Aku membuka kapsulku dan segera berbaring ke tempat tidur. Esok harinya aku berangkat seperti biasa. Rina yang sedang mengenakan sepatunya untuk bersiap berangkat mulai nampak sedikit ceria. Aku yakin bahwa dia sangat menginginkan untuk masuk ke kelas itu. Oleh karenanya, aku akan berjuang sekuat mungkin untuk mewujudkannya.
Setelah shift berakhir, seluruh karyawan dipanggil oleh manajer DionMart dan masing-masing diberikan amplop dengan tulisan nama diatasnya. Yah, itulah gaji kami.
Aku yang baru bekerja dua bulan dan mampu memperoleh gaji 1.4 juta Rupiah per bulannya bukanlah hal yang buruk. Tapi itu masih kurang. Setelah beberapa saat berfikir dan memberanikan diriku, aku menghadap kepada manajer tersebut sambil membungkukkan kepalaku.
"Ada apa Erik? Apakah ada masalah?" Tanya manajerku dengan ramah.
"Mohon maaf, Pak! Tapi saya ingin mengundurkan diri."
"Hah? Apa yang kau katakan Erik?!" Teriaknya.
Keheningan mengisi ruangan itu. Aku hanya bisa diam dan terus menundukkan kepalaku.
"Kau tidak bisa berhenti begitu saja, Erik. Semuanya ada prosedurnya. Setidaknya kami membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mencari pengganti. Jika boleh tahu, kenapa kau ingin mengundurkan diri?"
Aku pun menjelaskan semuanya. Termasuk kondisi ekonomi keluargaku serta potensi yang aku miliki di Re:Life.
Jika kalian mengatakan pada orang bahwa kalian dapat menghasilkan uang dari game saat ini, mungkin semua orang akan mentertawakan kalian.
Tapi tidak jika pada masa kini. Re:Life sudah dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang bagus. Jika benar-benar menekuninya, siapapun bisa memperoleh kesuksesan yang besar dari prestasi yang dihasilkan. Bisa juga dengan menjadi reporter yang membahas mengenai berbagai informasi di dalam Re:Life.
Bagi player yang mencapai peringkat 100 besar, kekayaan, kesuksesan dan popularitas sudah pasti berada di hadapan mereka. Oleh karena itu, manajer ku juga memahami hal itu.
"Jadi kau bilang kau memiliki potensi yang cukup besar di Re:Life dan tenggat waktu pembayaran biaya adikmu itu hanya 19 hari lagi ya?" Tanya manajer itu dengan ramah.
"Iya, Pak."
"Baiklah." Jawabnya singkat.
"Eh? Apa maksudnya, Pak?"
"Aku akan menerima pengunduran dirimu. Lagipula, besok juga bukan shiftmu untuk bekerja. Kami dari bagian manajemen dapat mencari seorang pengganti dalam 1 hari jika benar-benar memaksa. Maka dari itu, berjuanglah."
Aku tak pernah menyangka bahwa manajerku akan memperlakukanku dengan sebaik ini. Tapi aku sungguh bersyukur. Kini aku bisa lebih memfokuskan diriku pada Re:Life.
Belum selesai merayakan kebahagiaanku, manajerku mengangkat 5 jari di tangannya.
"500 ribu Rupiah."
"Eh?" Jawabku bingung.
"Meskipun aku menerima permintaanmu untuk mengundurkan diri, bukan berarti kau tidak menerima konsekuensi. Itu adalah jumlah yang harus kau bayarkan sebagai ganti rugi waktuku yang akan terbuang untuk mencari penggantimu." Jawab manajer itu tanpa ekspresi.
'Sialan, ujung-ujungnya juga kena denda....' Pikirku.
Aku pun mengikhlaskan 500 ribu Rupiah dari gajiku. Kini aku pulang ke rumah hanya membawa 900 ribu Rupiah. Aku berencana untuk menyerahkan semuanya kepada Rina untuk pembayaran kelas eksklusif itu.
Sesampainya di rumah, suasana yang ada jauh lebih kelam daripada yang kemarin.
'Ada apalagi ini?' Keluhku. Pikiranku yang sudah habis untuk memikirkan keuangan adikku sudah tidak mampu untuk diajak berkompromi lagi. Aku tidak ingin memiliki masalah baru.
Aku pun meletakkan sepatuku di rak dan segera memasuki ruangan.
Tiba-tiba saja, Ayahku memanggilku. Ia pun menceritakan semua yang terjadi.
Kenyataan itu membuat kepalaku semakin pusing. Kelas itu akan dimulai 19 hari lagi. Akan tetapi, batas maksimal pendaftarannya adalah 4 hari lagi. Dengan kata lain, kita semua semakin direpotkan dengan kondisi ini.
