Mr & Ms Second Lead
Satu Tahun berlalu. Kehidupan kembali berjalan seperti biasanya.
Namun tidak bagi Rudy. Ia tidak bisa melewatkan malam dengan mudah. Ada rasa trauma yang membekas yang membuat mentalnya sakit. Ada perasaan bersalah yang terus menghantui pikiran Rudy.
Rudy Mahendra akhirnya memutuskan keluar dari rumah megah Mahendra meninggalkan ibu dan adik-adiknya. Ia memilih untuk menyendiri dengan membeli apartemen mewah.
Namun hal itu makin memperparah depresi Rudy yang kian terpuruk. Hingga akhirnya Rudy pergi kesalah satu dokter untuk bisa menemukan obat.
"Saran saya, Pak Rudy sebaiknya lakukan self Healing dengan pergi ketempat-tempat menyenangkan" ujar sang dokter senior dengan tenang.
Rudy terpaku.
"Bertemu dengan orang-orang baru dengan suasana yang berbeda, juga dapat memperbaiki pisikis anda dari rasa bersalah akan masalalu.."
Rudy menghela nafas.
"Sa-ya.."
Dokter senior itu tersenyum teduh melihat wajah sang pasien begitu pesimis lalu ia meletakkan kacamata dan sejenak rileks.
"Fokus kembali pada diri anda sendiri, benahi diri, fokus perbaiki ibadah, fokus dengan orang-orang terdekat dan lebih penting lagi fokus pada hal-hal kecil yang mungkin bisa di kontrol, tapi jika ada yang diluar kendali maka cukup doakan saja.." pesan dokter terdengar bijak.
Rudy meresapi.
"Masa depan mungkin akan mengkhawatirkan, tapi ada hidup yang mesti dijalani dengan rasa syukur hari ini dan detik ini. Anda harus tetap optimis untuk mendoakan dimasa depan agar hal-hal baik selalu menghampiri anda pak Rudy.."
"Semua manusia punya masalalu, dan pasti punya kesalahan.. tidak ada yang sempurna, anda masih punya kesempatan untuk memperbaikinya"
Rudy menantap dokter senior itu.
"Jadi mulailah dari diri anda sendiri.. karena sebanyak apapun obat tidak akan banyak membantu jika anda masih bertahan di zona yang tidak sehat.."
Rudy merasa tak yakin.
"Temukan teman yang bisa memberi suprot positif pada diri anda.."
Rudy menelan salivanya. Ia merasa itu sangatlah tidak mungkin terjadi, siapa lagi teman yang dapat ia miliki selain Topan yang kini telah memberbahagia dengan sang mantan istri.
Dan akhirnya Rudy pulang dengan berbagai wejangan dari dokter senior tanpa ada obat yang menyertai.
Disepanjang jalan pulang dari praktek dokter itu Rudy terus merenungi ucapan dokter tersebut.
Tak lama, sebuah pesan masuk kedalaman aplikasi pesan Rudy. Rudy pun tersadar dari lamunnya dan meraih handphonenya itu.
Membuka dan membaca dengan tatapan tak bersemangat.
"Pak, Resort Sadewa sudah 78%.." pesan yang di kirimkan oleh ketua tim lapangan.
Rudy menghela nafas dan meletakkan handphonenya begitu saja di atas pangkuan. Dan kembali larut dalam pikirannya sendiri.
***
Di lain tempat sisi seorang wanita berdiri dengan wajah terpaku pada teman yang sudah mengkhianatinya.
"Kami.. akan menikah" ujar seorang pria dengan wajah bahagia yang terpancar jelas di hadapan Sinta yang mematung.
Dan sang wanita bernama Sarah terlihat tak tenang dengan tangan keduanya saling tertaut satu sama lain.
"Jadi??" Sinta merasa tak percaya.
"Ya, mas akan menikah dengan Sarah dalam waktu dekat, kamu kagetkan Sinta??" ujar Agung berbunga-bunga didepan Sinta yang terlihat syok.
Untuk sesaat Sinta tak dapat berkata-kata, pikirannya kosong mencoba untuk mencerna kabar gembira yang di beritaukan oleh Agung Perdana pria yang selama ini ia kagumi.
Agung menepuk pundak Sinta.
"Terimakasih yaa, kamu benar-benar teman yang baik.. jika bukan karena dukungan kamu, mas rasa.. masa masih ragu ketika menyatakan perasaan mas pada Sarah"
Ekspresi wajah Sinta tak bisa terkontrol sehingga tanpa sadar justru sebutir air mata jatuh di hadapan Agung perdana yang ia cintai secara diam-diam.
Agung terpanah. Sarah malah kesal.
"Sinta, kamu??"+
"Ah, ma-af..maaf mas Agung..Sin-ta"
"Kau terlalu senang ya Sinta.." sela Sarah diwaktu yang tepat. Sarah mendekat dan langsung mengandeng lengan sang calon suaminya, Agung. "Kau pasti senangkan dengan kabari bahagia ini??"
Sinta menyeka air matanya lalu memaksakan untuk tersenyum disaat rasa sakit luar biasa di hatinya pada teman yang sudah mengkhianatinya.
"Ah, ya..ya benar Sinta senang kok mas"
Agung tersenyum lega.
"Syukurlah.. aku pikir kamu bakal marah" ujar Agung dengan wajah tersenyum menantap sang calon istri. "Jadi sekarang kamu sudah tau kan, untuk siapa bunga yang kemarin malam aku siapkan.. untuk Sarah"
Sinta menelan saliva pahitnya dengan senyum di paksakan.
"Dan kami berencana 3 bulan kemudian menikah, karena ada banyak hal yang harus di siapkan.. Mas minta kamu bisa membantu Sarah nanti saat persiapan.."
"Oh, ya.." sahut Sinta seadanya.
Lalu tak lama, Agung melirik pada jam tangannya.
"Oh, ya ampun..Mas hampir telat.. bos bisa marah kalau begini.." ujar Agung seketika panik.
"Mas, Sarah antar aja yaa.. sekalian Sarah juga mau ke praktek.."
"Oke.. kalau begitu kamu pergi ya Sinta.. nanti sore kita bahas lagi" ujar Agung yang beranjak pergi dari teras rumah sederhana Sinta.
"Ka-mi pergi dulu ya, Sinta.." ujar Sarah kaku.
"Hm, ya..hati-hati" sahut Sinta terpaksa.
Sarah melangkah mengikuti sang calon suami yang telah lebih dahulu pergi.
Sinta menatap keduanya dengan wajah terluka.
"Tega kamu Sarah?? kamu mengakui bahwa kamu tidak menyukai mas Agung, tapi..kenapa?? kenapa kamu menerima lamarannya??" tanya batin Sinta yang harus menerima cintanya telah gugur sebelum sempat berbunga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Meiska azzalya
mulai baca....
2022-06-05
0
Queen Medusa
👍👍👍
2022-04-10
0
Styaningsih Danik
akhirnya bisa nongki sm mas rudi 😁.....salken mbak sarah
2022-02-14
0