Mengagumi

"Yuta, dengarkan aku,"

Erlangga meraih tangan Yutasha dan menggenggamnya dengan erat. Ia menatap lekat netra coklat milik Yutasha. Lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Lebih dekat lagi dengan Yutasha.

Entah karena apa, jantung Yutasha berdetak lebih cepat dari batas normalnya saat Erlangga mendekat ke arahnya. Hal seperti ini belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"A-apa?" tanya Yutasha dengan suara yang lirih. Namun juga terdengar seperti sedang ketakutan.

"Dengarkan aku. Jika kamu ingin mundur dan menhentikan ini semua, apa kamu tidak pernah berfikir bagaimana perasaan keluargaku? Apa kamu tidak melihat, mereka begitu antusias dengan pernikahan sandiwara yang kamu buat. Dan bagaimana pula perasaan Papa Arjun? Dia yang sudah mengira anak gadisnya sudah tidak gadis lagi, tidak jadi di nikahi oleh lelaki yang merenggut kesucian putri tersayang nya? Apa kamu tidak berfikiran sampai ke sana?"

Erlangga tersenyum tipis saat melihat perubahan di wajah Yutasha. Ia yakin, Yutasha akan memikirkan kembali perkataannya. Karena ia tahu, Yutasha orang yang tidak bisa mengabaikan perasaan orang lain. Terutama orang terdekatnya.

Setelah pertemuannya dulu dengan Yutasha di panti asuhan. Erlangga menyelediki latar belakang Yutasha dan mencari informasi tentang perempuan yang telah berhasil mencuri hatinya di saat pertama kali melihat Yutasha. Jadi, tidak heran bila Erlangga mengetahui sedikit lebih banyak tentang sifat yang Yutasha miliki.

Skakmat! Perkataan Erlangga berhasil membuat Yutasha bungkam seketika. Jika di pikir, apa yang di ucapkan oleh Erlangga ada benarnya juga. Jika ia hentikan sekarang, ia akan menyakiti perasaan keluarganya dan juga keluarga Erlangga.

Keluarganya juga akan merasa malu, bila pernikahan mereka tidak terjadi. Karena mama Dina sudah menghubungi sanak keluarganya yang berada di surabaya, bila Yutasha akan segera menikah.

"Aku harus bagaimana, Kak?" tanya Yutasha dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak tahu harus mengambil keputusan yang seperti apa.

Melihat itu, tanpa berpikir panjang Erlangga menarik tubuh Yutasha dan mendekapnya dengan erat. Erlangga sendiri tidak tahu, kenapa dirinya tidak tega melihat Yutasha yang ingin menangis.

"Kita jalani sesuai rencana awal saja."

Erlangga menepuk pelan bahu Yutasha, karena kini Yutasha mulai terisak dalam dekapannya. Ia tahu, sebenarnya Yutasha adalah perempuan yang bersifat lembut dan mudah menangis. Namun hanya di depan sebagian orang tertentu saja.

"Tapi aku takut, jika aku akan menyakiti mereka semua, Kak. Saat mereka tau kita akan bercerai pada waktu yang sudah di tentukan." ucap Yutasha di sela isakan tangisnya.

"Kita jalani saja dulu yang ada di depan kita sekarang. Kalau masalah yang itu, kita pikirkan nanti solusinya," Erlangga berusaha menenangkan Yutasha dengan terus menepuk lembut bahu Yutasha.

Yutasha yang di perlakukan lembut oleh Erlangga, dan di peluk di dekapan lelaki itu. Ia merasa tenang dan nyaman. Merasa lelaki yang tengah memeluk nya sekarang ini akan selalu melindunginya. Yutasha merasa aman di sebelah Erlangga.

Akan aku pastikan, apa yang kamu khawatirkan itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan menceraikanmu, apapun alasannya. Dan aku akan selalu berada di sampingmu. Erlangga bertekad akan selalu ada buat Yutasha dan melindunginya.

Setelah merasa tenang dan merapihkan tampilannya. Yutasha mengambil tisu basah yang kebetulan ada di dashboard mobil yang yang mereka tumpangi. Kemudian Yutasha mengambil satu lembar tisu basah tersebut, membasuh pelan di wajahnya dan sedikit menekannya. Agar make up yang menempel di wajah cantiknya ikut tersapy oleh tisu basah tersebut.

Erlangga memperhatikan setiap gerakan tangan Yutasha yang membersihkan wajahnya dengan tisu basah. Erlangga begitu mengagumi kecantikan alami Yutasha, setelah semua make up yang menempel di wajah gadis itu tersapu bersih oleh tisu basah yang terdapat di dashboard mobilnya.