Ayahku bahkan berencana untuk menggadaikan sertifikat rumah demi membiayai Rina. Sedangkan ibuku berusaha menghubungi siapapun kenalannya untuk mencari uang pinjaman. Tentu saja semuanya ditolak.
Rina yang duduk di depan meja ruang tengah itu terus menerus memohon kepada keduanya untuk berhenti. Dia bilang bahwa tidak masalah jika tidak harus memasuki kelas eksklusif itu. Akan tetapi, kedua orang tuaku ngotot untuk mengusahakannya.
"Bagaimana jika... aku bisa menghasilkan uang dari Re:Life?" Tanyaku kepada mereka semua.
Aku juga menyerahkan amplop gajiku kepada mereka yang isinya hanyalah 900 ribu Rupiah.
"O-omong kosong apa yang kau katakan Erik!" Teriak Ayahku dengan keras sambil memukulku.
"Jangan bilang... kau berencana untuk berhenti bekerja demi bermain game bodoh itu?!" Ayahku terus menerus memarahiku.
"Bukan berencana berhenti Ayah..." Jawabku singkat. Pipiku sedikit nyeri karena bekas pukulan Ayahku. Tapi aku menahannya.
"Baguslah kalau begitu, Nak."
"Tapi aku sudah berhenti, Ayah. Aku berencana untuk fokus menghasilkan uang dari Re:Life... jika aku terus begini maka...." Belum sempat menyelesaikan perkataanku, Ayahku menendangku keluar dari ruang tengah dengan sangat keras.
"KELUAR KAU!" Teriaknya dengan sangat keras.
"Ayah... tunggu... aku bisa menjelaskan semuanya...."
'Pok!'
Sebuah benda terlempar di wajahku. Ya, itu adalah amplop gajiku yang sebelumnya kuberikan kepada mereka.
"Aku tidak membutuhkan uangmu ini, dasar anak bodoh! Kupikir kau sudah mulai dewasa dengan mau bekerja! Tapi ujung-ujungnya kau tetap memikirkan mengenai game bodoh itu! Aku sudah memutuskan untuk menjual peralatan game itu untuk menutupi sebagian kebutuhan sekolah Rina! Dan kau! Kau tidak kuijinkan untuk kembali ke rumah ini!"
Ayahku meneriaki ku dengan sangat keras dan mengusirku dari rumah. Sesaat setelah tubuhku berada di luar rumah, Ia langsung menutup rapat pintunya.
Meskipun kesuksesan dalam berkarir di dunia Re:Life sudah banyak terbukti, ada juga mengenai kisah keterpurukan yang disebabkan oleh Re:Life. Sebagai contoh sederhananya adalah kakak dari Ayahku. Dengan kata lain, Pamanku.
Ia menghabiskan begitu banyak uang untuk bermain Re:Life. Menukarkan uang asli ke uang digital dan tidak pernah mau bekerja. Ia mengatakan bahwa suatu saat akan menjadi sukses dan terkenal. Tapi takdir berkata lain, yang terjadi hanyalah kebangkrutan. Hutangnya yang setinggi gunung menyebabkannya di penjara.
Meskipun pamanku menyadari kesalahannya, tapi itu semua sudah terlambat. Termasuk Debt Collector yang ingin menagih hutang pamanku. Tapi bagaimana caranya membayar jika semua kepemilikannya sudah dijual? Bahkan kini Ia ada di penjara, meninggalkan Istri dan kedua putrinya.
Ya, Ayahku lah yang membayarnya.
Semua itu telah selesai sekitar 9 bulan yang lalu. Meskipun begitu, kebencian Ayahku terhadap game Re:Life telah melekat sangat kuat di hatinya.
Hasilnya? Aku diusir dari rumah.
Jika Ayahku menjual kapsul milikku, Ia mungkin bisa memperoleh setidaknya 10 juta atau lebih, membuat biaya bulan ini aman. Aku pun ikhlas jika itu semua demi adikku. Tapi bagaimana dengan bulan berikutnya?
'Lalu apa yang bisa kulakukan jika begini keadaannya?'
Aku semakin pusing akan semua hal ini.
Langit yang gelap mulai menampakkan taringnya. Dinginnya malam menusuk hingga ke dalam tulang.
'Haruskah aku kembali di DoinMart dan meminta maaf? Meminta pekerjaanku kembali? Tapi meski aku melakukan itu... keluargaku tetap tidak akan mampu membiayai Rina setiap bulannya... apa yang harus kulakukan sekarang?' Pikirku dalam hati sambil melangkah menjauh dari rumahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Izul S.Z
ini mungkin maksudnya pada masa lalu
2023-07-17
1
Lari Ada Wibu
kekekekek gak ada kayak warnet yang ada vrnya? kalo ada main disitu aja🗿
2022-09-24
0
ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ
wajar ayahnya marah, game tidak akan membuat kaya. yg kaya adalah developer
2022-08-26
0