Kita Batalkan Saja

"Iya, Kak. Aku heran, siapa sebenarnya Kak Erlan? Apa ada hal yang Kakak sembunyikan dari aku? Kakak bukan tergolong orang jahat, kan?" Yutasha memiringkna tubuhnya, lalu agak mundur dari posisi duduknya semula.

Melihat reaksi Yutasha yang seperti itu, serta pertanyaan konyol yang lagi-lagi keluar dari mulut wanita yang ia sukai, membuat Erlangga menyunggingkan senyuman indah di bibirnya. Lalu mengulurkan tangannya ke arah Yutasha dan mengacak pelan rambut Yutasha. Tindakan Erlangga sukses membuat Yutasha mengerucutkan bibirnya.

"Kaaakk!" rengek Yutasha menatap kesal pada Erlangga. Erlangga hanya menanggapinya dengan tertawa pelan.

Kemudian Erlangga menyalakan mesin mobilnya dan melajukan kendaraannya itu untuk membelah jalanan kota yang sudah mulai sepi. Saat di perjalanan pun, Yutasha tidak henti nya menanyakan perihal keluarga Erlangga.

"Kak,"

"Hmmm,"

"Siapa sebenarnya Kakak?" kini Yutasha mengarahkan tubuhnya ke samping, tepat berhadapan langsung dengan Erlangga yang fokeus dengan kemudinya.

"Erlangga, lelaki cupu dengan kacamata yang tebal dan juga tidak menarik sama sekali." Erlangga menjawabnya dengan enteng. Tanpa melihat kekesalan di wajah Yutasha.

"Kak Erlaaann!" karena kesal, Yutasha memukul lengan Erlangga dengan sedikit keras. Membuat Erlangga sedikit meringis.

"Sakit, Yuta ....," rengek Erlangga.

"Biarin! Siapa suruh tidak serius jawabnya!" ketus Yutasha. "Apa kita batalkan saja rencana ini, Kak? Aku merasa tidak enak dengan keluarga Kak Erlan yang pada baik semua. Aku bersalah telah membohongi mereka,"

Yutasha tertunduk sedih karena merasa bersalah telah membohongi semua orang. Ia tidak tega harus melibatkan banyak orang dalam permasalahannya. Ia berpikir, akan menerima perjodohan dari orang tuanya dan tidak akan mengganggu Erlangga lagi.

"Aku yang bersedia membantumu, Yuta," Erlangga sedikit kasihan pada Yutasha.

Beberapa hari bersama Yutasha, membuat Erlangga tahu bagaimana sifat Yutasha yang sebenarnya. Karena diam-diam Erlangga memperhatikan Yutasha dari jauh.

"Kita batalkan saja, yak Kak? Aku nggak mau membuat mereka kecewa nantinya. Mengetahui saat kita bercerai nanti setelah setahun pernikahan kita."

CKIITT!

Erlangga menepikan mobilnya ke pinggiran jalan. Mendengar Yutasha berkata seperti itu, meskipun ini sudah di bahas di awal perjanjian mereka. Namun, rencana itu tetap membuat hati Erlangga marah. Bayangkan saja, mereka belum menikah tapi sudah membicarakan soal perceraian.

Erlangga melepas seatbelt nya, lalu memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Yutasha. Erlangga menatap Yutasha dengan tatapan yang tajam. Dengan hati yang di penuhi emosi, tanpa sadar Erlangga melepas kacamata tebal yang ia pakai.

Di tatap seperti itu oleh Erlangga membuat tubuh Yutasha menegang merasakan takut. Namun, saat Erlangga melepas kacamatanya, ia melongo tidak percaya. Erlangga yang selama ini memakai kacamata tebal, begitu terlihat mempesona saat dia melepaskan kacamatanya itu.

Tanpa sadar, tangan Yutasha meraih rahang Erlangga yang mempunyai garis tegas. Ia raba dengan lembut serta tatapannya yang tidak lepas dari mata Erlangga. Ada beberapa hal yang baru Yutasha sadari. Ternyata, Erlangga memiliki mata yang tajam seperti mata Elang. Sangat sesuai dengan namamu, Kak. Batin Yutasha saat menelisik dalam kedua mata Erlangga.

"Ternyata Kak Erlan, tampan juga bila tidak memakai kacamata. Dan aku tidak suka," celetuk Yutasha tiba-tiba. Ia masih setia mengamati wajah Erlangga yang kini berubah kebingungan.

Erlangga sedikit terkesiap, mendapati perlakuan Yutasha yang di luar nalarnya. Sikap perempuan yang ada di depannya itu sungguh misterius baginya. Terkadang bersikap cuek, namun sedetik kemudian berubah menjadi lebih agresif dan manja. Namun sikap itulah yang di sukai Erlangga dari Yutasha.

"Yuta, dengarkan aku,"

Erlangga meraih tangan Yutasha dan menggenggamnya dengan erat. Ia menatap lekat netra coklat milik Yutasha. Lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Lebih dekat lagi dengan Yutasha.