Daffa Dan Shafa
Shafa adalah murid pindahan dari Yogyakarta yang baru saja masuk ke SDN 04 Pagi Kelapa Gading, di pertengahan semester 1.
Berita masuknya anak baru di kelas 6A, mengundang perhatian kelas 6 yang lain.
Sekolahnya memang hanya memiliki 2 kelas untuk kelas 6, tetapi sekolahnya berbagi lapangan dan gedung dengan SDN 03 Pagi, sehingga murid kelas 6 SD sebelah pun mengetahui keberadaan anak baru di sekolah sebelahnya yang kelasnya hanya dipisahkan oleh lapangan upacara.
Pada saat istirahat, seperti biasa, keberadaan anak baru mengundang penasaran murid lain, mulailah perkenalan dengan teman sekelasnya.
"Eh lo pindahan dari mana?" tanya salah satu siswi.
"Dari Jogja," jawab Shafa dengan ogat Jawanya yang kental, sehingga terdengar lucu bagi teman-teman barunya.
"Kok pindahnya ngeri gini, kan sudah menjelang ujian?" tanya siswa yang lain.
"Bapak dipindahkan tugas kesini dan harus segera pindah, ya mau nggak mau harus pindah," jelas Shafa kepada teman sekelasnya.
Kehadiran Shafa ternyata mengundang banyak penasaran, termasuk dari sekolah sebelah.
"Eh ngapain Lo kesini?! mo lihat anak baru yaa? ada yang mau kenalan nii yee!" goda salah satu murid.
"Hush tahu aja Lo! eh siapa namanya? pindahan dari mana?" tanya Daffa.
"Tanya sendiri! masuk aja, lagi jumpa fans di dalam."
"Yeee kita disuruh mengajukan diri, kan gue malu, sok malu dikit laah," ucap Daffa yang masih berdiri di depan pintu kelas mencari wajah anak baru.
Shafa yang sudah mulai kegerahan karena banyak yang mengajaknya berkenalan, akhirnya memilih untuk meninggalkan ruang kelasnya.
"Maaf ya, permisi dulu," ucap Shafa sambil berjalan ke luar kelas untuk mencari udara segar.
Daffa akhirnya dapat melihat wajah anak baru tersebut dan dengan percaya diri mengulurkan tangannya ketika Shafa melewatinya.
Tetapi Shafa tidak melihat uluran tangan Daffa bahkan ia tidak melihat adanya laki-laki di depan pintu kelasnya, sehingga ia terus berjalan menuju lapangan.
Keringat menetes dari wajah Shafa, kemudian ia berjalan menuju keran d pinggir lapangan untuk menyegarkan wajahnya yang terasa lengket oleh keringat.
Mata Daffa hanya terus mengikuti ke arah Shafa pergi dengan tangannya yang masih kearah depan seperti hendak mengajak bersalaman, sampai salah satu teman kelas Shafa, meraih tangannya dan, "Saya terima nikahnya dan kawinnya..."
"WOII! Apaan Lo!" protes Daffa sambil menahan malu dan segera menampik tangannya.
"Yee, Lo yang ngapain di depan kelas orang?!sekolah Lo tuh disono noh!" sambil menunjuk ke seberang lapangan.
"Mau lihat anak baru, eh sapa namanya?" tanya Daffa tidak perduli dengan yang lain sambil matanya mencari keberadaan Shafa yang sudah berjalan ke arah kantin.
"Tanya sendiri! Laa elo ngapain anak baru lewat malah diem. Daf, balik ke sekolah Lo sana!" usir Doni teman sekelas Shafa.
"Ah ribet Lo, ntar gue balik lagi, penasaran gue!" ucap Daffa sambil berjalan ke arah lapangan menuju kelasnya.
Saat pulang sekolah tiba, Daffa menunggu Shafa di depan gerbang sekolah dan tak butuh waktu lama ia melihat Shafa tengah berjalan menuju gerbang. Ia pun bersiap-siap untuk berkenalan. Ketika Shafa berjalan ke arah gerbang, sudah satu langkah menuju gerbang, tanpa menunggu lagi, Daffa mencegatnya.
"Eh anak baru yaa, kenalin __"
Tetapi Shafa hanya melirik kemudian lanjut berjalan menuju mobil yang telah menjemputnya.
"Yeee cantik-cantik jutek amat yak! perasaan gue ganteng begini, tapi tuh cewek, nengok juga kagak! waa bikin penasaran aja! baiklah, misi bersambung esok hari," gumam Daffa dan mulai menjalankan sepedanya menuju rumah.
Sementara itu, Shafa yang baru saja sampai di rumahnya, telah kembali ke karakter aslinya yang santai.
"Assalamu'alaikum, Bu, aku pulang!" teriak Shafa dari pintu masuk.
"Wa'alaikumsalam, sing sopaaaan... wis dikandani nek salam kui ojo mbengok-mbengok cah ayuuuu!" tegur ibu Shafa. (Yang sopan, sudah dibilangin kalau salam itu ga boleh teriak-teriak, anak cantik!!)
"Alhamdulillah kulo diarani cah ayu, matur nuwun sanget nggih, kulo bade munggah rumiyin nggih Bu," jawab Shafa sambil mencium tangan ibunya kemudian naik ke lantai atas menuju kamarnya.
(Alhamdulillah aku di bilang cantik, makasih banyak ya, aku naik dulu)
"Bocah kok koyo ngono tho yo?!"
(Anak kok kayak gitu amat yaa!!)
Di malam harinya, seluruh anggota keluarga Shafa berkumpul untuk makan malam bersama dan seperti biasa, momen ini digunakan untuk saling bertukar cerita.
"Gimana hari pertama masuk sekolah," tanya ayah Shafa.
"Hmm panas, aku kok dikerubungi!"jawab Shafa.
"Semut sing ngerubungi!" celetuk Syifa kakak Shafa.
"Hooo tandane aku manis!" sahut Shafa lengkap dengan senyum nakalnya.
"Menyesal aku __"
"Yes, 1 - 0!" Shafa bersorak.
"Iki opo tho yoo, wis mangan wae, ojo padu," tegur ibu Shafa.
(ini apa sih, sudah makan saja, jangan bertengkar)
"Ono sing ganteng 'ra?" tanya Syifa
(ada yang ganteng nggak?)
"Mboh, aku nggak merhatiin," jawab Shafa.
" Nduwe adi kok koyo ngene cueknya tho, Bu!" ucap Syifa gemas dengan jawaban Shafa. (punya adik kok kayak gini cueknya sih, Bu)
"Mbak, aku kan masih kecil, aku masih SD, aku nggak lihat laki-laki, aku lihatnya __"
"Jajan!" potong Syifa.
"100!"
"Jadi kamu nggak bisa lihat Bapak sama Mas Syafiq?" celetuk Syifa.
"Dhudhu aku sing ngomong lho ya," jawab Shafa.
Ayah dan ibu Shafa sudah terbiasa mendengar kedua anaknya ini bercakap-cakap tanpa arah, sehingga mereka hanya membiarkan saja, hiburan tersendiri kalau kata Syafiq.
Shafa adalah bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Syafiq Ahmad, berusia 18 tahun dan baru saja memasuki jenjang universitas. Ia kuliah di jurusan Manajemen semester 1, di universitas negeri nomor satu di Indonesia.
Lalu, kakak Shafa yang kedua adalah Syifa, yang tiga tahun lebih tua darinya. Syifa bersekolah di SMUN favorit di bilangan Pulomas, Jakarta Timur, di kelas 10.
"Shafa, kamu ini kan menjelang UN, jadi harus siap, kalau ada pelajaran yang tidak kamu pahami harus langsung tanyakan ke guru," ucap ayah Syafa menasehati.
"Inggih Pak, pekan depan sudah mulai try out sekolah tadi sudah dikasih jadwalnya," jawab Shafa.
"Waah sinau (belajar)!" celutuk Syifa.
"Iya dong! sebuah prestasi tersendiri ketika Shafa mulai belajar."
"Alhamdulillah anak ibu akhirnya sadar juga kalau harus belajar."
"Iya, suwi (lama) pingsannya dia tuh!" celetuk Syifa lagi.
"Aku ora krungu, aku ora weruh. Bu, ndhuwe kakak kok koyo ngene tho yoo!"
(Aku nggak dengar, aku nggak lihat. Bu, aku kok punya kakak kayak gini amat ya? !" )
"Uwis, uwis, wis meneng kabeh!" ucap ibu Shafa yang mulai gerah dengan kedua anak gadisnya.
(sudah, sudah, sudah diam semua!)
"Selesaikan makannya, terus lanjut belajar!"
"Inggih Bu," jawab keduanya sambil segera menyelesaikan makan malamnya.
Selesai makan malam, Shafa dan Syifa berbincang santai di dalam kamar mereka.
"Shaf, serius nih mbak nanya, gimana tadi di sekolah? kamu sudah dapat teman?"
"Udah, teman sebangku namanya Cici, anaknya cantik putih, ramah banget," jawab Shafa.
"Trus di depanku ada Amel sama Santi," lanjut Shafa.
"Yang cowok?"
"Napa, aku nggak merhatiin!"
"Hmmm kebiasaan! waktu di Jogja, temen-temenmu yang laki-laki pada protes ke aku, 'Shafa tuh nggak pernah perhatian sama anak laki, cuek banget, kalau diajak ngomong suka di tinggal pergi! gimana sih kamu!"
"Laaa wong aku nggak ada urusan sama mereka, ya ta' tinggal pergi wae," jawab Shafa.
"Yaa tapi nggak gitu juga Shaf, bahaya lho kalau mereka marah," tegur Syifa.
"Males ah, Mbak!"
"Besok, kalau ada yang ngajak kenalan lagi, jangan kamu tinggal pergi, nggak sopan!"
"Hmmm harus ya?"
"Iya lah, gimana sih kamu?!"
"Yowes, sesuk ta' ladeni permintaan pertemanannya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
yan🗿
huhu sedih
2023-06-16
0
leneva
semoga syukaaaa 🥰
2022-07-26
0
Mutia Kim🍑
Daffa udh jd sad boy aja😢
2022-03-08
1