---
Rossa menerima kartu nama yang diberikan oleh pria itu dan langsung memasukkannya ke dalam tas selempangnya—tanpa sempat melihat nama yang tertera di sana.
Rossa adalah gadis biasa: cantik, manis, murah senyum, dan pandai bergaul. Kepintarannya membuatnya menonjol di antara yang lain.
Saat sekolah menengah pertama, Rossa hanya membutuhkan dua tahun untuk menyelesaikannya. Begitu juga ketika di sekolah menengah atas. Nilai-nilainya selalu mengagumkan, membuatnya selalu diterima di sekolah-sekolah ternama.
Ia pun berhasil masuk ke universitas bergengsi—Universitas A—yang hanya bisa dijangkau oleh anak-anak dari kalangan kaya. Tapi Rossa bisa masuk karena prestasinya. Ia selalu mendapat beasiswa berkat hasil akademiknya yang membanggakan.
Meski sangat menyukai dunia fashion, Rossa memilih jurusan Manajemen Bisnis. Ia ingin segera mendapatkan pekerjaan untuk membantu ibunya dan membiayai adik laki-lakinya.
☘☘☘
Rossa terus berjalan menuju halte bus sambil menatap layar ponselnya yang retak.
“Rossa…”
“Ros…”
“Rossa…!”
Seseorang memanggilnya. Setelah beberapa kali mendengar namanya disebut, Rossa akhirnya menoleh ke arah suara itu—dan betapa terkejutnya ia melihat sosok yang sangat dirindukannya.
Sebuah mobil Mercedes-Benz sport berwarna biru berhenti di seberangnya.
"Alvan…" lirih Rossa.
Pemuda itu turun dari mobil, menampilkan senyum yang penuh kerinduan. Ia langsung berlari dan memeluk Rossa erat.
“Alvan, apa kabar?” tanya Rossa, masih tak percaya.
“Buruk, Ros…” jawab Alvan, pelukannya semakin erat.
Dada Rossa terasa sesak mendengar ucapan itu. Bagi Rossa, Alvan kini hanyalah masa lalu. Tapi pelukan itu… membuat pertahanannya runtuh.
“Aku sangat merindukanmu, Ros. Biarkan aku seperti ini… sebentar saja,” ucap Alvan lirih.
Air mata Rossa akhirnya jatuh juga. Ia pun mengangkat tangannya, berniat membalas pelukan itu.
Namun tiba-tiba, seorang wanita cantik paruh baya keluar dari mobil. Rossa membelalakkan mata, tubuhnya refleks mendorong Alvan menjauh.
“Alvan! Kenapa kau membawanya ke sini? Ke-kenapa kau memelukku di depannya?” ucap Rossa terbata-bata. Matanya tak lepas dari sosok wanita yang selama ini menentang hubungan mereka—mama Alvan.
“Ros… besok aku harus berangkat ke luar negeri. Aku tidak diizinkan pergi tanpa pengawal. Tapi aku memohon pada Mama agar bisa menemuimu… untuk terakhir kalinya. Syaratnya, dia harus ikut,” jelas Alvan sambil menyeka air matanya.
Rossa hanya menunduk. Ia menghapus bulir-bulir bening yang mengalir di pipinya. Ia tak sanggup menatap mata Alvan yang sembab karena menahan tangis.
“Alvan! Waktumu sudah habis. Kita harus segera kembali untuk mempersiapkan pertunanganmu malam ini,” ujar wanita itu dengan nada dingin. Matanya menatap Rossa tajam, lalu tersenyum puas.
Bagaikan disambar petir di siang bolong, hati Rossa remuk mendengar kata-kata itu. Ia memegang dadanya, mengepalkan tangannya, lalu menampar dadanya sendiri berulang kali.
Kepedihan itu terlalu nyata.
Rossa mengingat kembali pertemuannya dengan mama Alvan beberapa hari yang lalu.
---
**Flashback ON**
"Rossa Ferdias?" tanya wanita itu dingin.
"Ya, saya sendiri," jawab Rossa gugup. Perhiasan mewah yang dipakai wanita itu menyilaukan mata.
*“Pasti dia dari keluarga paling kaya di kota ini…”* batin Rossa.
"Duduklah. Aku ingin membicarakan sesuatu tentang Alvan," ujarnya.
Rossa duduk tanpa berani menatap wajah wanita itu. Aura dingin dan berwibawanya membuat nyalinya menciut.
"Katanya kau kekasih Alvan Alexander. Benar?"
Rossa hanya mengangguk. Lidahnya kelu.
“Kau harus sadar diri. Status sosialmu jauh dari layak untuk berdampingan dengan Alvan. Bahkan sebagai kekasih pun, kau tidak pantas,” ucapnya tajam.
Rossa mulai menatap wajah wanita itu.
*“Beraninya dia merendahkan keluargaku. Kami memang orang biasa, tapi kami punya harga diri.”* batinnya geram.
“Kenapa kau menatapku seperti itu? Hmm? Apa kau ingin kompensasi karena kusebut tak pantas untuk Alvan?”
Wanita itu membuka tasnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar foto. “Berapa yang kau inginkan agar kau mau putus darinya? Aku tahu tipe gadis sepertimu. Mengejar lelaki kaya demi menjadi nyonya muda. Menyedihkan.”
“Jaga ucapan Anda, Nyonya!” ucap Rossa mulai naik pitam. “Aku dan Alvan saling mencintai. Aku tidak pernah memandangnya dari segi kekayaan. Cinta kami tulus!”
“Cinta?” Wanita itu tertawa kecil, lalu meletakkan foto-foto di meja. “Lihat ini.”
Rossa terdiam. Matanya membelalak saat melihat foto-foto mesra Alvan dengan seorang perempuan lain. Foto-foto itu terlihat baru, diambil hanya beberapa bulan lalu.
*"Jadi… selama ini Alvan tidak menghubungiku karena sudah bersama wanita lain?"* pikir Rossa, tubuhnya mulai gemetar.
“Wanita itu adalah tunangan Alvan. Mereka akan bertunangan beberapa hari lagi. Kumohon, jangan jadi penghalang. Atau... mungkin kau ingin uang? Berapa? Akan kubayar. Tapi ingat, aku mama Alvan, dan aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian.”
Pengawal wanita itu lalu mengambil kembali foto-foto dari tangan Rossa, lalu mereka pergi meninggalkannya yang terpaku dan terluka.
**Flashback OFF**
Alvan melihat kondisi Rossa dan tahu… betapa menyakitkannya perpisahan ini.
Semua hanya karena status sosial.
Alvan mengepalkan kedua tangannya. Dalam hati, ia bersumpah akan menjaga cintanya pada Rossa. Ia harus menjadi sukses, agar tak lagi bergantung pada orang tuanya.
“Alvan… kau harus menepati janjimu pada Mama. Ini pertemuan terakhir kalian. Cepatlah sudahi. Jangan mempermalukanku dan Papamu di pesta pertunanganmu nanti malam,” kata mama Alvan, menekan setiap kata dengan nada kemenangan.
**Bersambung…**
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Alini
5
2022-03-20
0
●⃝🀄♕𝑹𝒊𝒂𝒏 𝑭𝒂𝒊
😳 oppa oh oppa...
2021-09-16
0
uli
menarik sedihnya
2021-08-19
0