Felisya duduk terdiam di dalam kamar memikirkan kata-kata Rangga. Felisya merasa semenjak Rangga mengajak dirinya tinggal bersama orang tuanya, sikapnya banyak berubah.
Aiza sebagai putri sulung ikut merasakan resah dan gundah yang dibrasakan bundanya.
Aiza memeluk bundanya, lalu mengusap air mata yang teris mengalir di pipi bundanya.
"Bunda...jangan nangis..." pinta Aiza yang ikut bersedih melihat bundanya.
Felisya langsung merengkuh tubuh mungil putri sulungnya, sedangkan Aida sebagai adik dan belum mengerti dengan apa yang terjadi hanya bisa diam memperhatikan kakak dan bundanya menangis.
"Bun...Aiza sama Aida sayang bunda...bunda jangan nagis lagi ya..." Aiza memohon pada Felisya.
Akhirnya Felisya berusaha tersenyum, agar Aiza tak lagi bersedih. Felisya mengajak kedua putrinya untuk berbaring di atas kasur sederhana yang di berikan oleh kedua orang tua Rangga.
Di rumah orang tua Rangga, mereka di izinkan menggunakan sebuah kamar kecil dan dipan kecil yang hanya cukup untuk Aiza dan Aida. Terkadang Felisya dan Rangga tidur di lantai karna tak muat di atas dipan.
Felisya mencoba menenangkan hatinya, dia pun tertidur bersama anak-anaknya. Sehingga dia pun tidakntahu kapan suaminya pulang. Tau-taunya di pagi hari Rangga telah tertidur di lantai beralaskan tikar plastik.
******
Waktu subuh, Felisya telah bangun dari tidurnya. Dia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah mandi Felisya menyiapkan sarapan buat selurihbkeluarga, setelah selesai memasak Felisya langsung membereskan dapur serta rumah semua pekerjaan di kerjakannya.
"Bunda....bunda..." panggil Aiza yang baru saja bangun dari tidurnya.
Felisya menghentikan pekerjaannya lalu masuk ke kamar melihat Aiza yang baru bangun.
Tak berapa lama Aiza sudah bangun, Aida pun terbangun dari tidurnya.
"Bundaa..." teriak Aida sambil nangis, Aida lebih cengeng dari pada Aiza.
Felisya memeluk putrinya lalu memberikan sebuah kecupan di pagi hari untuk kedua putrinya.
"Feli...ayuk kita makan..." ajak Fatimah ibu mertua Felisya.
"Iya buk...ibuk makan duluan saja...Feli mau mandikan Aiza dan Aida terlebih dahulu..." ucap Felisya sambil menggendong Aida dan menggandeng tangan putri sulungnya memuju kamar mandi.
Felisya memandikan kedua putrinya, setelah selesai memandikan kedua putrinya Felisya menyuapi makan dua putrinya.
Walaupun hidup susah dan pas-pasan Felisya selalu memperhatikan makanan kedua putrinya ini.
Jam 8.00 pagi, Fatimah dan Rangga berangkat ke kebun. Di samping menjadi guru honorer, semenjak pindah ke kampung Rangga, Rangga selalu menemani ibunya ke kebun untuk mengisi hari-harinya yang kosong.
Entah apa yang di lakukan mereka di kebun Felisya tak pernah tahu, yang Felisya tahu, kehidupan di kampung adalah bertani, 90 persen penduduk kampung bekerja sebagai petani.
Felisya tidak memiliki pekerjaan tetap, akhirnya Felisya mencoba berjualan, Walaupun hasil penjualan di kampung jauh berbeda dengan di kota. Minat warga pada makanan masak tak terlalu banyak sehingga jualan Felisya tak menghasilkan namun hanya rugi, bahkan makanan yang di bikin Felisya banyak yang bersisa sehingga dia pun membagi-bagikannya pada tetangga agar tidak mubazir.
Setelah selesai membersihkan rumah, Felisya hanya diam di rumah, tidak melakukan apa-apa. Hanya memperhatikan kedua putrinya yang bermain bersama teman-temannya di luar rumah.
Hari-hari di lewati Felisya tanpa kesibukkan yang menghasilkan, hingga akhirnya. Felisya berusaha mencari-cari pekerjaan.
"Bang...aku bosan setiap hari hanya diam di rumah..." Keluh Felisya pada Rangga malam hari setelah makan malam, kebetulan Rangga yang biasa pergi ke warung berkumpul dengan teman-temannya, kali ini masih di rumah.
Rangga menyantikkan korek apinya lalu membakar sebatang rokok di tangannya.
"Kalau kamu bosan...ya udah ayo kita kerja ke kebun...di kebun banyak kerjaan..." jawab Rangga tanpa beefikir.
"Ya udah mulai besok aku ikut ke kebun..." ucap Felisya.
"Udahlah jangan bercanda...apa sich yang kamu bisa kerja di kebun??? kamu itu gak akan bisa apa-apa..." ketus Rangga.
"Trus apa dunkz yang harus aku lakukan disini...???" tanya Felisya lagi pada Rangga.
"Terserah kamu...mau kamu bongkar isi rumah ini trus di susun lagi juga boleh..." jawab Rangga asal, membuat Felisya jadi kesal.
"Percuma aja ngomong sama kamu bang... kamu itu udah gak sayang lagi sama aku..." Felisya merajuk.
"Sayang itu gak harus di ucapkan harus di lakukan dengan perbuatan..." ujar Rangga lalu pergi ke luar rumah meninggalkan Felisya yang masih kesal.
Felisya pun hanya bisa menitikkan air matanya. Dia merasa Rangga semakin banyak berubah. Sikapnya yang selalu perhatian dan penuh kasih sayang pada Felisya kini seakan hilang begitu saja.
"Feli..." panggil Fatimah yang mendengar isakkan tangis Felisya dari luar kamar.
"iya buk..." sahut Felisya dan mengusap air matanya.
Felisya pun keluar dari kamarnya, dan menemui ibu Fatimah di luar kamar.
Di rumah sederhana itu, ada beberapa bangku yang di gunakan jika ada tamu yang datang. Felisya duduk disana bersama ibu mertuanya.
"Ada apa Feli...???" tanya Ibu Fatimah heran melihat mata menantunya memerah seperti orang yang baru saja menangis.
"Gak apa-apa buk..." jawab Feli berbohong.
Selama ini, ibu mertua Felisya selalu baik pada Felisya, bahkan mereka bagaikan ibuk dan anak bukan Ibu mertua dan menantu.
Ibu Fatimah sangat menyayangi Felisya, karena Felisya berbeda dengan menantunya yang lain.
Felisya selalu menganggap ibu Fatimah sebagai ibu kandungnya, sedangkan menantu yang lainnya hanya menganggap ibu Fatimah sebatas ibu mertua dan mereka selalu menjelek-jelekkan ibu Fatimah pada orang-orang.
Rangga adalah putra bungsu, dari tiga bersaudara. Ibu Rangga hanya memiliki anak laki-laki. Kedua putranya yang lain selalu di kuasai oleh istrinya sehingga, Kedua putranya yang lain itu jarang membantu kedua orang tuanya walau mereka tinggal di kampung yang sama.
"Jujurlah Feli...ibuk gak tahu kamu pasti lagi ada masalah..." Ibu Fatimah membujuk Felisya untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Mhm...gak apa-apa buk...Hanya bertengkar sedikit sama bang Rangga..." Ucap Felisya jujur namun dia tak ingin menceritakannya dengan jelas.
"Apa yang di lakukan Rangga...???" tanya ibuk Fatimah yang belum puas dengan jawaban yang di berikan Felisya.
"Gak apa-apa buk...biasalah yang namanya rumah tangga pasti ada masalah buk...wajar kalau kami bertengkar..." jawab Felisya.
Karena Felisya tak ingin bercerita, ibu Fatimah tidak lagi memaksa Felisya untuk bercerita.
"Ya udah...kalau kamu memang tak ingin bercerita...ibuk harap dewasalah dalam menyelesaikan masalah...biasa nak...kalau kita hidup susah seperti ini, pertengkaran itu akan selalu datang...yang penting bersabarlah...ibuk yakin suatu saat nanti kalian akan keluar dari masa-masa yang sukit ini..." ibu Fatimah memasehati Felisya.
Felisya mengangguk, dia akan berusaha bersabar dengan kehidupan yang kini tengah di jalaninya.
Bersambung...
Hai reader jangan lupa tinggalkan jejak ya...
**Rate...
Favorite...
Like...
Koment...
Hadiah...
serta Vote...
di tunggu ya...biar semakin semangat...
Terima kasih🙏🙏🙏🙏🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Paulina
kisah sejuta rumah tangga...🤭🤭
2022-02-21
2
pensi
hadir kembali untuk bersemangat 👏🏻👏🏻✨✨💪🏻💪🏻💪🏻
2022-02-20
1
Dhiro Muna
pingin bgt y di sayang mertua dg tulus...tp kbnyakn mertua pd cari muka..giliran di blkng kita aj kejelekan kita di buka semua ke org2😔
2021-11-23
2