Masuk ke rumah kakek tidak terlalu sulit seperti masuk ke rumah ku di Seoul. Penjagaan di rumah kakek tidak ketat. Tidak seperti menjaga orang penting. Padahal bisa dibilang musuh kakek banyak. Karena kakek cukup sering mengagalkan kejahatan besar.
Seorang asisten rumah tangga membawaku ke ruang tamu. Ruang tamu yang cozy dan nyaman. Tidak terluka banyak perabot warna yang digunakan pun tidak banyak, jadi ruangan ini berkesan luas. "Silahkan duduk dulu, Non. Saya panggil Tuan besar dulu."
"Angel?" Kakek keluar dari salah satu kamar.
"Kakek... " aku berlari dan berhambur memeluk kakek. Walaupun aku dan kakek tidak ada hubungan darah, tapi aku dekat dengan beliau.
Kakek Madin salah satu orang yang berjasa membuatku sembuh dari trauma. Membuatku lebih percaya diri dan yakin semua akan baik - baik saja.
"Ya ampun, kakek pangling. Terakhir ketemu kamu waktu ulang tahun sweet seventeen." Aku melepas pelukan ku dan mencium punggung tangan kakek. Satu kebiasaan yang aku pelajari dari Eomma.
Kalau di Seoul itu hanya berlaku dikeluarga kami saja. Karena di Korea tidak ada kebudayaan mencium punggung tanganku. Bahkan untuk lawan jenis salam hanya dilakukan dengan membungkuk tanpa berjabat tangan.
"Kakek masih terlihat muda." aku berjalan disebelah Kakek Madin menuju sofa berwarna coklat.
"Hei, itu pujian atau hinaa?" candanya. "Kamu minum? Kakek punya Soju." Kakek Madin melambaikan tangannya memanggil seorang asisten rumah tangga. Memintanya untuk mengambil 2 botol Soju.
"Benarkah? Wah... asikk... ayo kita buat barbeque."
FYI : Soju adalah minuman distilasi asal Korea. Sebagian besar merek soju diproduksi di Korea Selatan. Walaupun bahan baku soju tradisional adalah beras, sebagian besar produsen soju memakai bahan tambahan atau bahan pengganti beras seperti kentang, gandum, jelai, ubi jalar, atau tapioka (dangmil). Minuman ini bening tidak berwarna dengan kadar alkohol yang berbeda-beda, mulai dari 20% hingga 45% alkohol berdasarkan volume (ABV). Kadar alkohol yang paling umum untuk soju adalah 20% ABV.
Asisten rumah tangga membawa dua botol. Soju dingin dan dua buah gelas.
Aku menuangkan Soju ke gelas Kakek. "Bagaimana kabar Eomma dan Appa mu?" Kakek mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya. Menyalakan rokok itu dengan korek gas yang terlihat mahal. "Kamu merokok?"
Aku menggeleng. "Itu satu - satunya kebiasaan Eomma yang tidak aku tiru, Kek."
Walaupun Eomma sekarang sudah tidak lagi merokok, tapi aku tahu dulunya Eomma adalah seorang perokok.
"Bagus. Tidak selamanya orang tua itu benar. Jika salah, jangan ditiru, ingatkan dengan sopan." nasehat Kakek.
"Kakek, bagaimana kalau hari ini Kakek merokoknya libur dulu." aku langsung mempraktekkan nasihat Kakek.
Kakek menenggak Soju nya dengan cepat. "Kamu ini." Rambuku diacak - acak kakek.
"Mana Aunty Marlin?" rumah besar Kakek terasa sepi. Padahal di rumah ini ada Aunty Marlin dan Uwak Blue serta kedua anak mereka, Brian, delapan tahun dan Britany, tiga tahun.
"Sedang mengantar Brian latihan karate. Uwak sedang di markas."
"Setelah mereka datang bagaimana kalau kita video call dengan Eomma?"
"Tentu. Kakek juga sudah kangen dengan Keenan."
*****
"Kak Angel gak bawa tas?" Brian sedang mencari - cari bawa aku.
"Tasnya sudah dibawa Mang Karso ke apartemen."
"Yah... gak seru! Berarti Brian gak dapet oleh - oleh." anak kecil ini melipat tangannya dan menyandarkan punggungnya disofa dengan kasar. Mirip Keenan saat merajuk.
"Bry... " tegur Aunty Marlin sambil memandang Brian dengan tajam.
"Gimana kalau kita video call sama Aunty Lana, nanti Brian bisa minta apa aja biar nanti Aunty Lana yang kirim ke Indo." senyumnya langsung merekah.
Uwak Blue menyambung ponsel ku ke televisi pintar agar kami semua bisa melihat gambar keluarga di Seoul.
"Hai... " Eomma, Appa dan Keenan menyapa bersamaan sambil melambaikan tangan. "Wah lagi pada kumpul semua, ya?" Wajah mereka bertiga muncul di layar televisi besar milik Kakek Madin.
Setelah bertukar kabar, aku memutuskan untuk. kembali ke apartemen. Ini sudah malam dan aku sudah lelah. "Apa gak nginep aja, Ngel?" Aunty Marlin tampak berat membiarkan ku menyetir malam - malam begini. Selain itu aku belum tahu seluk beluk Jakarta dengan baik.
"Gak papa Aunty, nanti Angel tanya sama om google." aku meyakinkan Aunty Marlin kalau semuanya akan baik - baik saja. "Lagian Angel gak bawa baju Aunty. Baju Angel ada di apartemen semua."
Negosiasi panjang pun terjadi, tapi akhirnya Aunty Marlin membiarkan ku pulang dengan syarat seseorang dari organisasi akan mengikuti mobilku sampai ke apartemen.
Aku menurut, lagi pula aku pikir dari pada aku kesesatmalam - malam begini. Yang bertugas mengawalku malam ini bernama Harada. Keturunan Jepang, mirip Yakuza.
Rambut panjang diikat asal - asalan. Dua kancing atas kemejanya terbuka memperlihatkan tato yang ada didada. Entah dimana Kakek mendapatkan orang kejam seperti dia.
Sedetik kemudian aku ingat pesan Eomma. "Jangan pernah menghakimi orang sebelum mengenalnya. Karena kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya mereka alami."
"Mari nona." Aku berpamitan sejenak sebelum masuk ke dalam mobil. Harada sendiri menaiki motor besarnya.
** Kediaman Madin **
"Blue minta Harada untuk menjaga Angel." Madin memberi perintah. Walaupun ia sudah pensiun tapi kata - katanya tetap saja titah yang harus dilakukan.
"Selama Angel disini, keselamatannya tanggung jawab kita. Aku tidak mau apapun terjadi pada cucuku."
Blue menangguk menerima perintah dari ayah mertuanya. Sebelum Angel tiba di Indonesia, Alana sendiri secara pribadi telah menitipkan Angel pada Blue dan Marlin.
"Ayah kenapa?" Marlin duduk disebelah ayahnya yang nampak khawatir. "Ayah khawatir Angel?" Madin mengangguk.
"Yah... Angel masih terjebak dengan trauma nya. Angel masih takut dan tidak percaya dengan laki-laki. Kalau ayah terus membatasi dia bagaimana Angel bisa sembuh" Angel sudah seperti anak sendiri bagi Marlin.
"Kita hanya perlu mengawasi Angel, yah... Biarkan Angel mengobati dirinya sendiri."
"Bilang sama Harada, ayah gak mau Angel terluka seujung kuku pun. Ayah sendiri yang akan menghukum Harada bila Angel sampai menangis apalagi terluka. "
Marlin hanya geleng - geleng kepala. Baik Richard dan ayahnya sama saja. Terlalu overprotective sehingga membuat Angel terkekang.
"Ish... Alana mengirim Angel kesini supaya bebas dari kekangan Richard. Ini ayah sama aja kayak Richard. Keluar kadang singa masuk kadang harimau ini mah namanya." Marlin tidak habis pikir dengan para lelaki ini.
di masukin daftar Favorit ya Angel dan Harada, like dan komen biar aku masih semangat nulis ya. kasi hadiah mawar juga buat mereka, okeh...
makasii
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Rosse
Harada hanteng dan macho. Babang Richard kalah
2021-11-07
0
Shellia Vya
Blue jadi mantunya Madin,keren sekeluarga hebat semua
2021-08-07
0
Sri Widjiastuti
setuju dg visual Harada.. angkuh.. manis dannn dingin... 😊😊😉
2021-07-31
0