Faysa membasuh mukanya ditoilet setelah acara kerja bakti tadi. Kini mukanya terlihat segar setelah berpanas-panasan dibawah sinar matahari.
Faysa yang ingin keluar dari toilet langsung dihadang oleh dua orang anak buah Vera. Tanpa berkata, mereka langsung mendorong Faysa dan memojokkannya kedinding.
" Apa lagi salah saya ?" tanya Faysa sambil meringis kesakitan karena bahunya ditekan.
" Udah loe diem aja. Nggak usah banyak nanya!"
Tak lama Vera datang bersama Uni yang ada dibelakangnya. Vera menatap senang kearah Faysa yang terlihat ketakutan.
Vera mendekati Faysa lalu meremas dagu Faysa.
" Baru aja kemaren gue kasih pelajaran sekarang loe udah buat ulah lagi! Nggak ada kapoknya ya loe!" bentak Vera sambil mencengkram dagu Faysa.
" Salah saya apa bos? Saya merasa nggak berbuat apa-apa," bantah Faysa.
Plakk
" Kalau gue bilang loe salah ya artinya loe salah! Loe pikirin aja sendiri kesalahan loe. Masih punya otak kan loe?"
Belum sempat hilang rasa perih dipipi Faysa, Vera sudah menjambak rambut Faysa dan menariknya masuk kedalam kamar mandi.
Faysa hanya bisa berteriak meminta ampun sambil berusaha menahan rambutnya yang terasa ingin tercabut dari kulit kepalanya.
Didalam kamar mandi, Vera menenggelamkan kepala Faysa kedalam bak mandi yang sudah terisi air secara penuh. Vera mendiamkannya beberapa saat lalu kembali mengangkat kepala Faysa.
Dengan nafas yang tersenggal-senggal, Faysa mencoba mengatur nafasnya dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Vera kembali menenggelamkan kepala Faysa dan melakukannya secara berulang-ulang hingga Faysa lemas.
" Hah...hah...hah" Faysa mengatur nafasnya yang sudah hampir habis.
" Am...pun bos, saya udah nggak kuat."
Vera mendorong kasar Faysa hingga terjatuh dilantai. Vera mendekati Faysa yang sudah seperti mayat hidup karena wajahnya pucat.
" Berdoa aja supaya loe cepet mati atau loe akan terus mengalami penderitaan ini. Ayo cabut!" kata Vera lalu mengajak anak buahnya meninggalkan tempat tersebut.
Faysa terduduk diam didalam kamar mandi sambil menangis dengan suara tertahan. Perlahan ia menutup mata karena merasa tubuhnya lemas.
Beberapa bulan kemudian...
Keluarga Alyariz sedang merasa bahagia karena salah satu anggota keluarga mereka kini telah bangun dari tidur panjangnya.
Ya, Gathan kini telah sadar setelah setahun mengalami koma. Senyum terus tersungging dari bibir Sintia, Toni juga adik perempuannya yang bernama Angel.
" Gimana dok keadaan putra saya?" tanya Sintia pada dokter yang memeriksa Gathan.
" Tuan muda Gathan baik-baik saja Nyonya. Tinggal memulihkan stamina dan syaraf motoriknya saja karena sudah lama tidak menggerakkan anggota tubuhnya ."
" Mah kapan Gathan pulang?" rengek Gathan yang sudah bosan.
" Sabar sayang, kamu denger kan apa kata dokter tadi? Nanti kalau semuanya udah pulih baru kamu bisa pulang."
Ceklek
Tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangan Gathan. Seorang gadis belia tampak berlari kearah Gathan sambil meneriakkan namanya.
" Kakak...." panggil Angel yang langsung memeluk Gathan.
" Angel pelan-pelan dong kan kasihan kakak kamu. Badannya masih lemas,"kata Sintia menasehati.
" Habis Angel kangen banget Mah sama kakak," rengek Angel.
" Alah paling kamu cuma kangen ngerjain kakak," goda Gathan pada adiknya.
" Nggaklah! Di rumah tuh rasanya sepi gimana gitu kalau nggak ada kakak."
Gathan pun hanya tersenyum sambil mengacak rambut adik kesayangannya itu.
" Nih Kak, aku bawain bubur sumsum kesukaan Kakak. Aku suapin yah!" kata Angel sambil menyiapkan bubur kedalam mangkuk.
" Oke deh sayangku, kebetulan kakak udah laper."
Sintia pun tersenyum bahagia melihat kebahagiaan keluarganya yang kembali utuh setelah setahun ini merasa kurang.
bersambung.....
Ayo terus dukung karya ini dengan cara
@like
@komentar
@vote
@favorit
@rate bintang 5
@hadiahnya
Terima kasih semuanya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments