Ryeana

Ryeana

Ryeana-1

Brum. Brum. Brummmmm

Suara knalpot becak yang berisik itu lumayan menghancurkan kekecewaan yang sedang bersemayam di hati. Aku dan sahabatku baru saja pulang dari sekolah negeri yang kedua kami lamar. Dua sekolah negeri sudah menolak kami. Menyebalkan sekali.

Haaaaaaaaaa.

Helaan nafas panjang kami berdua di kursi penumpang sebelah Mamang tukang becak.

Aku dan sahabatku, tertawa receh di atas becak saat Mamang tukang becak membelokkan setirnya ditikungan patah. Dia bergaya layaknya palentino rosi. Sudah tubuhnya kecil, kurus, berkulit hitam tapi gaya Mamang ini sangatlah lucu.

"Gas mang, gas lagi. Yuhuuuuuuuu" teriak ku bersamaan dengan sahabatku. Suara kami hampir hilang ditelan hembusan angin yang berlawanan. Kami bersenang-senang seakan meluapkan kekecewaan karena ditolak disekolah negeri.

"Wah Daebak. Gila ya Ri. Seru juga naik becak ugal-ugalan begini. " Ucap sahabatku yang bernama Andira.

"Ho'oh. Eh tapi kita gila ya Ra. Sekalinya keluar dari zona nyaman langsung jadi anak berandalan. Hahahaha" aku tertawa bersamaan meratapi nasib yang gagal. 'Kalau Mama tahu bisa habis aku ini' batin Ryeana.

"MANG STOPPPPPPP" teriak Andira saat menyadari kami hampir melewati sekolah yang akan kami daftar.

Citttttttttttttt.

Suara ban yang tergesek dengan aspal tiba-tiba berhenti karena tarikan rem yang mendadak. Aku dan Andira hampir melompat ke depan karena kaget dengan Mamang yang me-rem mendadak.

Hehehe. Mamang tukang becak terkekeh polos.

Haaaa. Aku mengusap jidatku yang terkena besi gerobak becak didepan ku. Sialan batinku. Aku melirik kesamping memperhatikan kondisi sahabatku.

Dan ya.

Hahahaha

Aku tertawa melihat kondisinya yang memalukan.

Sahabatku Andira, si pemilik rambut keriting dan berkulit sawo matang itu sedang sibuk membenahi rambutnya yang sudah seperti sarang burung.

Ya, rambut keritingnya mekar ke atas semua. Aku dan Mamang yang tidak berdosa sama sekali itu terkikik geli melihat penampilannya.

"Isss. Brengsek Lo Ri. Temen lagi kesusahan malah diledekin" ucapnya sambil cemberut.

Oke. oke. Tarik nafas. Tahan tawa Ri.

Aku mengeluarkan sisir yang selalu kubawa didalam tas kecilku. Aku membantunya menyisir rambutnya yang eksotis itu. Sekalipun teman SMP kami sering meledek rambutnya, tapi aku sangat menyukai rambutnya itu. Itu sangat unik rasa ku. Jika sedang bermain bersama aku sering mengelus-elus lekukan keriting rambutnya. Oke finish.

Aku dan sahabatku turun dari becak. Sambil menyerahkan ongkosnya dengan uang 20 ribu.

"Mauliate. " Ucap kami bersamaan sambil melambai ke arah Mamang tukang becak. Tidak saling kenal tapi ya begitulah kami berdua, selalu merasa sok kenal dengan orang lain. Dan itu membuat kami tertawa receh kadang, apalagi jika bertemu dengan orang yang cuek tapi kami sok akrab. Huhu habislah dia kami buat.

*Mauliate : terima kasih (bahasa batak)

Dan itu semua berlaku saat aku hanya bersama sahabatku. Selebihnya jangan harap. Wkwk

Kami bergandengan tangan saat ingin menyeberangi jalan untuk tiba di pekarangan sekolah yang akan kami daftar. Ini adalah pertama kalinya kami keluar dengan sangat bebas dan bertingkah konyol. Kami yang belum terbiasa menyeberangi jalanan yang lebar itu sedikit takut, untuk itu kami saling menguatkan dengan menautkan jemari kami berdua.

"1 (Lirik kiri), 2 (lirik kanan), (merasa sepi) 3 let's goooo." Ucap ku berteriak memberi arahan untuk menyeberang jalan. Kami berlari terkucar-kacir menyebrang sebelum mobil berlalu-lalang.

Selamat.

Drt. drt. drt.

Suara hp ku bergetar.

Aku mengeluarkannya dari saku celana ku. Melihat siapa yang menghubungi.

"Siapa?" Tanya Andira mengintip.

"Kakak" jawabku.

"Halo, em ya. Oke. Oke. Bilang aja kami udah didepan pagar. Em ya. " Jawab ku setelah mengangkat panggilan.

"Apa katanya ?" Tanya Andira penasaran.

"Kepo loh." Ucap ku cuek. Aku kembali menggandengnya masuk, dengan ragu-ragu kami menginjakkan kaki disekolah elit dikota ku. Itu hanya sekolah swasta tidak negeri. Tapi cukup bergengsilah jika dibandingkan dengan Negeri dikota ku.

Saat beberapa langkah masuk, hp ku kembali bergetar. Hp yang masih berada digenggaman ku.

"Halo" jawab ku tanpa melihat siapa nama pemanggil.

"Riiiiii" teriak seseorang disana. Aku mengusap telinga ku yang hampir meledak.

Sialan. Batinku.

Eh tunggu dulu. Itu seperti suaraaa...

"Eh dok, kamu dimana, kita uda sampe nih. Kamu jadi daftar disini kan? " Ucap ku tak sabaran setelah tahu siapa yang menghubungi.

Andira yang mendengar nama panggilan yang ku sebut langsung mencelos tak menentu. Iya dia tau betul, hanya satu orang yang akan aku panggil dengan sebutan "Kodok".

"Jadi dong. Ini Lagi otw. Kamu tungguin ya. Kita masuknya barengan ya ya." Ucap seseorang dari sana dengan nada manja membujuk.

"Hasiiaappppp. Kami tunggu di halte depan pagar aja ya." Teriakku bersemangat.

Aku langsung menarik tangan Andira untuk kembali duduk di halte depan yang kami lewati tadi saat memasuki pagar sekolah ini.

"Lo tuh kebiasaan. Kalo urusan yang ono langsung semangat gitu. " Ucapnya malas.

"Udahlah Ra. Lo kayak gak tahu aja gimana gue selama ini." Ucapku menunduk sambil memainkan sepasang sepatu kets putih ku.

15 menit kemudian, orang yang dinanti-nanti muncul juga.

"Lama banget" ucap ku pura-pura kesal. Padahal mah senangnya bukan main.

"Yaelah, biasa aja kali. Mukak kamu jangan ditekuk gitu entar makin jelek tau rasa. Yaudah masuk yuk, keburu guru yang jaga pulang" ajaknya sambil menarik tali tas ku. Menyebalkan tapi menyenangkan juga. Dasar bucin.

Andira hanya mengikut dibelakang ku karena tangannya selalu ku genggam.

Aku sangat sayang sama Andira. Sedikit jauh ajah gelisah. Udah kayak suami istri aja ya Ra. Hahaha.

Saat mendekati ruang pendaftaran, dia melepaskan tangannya ditali tasku. Berhubung hanya aku yang mengenal salah satu guru disitu dan itu juga berkat bantuan kakak ku tadinya. Jadi aku yang memimpin masuk kedalam.

"Permisi buk. " Sapa ku pada salah satu wanita muda yang duduk dimeja dekat pintu.

"Iya dek. Mau daftar ya?" Tanya nya sambil menatap map yang dipegang oleh Andira. Andira lah yang bertugas membawakan map berkas pendaftaran kami. Aku mengangguk.

"Tapi sebelumnya bisa bertemu dengan Pak Simarmata buk?" Tanyaku

"Ada urusan apa ya? " Tanyanya sedikit menyelidiki dengan raut wajah dinginnya.

Oh ayolah, aku bukannya mau main belakang, ini hanya karena semata biar dia saja yang bantu urus pendaftaran kami, karena dia yang selalu menggoda kakak ku untuk mendaftar disekolah ini, dan terjadilah sesuai kemauan kakakku, aku terpaksa masuk ke sekolah swasta yang elit itu karena perjanjian kami jika gagal di negeri maka targetnya sekolah swasta itu, sekolah tempat kakak ku dulu menempuh pendidikan. Bukan kakak kandung, tapi Kakak sepupu. Dia sangat sayang padaku begitu juga aku padanya. Dia selalu perhatian padaku karena aku satu-satunya keturunan perempuan dari keluarga Papaku. Aku disayang banyak orang di keluargaku.

Aku pasrah. Tapi lebih pasrah lagi sahabatku. Karena kemanapun aku pergi kami selalu sama, sejak pendidikan dasar hingga menengah kami masuk disekolah yang sama. SD dan SMP kami negeri tapi SMA kami di swasta. Benar-benar ditakdirkan ya.

Sedangkan Kodok alias Nicholas, aku tidak tahu, ketika kami bertemu ditempat pendaftaran disekolah Negeri yang kedua kami lamar. Dia bertanya sekolah yang akan aku daftar, dan lihatlah dia mengikut akhirnya tanpa ada ajakan dariku. Dan itu sangat membahagiakan bagiku. Karena sudah lama tak bertemu dia.

Sebelum aku ingin menjawab seorang Pria muda bermata tajam dan berkulit hitam muncul dari belakang ku. Aku sedikit menegang namun berusaha bersikap normal.

"Ryeana ya." Sapa nya menegur ku. Aku mengangguk.

"Ayo ikut saya" ajaknya untuk masuk kedalam ruangannya. Di atas ruangan itu tertera Bimbingan konseling. Wah, sepertinya dia bertugas jadi guru BK.

Bahaya ini. Batinku.

Kami berempat, aku, Andira dan Kodok bersama teman laki-lakinya ikut masuk kedalam ruangan BK.

Hawa ruangan itu benar-benar dingin. Cukup membuat bulu kuduk merinding. Uuuuuu takut.

Aku si pemimpin team berjalan lebih dulu didepan mengikuti pak Simarmata masuk.

Kami duduk berhadapan dengan pak Simarmata.

"Mana berkas kalian" tagihnya padaku. Aku mengambil berkas milikku dan Andira yang berada ditangannya, lalu mengkode yang lainnya untuk menyerahkan berkas mereka juga.

"Nah ini formulir pendaftaran silahkan isi. Mau ngisi disini atau dibawa pulang aja?" Tanyanya kepada kami semua.

"Disini aja Pak" ucap kami kompak. Kami mengisi formulir pendaftaran tidak ditemani Pak Simarmata, sejak menyerahkan formulir itu beliau berlalu begitu saja meninggalkan kami berempat. Kesempatan yang bagus kami mengisi formulir dengan suara yang berisik. Apalagi pas dibagian isi biodata orang tua. Kami saling mengintip. Teman laki-lakinya Nicholas yang katanya bernama Rio juga ikutan bertingkah konyol bersama kami tiga. Aku yang sulit menerima orang asing langsung berteman baik dengan Rio karena dia teman Nicholas, alasan terbesar.

Terpopuler

Comments

JW🦅MA

JW🦅MA

nexk

2021-11-29

0

JW🦅MA

JW🦅MA

semangat

2021-11-29

0

JW🦅MA

JW🦅MA

HADIR YA

2021-11-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!