Chapter 4

Thunder membuka galeri ponselnya menatap foto Ilaria.

Pertemuan mereka berawal dari kepulangan Thunder ke Indonesia setelah menyelesaikan sekolah bisnis di Swiss. Hari pertama berada di Routhbobe Oil Company hanya Ilaria yang mampu menarik perhatian Thunder. Pandangannya tertuju pada Ilaria yang saat itu menatapnya tanpa minat.

Pertama kalinya dalam hidup Thunder merasa diabaikan.

Tergerak rasa penasaran Thunder mengumpulkan informasi tentang Ilaria, tentu saja tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Ini foto dan semua informasi yang saya peroleh" ujar mata-mata yang disewa Thunder kala itu sambil menyerahkan sebuah amplop.

Thunder tersenyum puas melihat isi amplop tersebut. Pikiran kotor memenuhi otaknya.

Thunder melancarkan pendekatan secara halus. Ilaria sampai tak mampu menolak semua tawaran Thunder. Thunder berusaha terlihat masuk akal dengan dalih semua fasilitas, kemudahan, dan bantuan Thunder adalah penghargaan atas kerja keras Ilaria untuk Routhbone Oil Company.

Berbulan-bulan berjuang akhirnya Thunder berhasil mendapatkan Ilaria.

Hubungan mereka berlanjut ke arah yang lebih serius. Thunder bermaksud mengenalkan Ilaria pada keluarganya namun Ilaria menolak. Ilaria merasa belum siap.

Dalam hati kecilnya Ilaria merasa dirinya hanya wanita biasa yang berasal dari kalangan menengah, untuk membiayai kuliahnya saja Ilaria mengandalkan beasiswa dan kerja paruh waktu.

Ilaria tinggal berdua dengan ibunya. Semenjak ayahnya meninggal, keluarga besar mereka memilih mengabaikan dia dan ibunya. Dengan harapan membantu ekonomi ibunya Ilaria pergi meninggalkan ibunya di Manado dan merantau ke Jakarta.

"Kamu tinggal di sini?" ujar Thunder menepikan mobilnya di sebuah kawasan yang terlihat asing.

"Iya. Kamu tunggu di sini aku cuma sebentar" ujar Ilaria berjalan menuju kosnya untuk menggambil dokumen yang tertinggal.

Sambil menunggu Ilaria, Thunder memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya.

"Ayo berangkat" Ilaria membuka pintu mobil.

"Kenapa kamu tinggal di daerah itu?" tanya Thunder saat mereka dalam perjalanan menuju kantor.

"Harganya murah dan sebagian fasilitas sudah tersedia"

"Sayang, tempat itu terlalu berbahaya untuk kamu. Kamu sering pulang malam, banyak laki-laki di situ, mereka.."

Belum sempat Thunder menyelesaikan kalimatnya Ilaria berujar

"Aku kenal mereka. Tidak akan terjadi apa-apa"

"Sebaiknya kamu pindah ke apartemenku, aku akan mengurus kepindahanmu dan menanggung semua biaya sewa."

Ilaria mengalah dan membiarkan Thunder mengurus kepindahannya. Ilaria pindah ke unit seberang kamar Thunder. Pertemuan mereka semakin intens, pergi kantor dan pulang kantor bersama, makan bersama, menghabiskan waktu libur bersama.

Hingga suatu sore Clarisa, mamanya Thunder mampir ke apartemen anaknya dan menemukan Ilaria sedang memasak.

"Kamu siapa? mana Thunder?" ujar Clarisa tanpa basa basi.

"Saya.. saya Ilaria tante" ujar Ilaria memperkenalkan diri.

Clarisa menatap Ilaria yang saat itu mengenakan tank top dan hot pants.

Clarisa segera menelepon Thunder untuk memastikan perempuan yang ada di hadapannya bukan pencuri atau salah satu fans Thunder yang diam-diam menyelinap ke apartemen milik anaknya.

"Halo, mami lagi di apartemen kamu" ujar Clarisa saat teleponnya tersambung.

"Mami kok nggak bilang mau datang?" Thunder bertanya heran.

"Kenapa? kamu lagi sembunyiin perempuan di apartemen kamu?" ujar Clarisa sambil memandang Ilaria sinis.

"Maksud mami apa sih?"

"Ada perempuan di apartemen kamu"

"Ma, tunggu di situ jangan ke mana-mana. Aku segera pulang" Thunder menghentikan segala kegiatannya dan buru-buru pulang.

Thunder tiba di apartemennya dan melihat mamanya dan Ilaria duduk di ruang tamu. Mamanya tampak dingin dan Ilaria tampak gugup.

"Ma.."

"Siapa perempuan ini?" ujar Clarisa dingin.

"Ini Ilaria ma, pacar aku"

"Kamu punya pacar di saat kamu sudah tunangan dengan putri keluarga Genaro? mau taruh di mana muka mami sama papi kalau keluarga Genaro tau?"

Ilaria tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

"Kamu sudah tunangan?" ujar Ilaria pelan.

"Cih" Clarisa mencibir perkataan Ilaria barusan.

"Mami gak mau tau, kamu selesaikan urusan sama perempuan ini. Kamu tau kan kakek sama papi kamu berharap sama pertunangan ini? Kamu juga harus ingat, Etna salah satu ahli waris yang disebut kakek dalam surat wasiatnya" ujar Clarisa.

Sepeninggalan Clarisa

"Kamu udah tunangan?" Ilaria meninggikan suaranya.

"Ini perjodohan yang diatur keluargaku. Aku sama sekali gak berharap dengan perjodohan ini. Aku cinta sama kamu Ilaria. Tolong mengerti posisiku" Thunder berka sambil memelas.

"Jadi selama ini aku cuma selingkuhan kamu?" Ilaria terisak.

"Aku memang miskin, aku gak punya impian menikahi pria kaya. Setelah kamu datang semuanya terasa nyata. Tapi apa? aku kecewa Thunder. Aku kecewa sama diriku sendiri. Harusnya aku sadar". Ilaria semakin terisak.

"Ilaria dengerin aku dulu ini hanya salah paham" Thunder berusaha menahan Ilaria yang berlalu begitu saja dari hadapannya.

Andai saja Thunder tidak menunda untuk jujur...

Sejak itu Thunder kehilangan Ilaria. Gadis itu mengindari Thunder. Tiap mereka berpapasan hanya tatapan benci yang Thunder rasakan dari mata gadis itu. Sampai akhirnya Ilaria mengajukan permohonan pindah ke kantor cabang, saat Thunder sedang dalam perjalanan bisnis.

Thunder tak mampu mencegahnya.

Sebuah pesan masuk menyadarkan Thunder. Nomor baru yang Thunder tahu adalah nomor Etna

+6285x xxxx xxxx

kamu sudah tidur? besok aku dan orangtuaku akan datang ke rumahmu.

Thunder mengeryitkan dahi. Untuk apa perempuan ini datang ke rumah?

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***