"I iya" Jawab Rindi dengan gugup.
Rindi bingung harus menemui Alvin atau tidak, sejujurnya Rindi masih enggan bertatap muka dengannya. Namun setelah memantapkan hatinya, Rindi memutuskan untuk menemui tunangannya, eh mantan maksudnya.
Johan dan Lia yang mengerti jika keduanya perlu waktu, dua paruh baya itu bergegas menuju ke kamar mereka untuk istirahat.
Setelah izin kepada Johan dan Lia, Rindi melangkahkan kakinya ke arah ruang tamu. Tiba-tiba kakinya terasa lemas dan tangannya bergetar. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat dan keringat yang muncul di pelipisnya.
Wajah cantiknya mendadak pucat saat melihat tubuh Alvin yang sedang duduk membelakangi arahnya. Biasanya tubuh itu selalu dia peluk saat pertemuan keduanya berbeda dengan sekarang.
Ingin rasanya Rindi berlari dan memeluk tubuh pria yang hingga detik ini masih dia cintai. Namun niat nya urung karena mengingat perbuatan dari pria itu. Dengan cepat, Rindi menormalkan ekspresinya dan menghilangkan kegundahan yang sedang melandanya.
"Ada perlu apa kemari?" Tanya Rindi dingin dengan wajah datarnya setelah mendudukkan dirinya di sofa seberang yang sedang Alvin duduki.
"Rin, aku mau minta maaf sama kamu. Aku ngaku kalau aku yang salah di sini, tapi aku mohon maafkan aku Rin" Ucap Alvin dengan nada bersalahnya dan wajah yang menunduk.
"Linda sedang tidak berada di rumah. Jadi kalau anda mencarinya, jangan berharap akan bertemu. Ups, saya salah ya? Pasti anda telah mengetahuinya karena kalian sangat dekat" Bukannya menjawab, Rindi malah mengalihkan pembicaraannya seakan tak mendengar ucapan pria dihadapannya.
"Rin jangan ngalihin pembicaraan dong, aku serius mau minta maaf sama kamu sayang" Rindi yang mendengar ucapan Alvin merasa jijik sendiri.
"Kalau mau bertemu sama Linda mending langsung nyusul dia ke puncak. Kan bisa tuh berduaan sepuasnya tanpa ada pengganggu" Balas Rindi dengan nada sengitnya dengan melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Aku mohon kamu jangan kekanakan gini dong Rin. Dari tadi kamu ngalihin pembicaraan terus, aku mau kita balik lagi seperti dulu" Jawab Alvin dengan nada seriusnya.
Rindi yang mendengar ucapan Alvin tertawa merendahkan serta menaikkan sebelah alisnya. Tersenyum miring dan kaki sebelah kiri berada di atas kaki kanannya.
"Anda bilang apa tadi? Kekanakan? Cih... Sekarang saya tanya kepada anda Tuan Alvin yang terhormat, yang kekanakan anda atau saya?" Ucap Rindi dengan tajamnya serta tatapan liciknya.
"Sikap anda yang terlalu kekanakan di sini. Diam-diam berkhianat dibelakang saya dengan dalih kalau saya percaya sepenuhnya kepada anda. Dengan seenaknya mempermainkan perasaan perempuan, hal itu sangat kekanakan menurut saya" Tambah Rindi masih dengan nada datarnya
Alvin sangat terkejut atas perubahan sikap Rindi yang mendadak lebih berani dari sebelumnya.
"Kamu berubah Rin. Rindi yang aku kenal lemah lembut dan penyayang. mengapa sekarang kamu jadi berani sama aku?" Tanya Alvin dengan nada seriusnya.
"Maaf, maksud anda saya lemah? Iya, saking lemah dan bodohnya saya sehingga tidak tahu jika anda bermain dibelakang saya kan? Betul Tuan Alvin?" Ujar Rindi dengan nada beraninya. Entahlah semua sikap Rindi yang lemah lembut menguap seketika.
"Tetapi maaf, Rindi yang anda kenal sebagai wanita lemah, kini sudah tiada. Saya tidak akan bisa lagi dibodohi oleh anda" Lanjut Rindi yang membuat Alvin semakin kaget karena sikap dan ucapan Rindi.
"Aku beneran nyesel Rin, aku minta sama kamu supaya kita bisa sama seperti dahulu lagi" Pinta Alvin dengan nada memohon nya kepada Rindi.
"Kamu tidak ingat sama semua memori tentang kita berdua? Tujuh tahun Rin kita bersama dan hanya karena kesalahanku lima bulan terakhir kamu mau kita usai? Coba kamu pikirkan lagi Rin" Tanya Alvin yang berusaha meyakinkan Rindi untuk kembali kepadanya.
Alvin tidak akan melepaskan Rindi begitu saja, Alvin juga sadar kalau dirinya egois. Satu sisi, dia tidak mau melepaskan Rindi namun disisi lain dia juga mencintai Linda.
Rindi yang mendengar tuturan Alvin merasa ditarik kembali ke masa lalu mengenang kenangan indah bersama pria itu. Meskipun wajahnya tampak tenang dan tidak berekspresi, berbeda dengan telapak tangannya yang sudah mengepal dan berkeringat.
"Tidak ada lagi kata 'kita'. Kini hanya tersisa anda dan saya" Tegas Rindi dengan nada dinginnya disertai senyum sinis.
"Aku ingin kita kembali seperti dahulu Rin, sebelum ada Linda di hubungan kita" Pinta Alvin dengan nada melasnya.
"Maaf, semua yang sudah retak tidak akan kembali sempurna walaupun disatukan kembali. Yang anda lakukan bukanlah hal sepele, namun itu sebuah pengkhianatan. Sekali lagi saya tekankan di sini, anda melakukan sebuah pengkhianatan sehingga menyakiti saya!" Ucap Rindi dengan tajam.
Alvin merenungi semua ucapan Rindi, ucapan gadis cantik itu benar. Dengan bodohnya dirinya menyia-nyiakan gadis seperti Rindi yang bisa di bilang hampir sempurna di matanya dengan berpaling kepada adik tiri Rindi.
"Apakah tidak ada lagi cinta untukku?" Tanya Alvin dengan tatapan sendunya sehingga membuat Rindi sedikit goyah, namun secepat mungkin dia mengendalikan perasaannya.
"Rasa yang saya punya untuk anda sudah hilang di mana ketika anda berkhianat kepada saya beberapa hari lalu" Ucap Rindi dengan nada bergetar.
Nyatanya Rindi masih memiliki cinta itu untuk Alvin, entahlah tak mudah bagi Rindi untuk menghilangkan perasaannya kepada Alvin, di mana rasa cinta itu selalu hadir tujuh tahun terakhir.
"Maafin kesalahanku Rin, aku juga menyesal atas semua perbuatan yang aku lakukan untukmu Rin" Ucap Alvin dengan air mata yang keluar dari sudut matanya namun segera di hapus oleh lelaki itu menggunakan jari telunjuknya.
Rindi menyaksikan bagaimana tatapan dari Alvin yang menyiratkan penyesalan dan Rindi juga ikut mengeluarkan air mata. Rindi menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang sedang menangis. Kini ruang tamu dalam keadaan hening, hanya terdengar isak kecil dari gadis cantik yang sedang menunduk.
"Maaf, tapi mungkin ini akhir dari kisah saya. Ternyata selama tujuh tahun ini saya mencintai anda, ini adalah balasan dari penantian ku. Terima kasih untuk semua kenangan selama tujuh tahun ini" Ucap Rindi dengan nada bergetar.
"Saya yakin setelah ini akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari anda Tuan Alvin. Yang bisa menghargai perasaan saya dan bisa menjaga kesetiaannya" Sindir Rindi dengan suara bergetar nya dan penuh keyakinan.
Alvin menggeleng pelan kala mendengar Rindi akan mencari gantinya, Alvin seakan tak rela jika Rindi harus berpaling ke pria lain.
Entah mengapa hati Alvin teriris kala mendengar isakan kecil dari gadis di depannya yang sedang menunduk dengan tangan yang bertaut di atas pahanya. Alvin sangat mengetahui bagaimana perasaan Rindi saat ini.
"Lebih baik anda pulang sekarang" Usir Rindi secara halus dengan wajah yang enggan menatap Alvin.
"Aku tidak akan pulang sebelum kamu maafin aku Rin" Balas Alvin dengan suara pelannya namun masih tetap terdengar jelas oleh Rindi.
"Mungkin saya sudah memaafkan anda. tetapi untuk rasa sakit yang anda berikan pada saya itu sangat sulit saya hilangkan dari hati saya. Entah sampai kapan saya akan tetap membenci anda yang seperti pria berengsek bagi saya" Balas Rindi dengan nada tajamnya.
"Sekarang saya minta anda pergi dari sini!" Ucap Rindi yang mulai beranjak dari duduknya dan melangkah pelan menuju kamarnya. Sedangkan Alvin mengamati Rindi masih pada posisi duduknya.
Namun baru empat langkah Rindi melangkah, gadis cantik itu menghentikan langkahnya tanpa berbalik arah.
"Tidak semua orang dipertemukan untuk menjadi teman hidup, mungkin mereka dipertemukan untuk sekadar menjadi perjalanan hidup. Sama seperti saya dan anda" Ucap Rindi yang membuat Alvin mematung di posisinya.
"Dan ingat satu hal lagi Tuan Alvin, bertemu dengan anda adalah hal buruk yang ada di pengalaman hidup saya selama dua puluh empat tahun ini" Tambah Rindi lagi.
Setelah mengatakan hal tersebut, Rindi melangkah meninggalkan ruang tamu menuju ke arah kamarnya.
Setelah kepergian Rindi tanpa pamit, Alvin menunduk merenungi semua ucapan yang keluar dari mulut Rindi. Menutup wajah dengan kedua telapak tangannya dan mendesah berat. Tangannya mengacak rambut hitamnya dengan frustasi.
"Bodoh kau Alvin, mencampakkan Rindi dan tergoda oleh wanita lain" Rutuk Alvin kepada dirinya sendiri dengan tangan yang memukul kepalanya sendiri.
Berdiri dari duduknya, Alvin melangkah menuju pintu utama dan menutupnya. Mengamati jendela balkon kamar Rindi yang tertutup rapat dengan sendu. Biasanya jika dia pulang dari rumah Johan, maka Rindi akan melihatnya dari balkon itu sembari tersenyum manis, namun sekarang tidak lagi.
"Maafin pria berengsek ini Rin" Setelah mengucapkan hal tersebut, Alvin masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Rindi.
Tak disangka Rindi juga menatap kepergian Alvin dari balkon kamarnya secara sembunyi-sembunyi. Meneteskan air matanya, Rindi membekap erat mulutnya dan menggelengkan kepala.
Rindi sangat rindu akan momen di mana dirinya selalu melambai ke arah mobil Alvin yang berjalan keluar dari halaman rumahnya.
Ingatannya kembali dipenuhi oleh kilasan memori kebersamaannya dengan Alvin pada masa lalu. Namun kini hanya tinggal kenangan yang mungkin akan dibenci oleh Rindi.
"Mulai sekarang mungkin aku akan membencimu Vin" Ucap Rindi dengan memukul pelan dadanya yang terasa sesak.
Malam itu, Rindi kembali menangisi perpisahannya dengan Alvin. Entahlah sampai kapan Rindi mampu menghapus perasaannya kepada Alvin dan membuang jauh rasa bencinya.
Terimakasih untuk kalian yang tetap stay di cerita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Yuli Yuli
nyeselkn km alvin
2024-05-08
0
Praised94
terima kasih 👍👍👍👍👍👍👍
2023-11-25
0
Fierda
Helehhh vin... kemarin juga bilang menyesal tp masih mesra"an makan icecrem sama linda 😤😤🤭🤭
2023-10-21
3