Episode 5

"Dek! Urungkan niatmu.... Gue yang akan pergi dari sini." Teriak Fathan.

Gitsna yang mendengar teriakan Dady kesangannya, Langsung keluar dengan koper di seretnya.

"Dad.... Daddy kenapa ?" Tanya Gitsna kaget kala melihat ada darah dari kedua sudut bibir Fathan.

"Enggak, Daddy gak papa! Daddy cuman berantem dikit."

"Sama Siapa Daddy? Sama Ayah?"

"Hm....."

"Kenapa ? Masih tentang Gitsna?"

"Bukan...." Tolak Fathan.

Brakkk....

"Akui saja Brengsek..." Kata Yudha marah.

"Yuk Sayang! Opik udah nungguin di bawah." Ajak Yudha.

"Dek! Gue mohon, Jangan bawa Gitsna. Ingat perasaan orang lain Yudha... Jangan Egois."

"Harusnya itu bukan buat Gue."

"Bentar Yah! Ada apa ini semua. Jelasin sama Gitsna."

Yudha mengusap wajahnya gusar.

"Entar Ayah jelasin. Kita pergi sekarang! Sebelum ketinggalan pesawat." Jelas Yudha.

"Apa Pesawat! Pesawat apa Nak?"

Yudha memandang kedua Orang Tua yang baru naik kelantai atas.

"Yudha mau bawa pergi Gitsna Mah." Jawab Fathan sedih.

"Apa itu benar Sayang? Apa benar kamu mau bawa Cucu Mamah pergi."

"Cuman sebentar."

"Kamu tega misahin kita berdua Yudha.... Kamu gak pikirin perasaan Mamah terlebih dahulu."

"Apa Mamah juga Papah mikirin Perasaan Yudha. Apa kalian tahu gimana perasaan Yudha?"

"Sayang...."

"Cepetan Gitsna, Bawa kopermu." Ajak Yudha paksa.

Yudha menarik tangan Gitsna menuruni tangga dengan koper di bawanya.

"Yudha.... Sayang... Yudha..." Teriak Mamah dari atas.

"Sabar Mah, Yudha perlu ketenangan Mah. Dia akan balik membawa Cucu kita lagi." Kata Papah memenangkan.

"Tapi Pah... Anak itu...."

"Sudah Mah, Mamah kayak baru tahu aja sifat Yudha tuh gimana." Jelas Papah.

"Harusnya Yudha tuh usir Abang aja Mah, Pah. Dari pada kayak gini."

"Sudah lah Bang... Kita doain aja agar Yudha baik baik aja."

"Tapi,Abang merasa bersalah banget."

"Sudah Bang, Cepet obatin lukamu dulu. Nanti kita cari tahu! Yudha pergi kemana ?"

Mamah dan Fathan mengangguk.

Mereka turun bersama.

Sementara Fathan masuk kedalam kamarnya untuk mengobati luka di bibirnya.

Mamah juga Papah membereskan persoalan tadi.

"Mamah! