, non kalau udah ada yang jagain. Mamang jadi tenang." kali ini Mang Karso menyerahkan kunci mobil dengan suka rela.
Harada menghentikan motornya disebelah mobilku, membuka kaca helm, "Ayo jalan."
Iisshh orang ini menyebalkan.
di masukin daftar Favorit ya Angel dan Harada, like dan komen biar aku masih semangat nulis ya. kasi hadiah mawar juga buat mereka, okeh...
makasii
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
yeyen melia😍😍
menarik
2023-01-29
0
Shellia Vya
jutek2an dulu nanti kepelaminan
2021-08-07
0
tukang nyimak
bang harada tinggi badan km berapaaa.. aku kepo nih😅
2021-07-25
0