“Mas?!” baru kali ini Yuni masuk ke dalam ruang kerja Cahyo yang ada di rumah, karena Cahyo tidak mengizinkannya masuk sejak dulu.
Cahyo yang memegang jurnal pekerjaannya hanya melirik sebentar, tidak berniat menjawab panggilan itu sedikit pun.
“Ada tugas kuliah ke Malang, Mas. Sekitar dua bulan, aku satu kelompok sama Ratih dan---“
“Hendra juga?” potong Cahyo cepat sedangkan Yuni hanya bisa menunduk menghindari tatapan tajam itu.
Cahyo menutup jurnalnya dan berjalan mendekati Yuni tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. “Apa kalian akan tidur bersama?”
Yuni mengangguk.
“Bersama Hendra?”
“Banyak, Mas. Tapi yang aku kenal hanya---“
“Hendra?”
“Bukan, Mas. Aku--- Ax?!”
Dengan cepat Cahyo mencengkeram dagu Yuni, saking kuatnya sampai rahang Yuni terasa akan patah. “Aku. Tidak. Suka. Kalau. Kamu. Terlalu. Dekat. Dengan. Pria. Lain. Termasuk. Hendra. Juga.”
Yuni menggeleng, kedua tangannya mencoba melepas cengkeraman itu karena rasanya sangat sakit.
Dihempaskannya cengkeraman itu dan segera berbalik kembali ke kursinya tadi, “Aku tidak mengizinkan. Mulai besok tidak usah kuliah, datang saja ke kantor, aku akan memberimu pekerjaan dengan gaji yang lumayan meski hanya lulusan SMA saja.”
“Aku tidak mau, Mas.”
Cahyo berdiri lagi dan siap mendekati Yuni, dia sangat benci mendengar penolakan itu.
“Ada Nana, aku tidak mau bekerja di kantor.”
Cahyo terkekeh, “Kau cemburu?”
“Tidak.” jawab Yuni sambil menggeleng.
“Lalu?”
Yuni menggeleng lagi.
“Kau memilih menjawab pertanyaanku? Atau hukuman dariku?” Cahyo berjalan lagi lebih mendekati Yuni.
“Aku hanya tidak suka dia terus menggodaku?”
“Menggoda? Menggoda apa?”
“Saat ... di ... mobil.”
“Hahahahahahaha. Aku suka mendengar itu.” Cahyo berkacak pinggang, tubuhnya naik turun karena tawanya sendiri yang terlalu keras, “Tidurlah. Besok kita akan ke kantor. Aku akan mengurus tentang kuliahmu.”
“Mas?”
“Aku tidak menerima penolakan. Tidur. Atau aku akan menghukummu lagi.”
Yuni mengerucutkan bibirnya dan berjalan dengan gontai, keluar dari ruangan itu.
‘Rat, aku tidak bisa ikut ke Malang, maaf.’
Setelah mengirim pesan itu, Yuni membaringkan tubuhnya dan mencoba tidur cepat meski sekarang dia sangat kesal dengan sikap Cahyo.
***
Yuni sangat kesal hari ini. Setelah Cahyo menyuruhnya untuk memijit pundaknya sejak tadi, sekarang dia disuruh membuat susu jahe dengan tangannya sendiri oleh Cahyo. Dengan bibirnya yang terus mengerucut, Yuni meramu apa yang seharusnya ke dalam cangkir yang ada di dapur kantor Cahyo.
Terdengar kikikan dari belakang Yuni. Setelah mengetahui suara siapa, Yuni kembali ke dalam pekerjaannya.
“Apa anak kampung bisanya cuma bikin susu jahe doang?”
“Aku tidak perlu memberi tahukannya ke kamu.”
“Sayang sekali, padahal bukan itu yang Cahyo butuhkan.”
Yuni berhenti sejenak dan menatap orang yang bercicit di sebelahnya, “Setidaknya aku tidak akan menjatuhkan harga diriku untuk mencari berondong demi memuaskan nafsuku saja jika memang aku mencintai mas Cahyo.”
Matanya membola setelah mendengar kalimat itu, “Mulai kurang aj-ar kamu, ya?”
“Aku hanya mengatakan yang aku tau saja, apakah mas Cahyo tau tentang ini?” Yuni tersenyum smirk.
Orang itu terkekeh, “Kau mengancamku tikus kecil?”
“Tidak. Aku hanya memikirkan perasaan yang akan hancur sebentar lagi.”
Plakk.
“Ada apa ini?”
Yuni memegangi pipinya yang terasa panas. Tak ingin ikut campur dalam masalah itu lagi, dia lebih memilih mengaduk susu jahe itu dengan cepat dan pergi dari tempat itu.
“Ada apa, Sayang? Kenapa kamu menam-par Yuni?”
“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Sayang. Aku hanya memberi taunya tadi kalau kamu tidak terlalu suka manis, tapi dia marah-marah dan memancing emosiku.” Nana menjelaskannya dengan nada yang sangat bisa dipercaya.
“Seharusnya kamu tidak menamparnya, dia masih sangat kecil.” memang umur Yuni jauh di bawah Cahyo, dan itu juga salah satu sebab Cahyo kurang menyukainya.
“Aku ... aku tidak sengaja, Sayang. Maafkan aku.” Nana menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
Cahyo tidak menjawab, dia keluar dari ruangan itu dan ingin segera menemui Yuni. “Ada apa?" tanya Cahyo setelah menemukan Yuni di ruangannya sedang termenung.
“Gak papa, Mas.” Yuni menggeleng dan merogoh ponselnya, memainkan benda pipih itu lebih menyenangkan sekarang.
Melihat pipi yang sedikit kemerahan di satu sisinya itu, membuat Cahyo merasa kasihan dengan Yuni, rasanya pasti mengganggu. Tapi karena tidak mau teralu memperlihatkan perhatiannya, Cahyo lebih memilih kembali lagi ke tempat duduknya. Cahyo memang mencari Yuni tadi, karena merasa Yuni terlalu lama saat membuatkan minuman, dan saat melihat Nana menam-par Yuni, Cahyo menjadi bingung meski tidak mendapatkan jawaban apa pun dari dua wanita itu.
“Kenapa, Yun. Kok diem aja dari tadi?” Cahyo dan Yuni dalam perjalanan pulang dari kantor sekarang.
“Gak papa, Mas.” jawab Yuni singkat.
“Kamu gak suka nemenin aku di kantor?”
Yuni menggeleng.
“Apa karena Nana?”
Yuni menggeleng.
“Karena terus aku suruh dari pagi?”
Yuni menggeleng. Dan masih banyak lagi pertanyaan yang hanya dijawab gelengan saja oleh Yuni.
“Mau kamu apa?”
Yuni pun tetap menggeleng. Memangnya siapa dia? Meminta hal kecil saja masih menimang-nimang, apakah Cahyo mau mendengarkannya.
“Okey, nanti sampai rumah cepet tidur, besok ikut aku.”
Yuni menoleh Cahyo dengan cepat, “Besok minggu, bukankah hari libur?”
“Temani aku main golf.”
Yuni pun menyandarkan tubuhnya dengan malas mendengar kalimat itu, pasti akan lebih membosankan di sana.
***
Dengan gaya santai seperti biasanya, Yuni mengikuti ke mana pun Cahyo melangkah untuk menemukan bola putih kecil itu dan memukulnya kembali. Meski tidak terlalu banyak bicara, Yuni cukup menikmati hari ini.
“Ayo! Coba pukul sekali.” teriak Cahyo.
“Aku gak bisa, Mas.” Yuni memang tidak pernah melakukan olah raga yang satu itu.
Tanpa banyak bicara Cahyo segera mendekat dan menarik Yuni, memberinya klab/stik golf, dan menuntunnya dari belakang agar mengayunkan klab itu, “Lakukan seperti ini, jangan terlalu kaku, nikmati ayunan ini, rasakan, fokus dengan tujuanmu, dan ... .”
Tak.
Cahyo meraih teropong kecil yang menggantung di lehernya dan mulai mencari bola yang baru saja dipukul Yuni tadi.
“Apa sangat buruk?” tanya Yuni was-was.
“Poin yang bagus.”
Yuni spontan mengambil teropong Cahyo dan mulai mencari bolanya. “Oh, lihat! Aku sangat pandai memukul bola itu.” Yuni menepuk-nepuk Cahyo sembarang dengan tangan kirinya karena tangan kanannya masih sibuk memegang teropong untuk mengintai bola.
Tali teropong yang tidak terlalu panjang membuat Cahyo mau tak mau sedikit menunduk karena beda itu digunakan oleh Yuni.
Yuni yang tidak menyadari hal itu menoleh dengan cepat dan membentur tubuh Cahyo yang terlalu dekat.
Cahyo yang tidak mau Yuni terjatuh segera menangkap pinggangnya dan menahannya. Melihat wajah Yuni yang terlalu dekat dan sedikit kemerahan karena terbakar matahari beberapa saat, membuat Cahyo semakin tertarik untuk lebih dekat lagi.
Cup.
Dike-cupnya singkat bibir semerah buah persik itu, dan membuat Yuni kian merona sekarang.
“Manis,” Cahyo mengecupnya sekali lagi, namun kali ini lebih dalam.
Yuni yang ikut terbuai, membuatnya tanpa sadar membuka bibirnya dan membiarkan lidah Cahyo memasuki mulutnya.
Tak ingin menyiakan waktunya, Cahyo segera memasukkan lidahnya, mencari lidah Yuni dan me-mbelitnya, melu-matnya, dan juga terus menyes-apnya, menciptakan decapan yang terdengar merdu di telinga mereka. Cukup lama, sampai udara di sekitarnya seakan hampir habis, Cahyo baru melepas ciu-man itu dan menatap Yuni dengan pandangan yang sulit diartikan. “Kita ... lanjutkan permainan lagi.” kata Cahyo sambil membersihkan bibir basah Yuni dengan jari jempolnya.
Yuni segera mengangguk dan membuat jarak dengan Cahyo lagi.
Cukup bersyukur karena orang yang mengikutinya bermain sejak tadi seakan paham dan segera menjauh setelah melihat adegan yang cukup berani dilakukan di depan umum tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
aq sangat bersukur klo Yuni berani pergi dari Suryo yg gi la...
2023-05-09
1
Susana
semoga Cahyo yg punya perasaan duluan... saya akan merasa sakit jika yuni tersakiti 😢😢
2021-04-29
2
Aisyah Usman
mulai nihhh....mulaiiii😍😍😍
2021-04-29
1