POV Author
Cukup lama Ruhi dan Bizar berbincang di ruang tengah, hingga Leni memanggil mereka untuk makan malam barulah obrolan mereka terhenti.
Bizar sangat bahagia, kehadiran Ruhi mengisi ruang kosong dalam hatinya. Jujur saja, selama ini Bizar adalah kakek tua yang kesepian, tak ada orang bisa diajaknya bicara dan bercanda seperti saat ini.
Terlebih ia sudah mengetahui Ruhi sejak lama dan kini Bizar menyayangi Ruhi seperti cucunya sendiri.
"Ruhi, kamu kan sudah tidak bekerja lagi, bagaimana jika selama menunggu pernikahan mu dengan Asraf digelar kamu tinggal di rumah ini?" tawar Bizar, kini keduanya sudah duduk di meja makan.
Ruhi tampak berpikir, namun pikirannya terpecah kala melihat hidangan Di atas meja.
Ini semua makanan? ya Allah, bener-bener real sultan.
Ruhi celingak celinguk, memperhatikan apakah akan ada anggota keluarga lain yang makan malam bersama mereka, tapi setelah lama mencari ia tidak menemukan siapapun.
"Kamu cari apa?" tanya Bizar penasaran.
"Yang makan cuma kita berdua Kek?"
"Iya."
"Sebanyak ini?" Ruhi terperangah, wah gila! makanan sebanyak ini hanya dimakan untuk 2 orang? benar-benar mubazir, pikirnya.
"Iya," jawab Bizar apa adanya.
"Tapi ini terlalu banyak Kek, mubazir, tidak mungkin kita bisa menghabiskannya," jelas Ruhi dengan wajah murung, tau begini ia mengajak ibu dan juga Randu.
"Baiklah, maafkan Kakek ya, besok-besok aku akan meminta Leni untuk masak seperlunya saja." Bizar Lupa, jika Ruhi tidak suka sesuatu yang berlebihan, gadis sederhana ini selalu bisa membuatnya terkagum.
Akhirnya mereka mulai makan, meja makan yang biasanya sepi mriming, kini terdengar lebih ramai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Asraf yang sedari tadi mengurung diri di dalam kamar berniat untuk keluar, turun dan makan malam. Perutnya sudah meronta minta diisi, padahal niatnya ingin membuat misi pemberontakan, stop makan sampai Bizar membatalkan pernikahannya dengan Ruhi.
Tapi boro-boro membatalkan pernikahan, bahkan kini ia tidak dicari-cari lagi.
Sial!
Langkah Asraf berangsur memelan ketika sayup-sayup terdengar suara tawa kakeknya dan seorang gadis dari arah meja makan.
Dasar tua tua keladi, berani-beraninya dia membawa gadis simpanan ke rumah ini.
Asraf mengintip, ingin melihat kelakuan bejat kakeknya itu. Ia berniat mengambil foto sang kakek secara diam-diam dan menggunakannya untuk mengancam Bizar.
Klik! 1 foto sudah terambil.
Klik! 2 foto.
Asraf tersenyum bahagia, namun berangsur senyumnya memudar kala memperhatikan gadis dalam foto ini dengan seksama.
"Siapa gadis ini? sepertinya aku pernah melihat wajahnya?" gumam Asraf pelan, ia terus mengamati foto itu, zoom in zoom out, zoom in zoom out.
"Ruhi?" tebaknya dan memang benar.
Seketika itu juga api kemarahan mengalir di sekujur tubuhnya dengan obor yang menyala-nyala di atas kepala.
Kakek! geramnya dalam hati.
Dengan langkah besar, Asraf menghampiri sang kakek dan gadis jelek ini.
"Kakek!" tegur Asraf dengan suara lumayan keras, seketika itu juga Bizar dan Ruhi menoleh padanya.
Tatapan Ruhi dan Asraf bertemu, ini adalah kali pertama keduanya melihat satu sama lain.
Cih! lihatlah! ini adalah kekuatan uang, gadis jelek seperti dia bisa terlihat lebih manusiawi jika didandani. Batin Asraf.
Ya Allah gantengnya, tapi sayang yang punya uang kakek Bizar, bukan dia. Batin Ruhi, setelah itu ia melengos memutus tatapannya pada Asraf.
Wah! Asraf terperangah, baru kali ini ada gadis yang seacuh itu padanya. Dasar gadis tidak tahu diri.
"Apa maksud Kakek membawa anak buduk ini kesini?" tanya Asraf sambil menunjuk-nunjuk Ruhi, yang ditunjuk tunjuk tidak terima, mulai muncul kekesalan di wajah cantiknya.
