POV Bizar
Huh! aku menghela napas kasar, setelah Asraf meninggalkan kamar aku memutuskan untuk turun dari ranjang.
Aku bergerak mengambil 2 buah foto di dalam laci nakas, 1 foto Asraf dan 1 lagi foto Ruhi.
Mulai darimana aku akan bercerita, baiklah, dari anak nakal ini dulu, Asraf.
Dia pikir aku tidak tahu kelakuannya selama ini, selalu menghambur-hamburkan uang, bersenang-senang dengan wanita dan berkerja seenaknya.
Aku memiliki 2 anak yaitu Rendra dan Rania. Rendra menikahi Ajeng dan kemudian memiliki seorang anak bernama Asraf. Sedangkan Rania menikah dengan Alex dan memiliki anak bernama Aksa.
Entah kutukan apa yang terjadi pada keluargaku, baik Rendra maupun Rania sudah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu, di usia muda mereka sudah meninggal. Rendra meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri, sedangkan Rania meninggal karena penyakit yang ia derita.
Kini keluargaku hanya tertinggal Alex sang menantu, juga Asraf dan Aksa cucu-cucuku.
Aku sadar umurku sudah tidak lama lagi, akhir-akhir inipun dadaku terasa amat sangat sesak.
Aku juga berniat untuk membagikan harta ini secara adil untuk Asraf dan Aksa. Tapi melihat peringai Asraf selama ini, para dewan direksi dan komisaris perusahaan menolak untuk menjadikan Asraf sebagai CEO. Mereka semua malah mendukung Aksa untuk menempati posisi itu.
Padahal tidak seperti itu, Asraf lebih berhak untuk menduduki kursi CEO. Selain dia cucu tertua, dulunya juga Renda lah yang mengembangkan perusahaan ini. Alex hanya membantu sekedarnya saja. Karena itu, kini aku ingin Asraf yang memimpin.
Namun aku tidak bisa semerta-merta menyerahkan kursi CEO ini sesukaku saja, aku harus mendapat dukungan dari dewan direksi dan juga dewan komisaris perusahaan.
Inilah tugasku yang paling berat, merubah Asraf agar bisa memenuhi standar pemimpin bagi semua pemegang saham.
Aku bingung harus bagaimana, bingung rasanya memikirkan cucuku 1 ini, andaikan sedikit saja ia bisa meniru Aksa.
Ya Allah, maafkan hamba karena selalu membandingkan mereka berdua.
Aku sadar, Asraf sebenarnya adalah anak yang sangat baik. Dia seperti ini karena Rendra dan Ajeng. Selama hidup Rendra hanya sibuk bekerja, sementara Ajeng selalu mabuk-mabukan setiap hari, terkadang pun ia pulang bersama laki-laki lain.
Asraf sepenuhnya diasuh oleh Leni.
Melihat itu semua, kini Asraf tumbuh tanpa ada rasa hormat kepada wanita. Baginya semua wanita sama saja, seperti ibunya.
Lagi, ku pandangi kedua foto ini lagi.
Asraf.
Ku lirik sebelah kiri, Ruhi.
Satu tahun terakhir ini aku selalu mengamati gadis kecil bernama Ruhi. Gadis kecil itu bekerja setelah pulang sekolah, siang dia bekerja di restoran padang, malamnya ia bekerja di restoran cepat saji, pagi sebelum berangkat sekolah ia membawa susu kedelai untuk dititipkan di warung-warung.
Aku tersenyum, mengingat pertemuan pertama kali aku dengannya.
Saat itu aku pura-pura menjatuhkan uang 10 juta, 1 gepok. Tidak ku sangka, Ruhi berlari mengejar ku untuk mengembalikan uang itu.
"Aku memang sangat menginginkan uang, tapi aku akan mencarinya dengan cara yang halal."
Setelah mengatakan itu, Ruhi pergi, mengejar angkot yang akan membawanya ke tempat kerja yang lain.
Semakin lama aku menguntitnya semakin kagum pula aku pada gadis kecil ini. Di balik sifat matrealistisnya ini Ruhi tetaplah anak yang sangat baik, berbakti kepada orang tua, sangat menyayangi sang adik, juga taat dalam beribadah.
Benar-benar cocok untuk dijadikan menantuku.
Tak ingin hilang kesempatan, beberapa hari setelah Ruhi lulus SMA, aku menemui dan memintanya untuk menikah dengan Asraf. Aku tahu, membujuk Ruhi bukanlah hal yang susah, hanya dengan uang maka ia akan setuju.
Aku sangat berharap, Ruhi bisa merubah sifat Asraf. Membawa Asraf kecilku yang dulu kembali lagi. Aku yakin Ruhi bisa, karena Ruhi tidak akan tergoda dengan ketampanan cucuku itu.
Bagi Ruhi, harta dulu baru tampang. Dan semboyannya itulah yang akan menguntungkan aku nanti.
Tok tok tok
"Tuan besar, bolehkah saya masuk?"
Ku dengar suara Leni di luar sana, kakiku sangat lemas untuk diajak berjalan. Hingga akhirnya aku hanya menyauti pertanyaan Leni itu, aku mempersilahkannya untuk masuk.
"Ada apa Len?" tanyaku saat Leni sudah berdiri tepat di hadapanku. Leni adalah wanita paruh baya yang sudah bertahun-tahun bekerja denganku, bisa dikatakan jika di rumah ini maka tangan kananku adalah Leni.
"Tuan besar, Nona Ruhi sudah datang."
Senyumku langsung mengembang ketika mendengar kabar itu, ya, aku memang memintanya untuk datang kesini.
Aku ingin menunjukkan pada Ruhi, jika aku ini benar-benar kaya. Bukan sekedar penipu seperti yang ia yakini selama ini. Bahkan aku meminta orang-orang ku untuk menjemput Ruhi menggunakan mobil limosin.
"Baiklah, aku akan segera turun. Layani dia dengan baik Len, dia adalah calon Nyonya muda rumah ini," ucapku dengan kekehan kecil.
Sangat tidak sabar menunggu Ruhi akan menikah dengan Asraf.
Aku menuruni anak tangga, melihat Ruhi yang duduk manis di sofa ruang tengah.
"Ruhi," sapa ku sambil duduk dihadapannya. Duh, pinggangku sakit sekali.
"Wah! ternyata kakek benar-benar orang kaya ya?" tanyanya dengan mata berbinar.
Aku melihat penampilannya dari atas sampai bawah, sepertinya Ruhi memanfaatkan uang pemberianku dengan sangat baik. Ia membeli pakaian dan juga merawat dirinya ke salon kecantikan.
Seminggu telah berlalu semenjak kesepakatan ku dengan Ruhi di restoran waktu itu, 2 hari yang lalu aku juga sudah menjelaskan semua maksudku pada ibu Ruhi.
Alhamdulilah, ibu Ruhi merestui niatan ku itu.
Dan malam ini aku berniat mengenalkan Ruhi dengan Asraf. Tapi anak nakal itu sore tadi malah marah-marah, dan sekarang entah dimana batang hidungnya.
"Aku sangat kaya, tidak usah kamu ragukan lagi. Jika kamu menikah dengan Asraf, ini semua akan menjadi milikmu."
Ruhi mengulum senyumnya, seolah bisa menyembunyikan kebahagiaan. Dia tidak tahu, jika kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah cantiknya.
"Kek, aku harus memanggil Asraf dengan sebutan apa? jika Kak terlalu muda, jika Om aku takut dia tersinggung. Masa calon istrinya memanggil dia Om?"
"Pfft, hahahaha." Aku terbahak mendengar pertanyaan Ruhi itu, aku juga sebenarnya bingung untuk menjelaskannya.
"Terserah mu saja, kakek tidak peduli," jawabku asal, dan ku lihat Ruhi sedikit kesal.
"Tapi Om lebih baik daripada Pak. Hahahaha." Aku tertawa keras, ternyata lucu juga jika Ruhi dan Asraf menikah. Mungkin Asraf akan dikira pedofil sedangkan Ruhi mata duitan.
"Berhentilah tertawa Kek, salah siapa memilihku menjadi calon cucu mantu." Ruhi cemberut.
"Harusnya Kakek mencari perempuan yang sedewasa om Asraf, bukannya gadis belia seperti aku," timpalnya lagi dan aku terpaksa menghentikan tawaku, meskipun masih sedikit merasa lucu.
"Jadi kamu mau membatalkan kesepakatan kita?" tanyaku dengan menatapnya tajam
"Kalau begitu kembalikan semua u_"
"Stop stop stop stop! iya iya Kek, aku hanya bercanda. Aku tidak akan menanyakan banyak hal. Aku hanya akan menikah dengan om Asraf. Titik."
"Bagus."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
andi hastutty
😂🤭
2024-10-14
0
Mbak Nung
lucu
2024-07-26
0
Ayuna
OmSayang
2024-01-19
1