Jalan Cinta Sang Dokter
"Gak boleh telat,..." Tapi astaga telat! Hari ini pertama meeting di posisi baru dengan Director rumah sakit. Ini gara-gara semalam terlalu malam pulang dari Bandung.
Baru seminggu hari ini ngantor disini dan hari ini meeting pertamaku dengan Direktur Utama Rumah Sakit tempatku bekerja. Keluar buru-buru dari mobil dan menenteng tas kerja dan tas laptop sementara tangan lain memegang gelas kopi. Multitasking...
Aku berjalan cepat di lobby. Ponselku berbunyi,... Astaga lebih baik aku membeli wireless headphones lain kali.
"Iya kenapa Ma?" Lobby kenapa ramai sekali, harus berhati-hati dengan semua barang yang kubawa sementara aku harus mengejar lift di depan, sembari menelepon.
"Lisa, adik kamu minta bayaran semesteran kuliah. Kamu belum kasih ya..." Mama datang dengan masalah. Uang!
"Udah Ma, kan udah awal bulan sama uang saku semua. Sekarang dia minta apa lagi?!" Belum apa-apa aku sudah kesal.
"Katanya kurang. Kepake sama dia buat beli buku kuliah dan bayar praktek. Dia minta lima juta lagi...." Langsung menghela napas kesal dengan omongan Mama.
"Dia pake buat apa lagi sih...Ya Tuhan! Mama jangan kasih Ma. Aku mau ngocehin orang dulu, kemana lagi sih dia pakai uangnya, itu adek satu kenapa sih nyusahin bener!" Aku tak sadar mengoceh dengan nada tinggi, harus nanggung semuanya di keluarga ini semenjak kepergian Papa. Dua adikku masih kuliah, walaupun satu hampir selesai. Kebutuhan rumah, Ibu yang terkadang sakit, kenapa hidupku berat sekali belakangan.
"Iya Mama gak habis pikir kenapa dia gak bisa berhemat. Udahlah Lisa, nanti Mama yang kasih aja, Mama masih ada..."
"Gak bisa Ma! Simpen buat Mama! Besok aku omelin dulu si Ardy! Kurang ajar! Kemarin Mama tahu dia juga minta tambahan, sekarang....Aww!" Dan tiba-tiba aku bersenggolan dengan seorang gelas kopiku tumpah dan sukses membuat noda lebar. Kopi yang masih panas itu membuatku noda di bajuku! Apes!
"Sial! Bisa hati-hati gak sih!" Akumulasi kekesalanku sudah memuncak sekarang. Entah kesialan apa hari ini, baju ku kena tumpahan kopi, baju putih lagi, lupa gak bawa blazer! Telat lagi, harus ketemu Director hari ini,... Orang yang menabrakku juga sedang melihat pada layar ponselnya. "Kamu tuh ya! Liat dong kalo jalan! Jangan lihat HP terus..." Aku hopeless melihat bajuku yang sudah kotor.
"Maaf, saya tak melihat Anda."
"Maaf!Maaf! Mata dipakai kalo jalan!" Aku melihat orang yang menabrakku, mukanya bule, mungkin salah satu keluarga pasien. Ganteng, tapi gue gak perlu kegantengan dia sekarang. Ngomong Indonya lancar, gak ada accent khusus. Kok bisa...
"Saya belikan lagi kopinya..."
"Bukan masalah kopinya Bambang! Baju saya kotor! Astaga, tuh mata... disimpen dimana sih." Sekalian kupanggil Bambang karena kesel. Dia langsung nyengir karena dipanggil Bambang. "Apa lu nyengir-nyengir."
"Ini mungkin membantu..." Dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya celananya dengan cepat. Masih ada yang pake sapu tangan ya zaman ini.
"Wah jaman kuno juga ya pakai sapu tangan. Ishhh... sudahlah saya buru-buru. Saya ambil!" Aku meninggalkan bule itu dengan mengambil sapu tangannya, lebih baik pergi cepat harus bisa mengeringkan ini, karena aku lupa bawa blazer!
Aku tidak memperdulikan orang itu lagi, gak bakal ketemu lagi juga, salah dia! Kuambil sapu tangannya dan berlari ke depan. Lift didepan sudah mau sampai! Satu-satunya cara mencoba membersihkan ini, menyelamatkan blouse satu-satunya.
"Bu Lisa, kenapa bu bajunya?" Staffku Dhea yang sudah menunggu bertanya soal kondisiku yang mengenaskan.
"Ditabrak orang picek didepan." Sapu tangan tadi tampaknya berhasil membuat nodanya tidak melebar. Mungkin aku bisa pinjem blazer Dhea kalo nodanya tidak bisa bersih.
"Ada jadwal perkenalan dengan Pak Director Bu, jam 10." Aku baru seminggu pindah ke cabang ini, sebelumnya bekerja di salah satu cabang rumah sakit yang lebih dekat ke rumah. Aku Melisa Darmawan, 34 tahun, Head Division Finance and Accounting, ini promosi jabatan dari pusat karena ini cabang yang lebih besar, tanggung jawabnya pun lebih besar.
"Iya, jilid laporan yang saya minta sudah siap?"
"Sudah Bu,..."
"Bajuku, gimana ini. Dhea bawa blazer? Saya pinjam, saya lupa bawa blazer..." Ini gak mungkin bersih secara sempurna.
"Ada Bu, ntar saya ambilin."
"Ya udah saya periksa laporan ini dulu." Aku memeriksa laporan yang sudah disiapkan assistenku."
"Ini Bu..."
"Namanyanya pak Vincent siapa kemarin, Vincent Hudgens ya..."
"Iya Bu..."
"Ngomongnya Indo apa English."
"Indonya lancar kok bu. Bahasanya native malah kalau Pak Vincent..."
"Ohhh..." Sebuah kekhawatiran menyełinap dalam hatiku. Kok bisa bule lancar bahasanya. Kaya orang yang nabrak aku tadi pagi. Jangan bilang dia orangnya... Matilah kusebut dia Bambang plus manusia prasejarah. Gak mungkin.... apa bener aku seapes itu hari ini. "Kok bisa lancar banget bahasanya."
"Blasteran kelahiran sini Bu ..."
"Ohhh umur berapa."
"Masih muda Bu, kayanya awal 40 deh." Serius! Director RS ini umurnya awal 40?! Muda amat!? Orang tadi mungkin juga diawal 40. Apa aku bener-bener apes hari ini. Engga-engga, Ya Tuhan gak mungkin...
Aku dengan susah payah mendapatkan promosi sepuluh tahun ini. Harus dihancurkan sama si Bambang...
Hatiku langsung gak tenang. Sampai didepan ruangan director aku berdoa itu bukan bule ganteng yang ku lihat sejam yang lalu. Please ya Tuhan, jangan bikin aku seapes ini hari ini.
"Bu, sihlakan masuk ..." Sekertarisnya membuka pintu.
Aku melihat perawakannya dari belakang, ternyata dia sedang menelepon dan menghadap ke jendela besarnya. Sial!Sial! Bajunya sama! Suara baritonnya pun sama! Please ya Tuhan, aku butuh keajaiban dunia ke sembilan terjadi. Jangan si Bambang .... Dia mematikan teleponnya, siap berbalik, sesaat dia masih memperhatikan layar. Ya Tuhan aku rela melakukan apapun, jangan dia please!
"Maaf menunggu Bu Melisa, ..." Dia melihatku, aku melihatnya. Si Bambang manusia kuno didepanku yang masih membawa sapu tangan itu , Vincent Hudgens. "Anda...." Dia menujukku dengan jarinya dan aku cuma bisa gemetar di kursiku sekarang.
"Saya benar-benar minta maaf buat kejadian tadi pagi Pak Vincent..." Si Bambang nyengir sebelah bibirnya melihatku, kenapa dia suka sekali nyengir. Aku menangkupkan tangan menyembahnya didepan wajahku memohon pengampunan. "Maaf buat kejadian tadi pagi."
Dan bintang keberuntunganku sudah musnah hari ini, jika ada hujan meteor, maka sekarang sudah terjadi. Kiamatku sudah dekat!
❤❤❤❤❤
Hallo girls, kita maen dokter-dokteran sekarang.
Jangan lupa di Fav ya, klik jempol.
Votenya baru jalan bulan MEI ...jadi bulan ini Vote masih di IHMB yaaa
Makasih semuanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
triono hardini
baca untuk kesekian kali nya ... kangen mamak othor
2024-01-07
1
gian rasyid
🤣🤣🤣🤣
2023-10-18
0
Ning cute
baru mau baca 😁
2023-03-07
0