Gadis buduk? kurang ajar, selama ini aku hanya tidak punya uang untuk merawat diri. Jika uangku banyak aku bisa secantik artis thailand Baifern Bah. Kesal Ruhi dalam hati, ia menahan untuk tidak meracau karena kini ia adalah tamu. Tamu yang harus menjaga tata krama, sopan dan santun.
"Kamu masih di rumah? kakek kira sudah pergi," jawab Bizar acuh, kemudian kembali tersenyum ramah pada Ruhi.
"Ayo kita makan lagi Nak," ajak Bizar dan Ruhi mengangguk.
Wah! Asraf memegangi tengkuknya yang mendadak berdenyut, dia merasa diabaikan, sangat sangat diabaikan.
"Kakek!" kesal Asraf, kini ia sudah membentak.
"Apa sih As? kalau mau makan duduklah di sana." Kakek Bizar menunjuk kursi kosong disebelah kanannya.
"Aku tidak akan sudi makan bersama gadis buduk ini, dan jika Kakek tetap memaksaku untuk menikah dengannya maka aku akan pergi dari rumah ini," ancam Asraf.
Suasana mendadak hening, seorang pelayan yang tak sengaja lewat pun ikut mematung, berhenti melangkah dan memutuskan untuk diam. Takut semakin menganggu dan berakhir ia dipecat.
Nah kan! jika seperti ini kakek langsung diam. Tidak mungkin ia akan membiarkan aku meninggalkan rumah ini. Ck! kakek kakek. Batin Asraf dan bibirnya menyeringai, kini ia sudah menguasai permainan.
"Baiklah, kalau begitu silahkan pergi," ucap Bizar dengan santainya.
"Tapi pergilah membawa badanmu sendiri, jangan membawa hartaku sedikitpun," lanjutnya dengan wajah serius.
Asraf mematung, kepalanya seolah tertimpuk batu besar. Sial! mana bisa aku hidup tanpa uang kakek, sial sial sial sial!
"Ternyata kakek tidak menyayangiku, Aksa memang yang lebih penting bagi kakek," ucap Asraf pelan, ia sudah kecewa dan putus asa.
"Kamu sudah tua As, tau bagaimana aku menyayangimu dan Aksa, jadi jangan dipertanyakan lagi. Lagipula kamu sendiri kan yang mengancam-ngancam ingin pergi. Ya sudah sana pergi, tapi sekalinya kamu keluar dari rumah ini, maka jangan pernah kembali lagi."
Suasana semakin mencekam, Ruhi meremat kedua tangannya dibawah meja. Ternyata kalau sedang marah kakek Bizar sangat menyeramkan.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, Asraf pergi meninggalkan Bizar dan Ruhi. Ruhi terperangah, sementara kakek Bizar melanjutkan makan malamnya.
Kita lihat, seberapa lama kamu bertahan diluar sana. Batin Bizar.
"Len!" Panggil Bizar pada Leni, tak butuh waktu lama Leni kini sudah berdiri di samping sang tuan besar.
"Hubungi Johan dan bekukan semua hartaku atas nama Asraf. Jangan biarkan bocah tua itu menggunakan uangku walau sepersenpun."
"Baik Tuan Besar," jawab Leni patuh dan kemudian berlalu.
Glek! Ruhi menelan salivanya dengan susah payah. Mengerikan sekali, bahkan dengan cucunya sendiri kakek setega itu. Aku harus berhati-hati.
Ruhi kembali makan malam, sama seperti yang Bizar lakukan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kini Ruhi sudah bersiap untuk pulang, kepulangannya kini juga diantar oleh supir pribadi keluarga Bizar. Menggunakan mobil limosin hitam yang berkilauan. Tiap kali memasuki mobil ini, Ruhi merasa seperti seorang putri.
Setelah keluar dari halaman rumah Bizar, kini mobil yang di naiki Ruhi sudah mulai memasuki jalan raya.
"Eh eh eh! tunggu Pak! berhenti!" ucap Ruhi buru-buru. Tatapannya terkunci pada sesosok pria yang sedang duduk di halte bus sedang mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Om Asraf?" gumamnya pelan, namun tak lama kemudian senyumnya mengembang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
andi hastutty
😂🤭nanti bucin asraf
2024-10-14
0
my name
asraf perjaka tua tp klakuan masih kayak anak TK aja
2024-09-25
0
.
astaga as, bisa aja pemikiran mu itu🤣🤣
2024-04-02
1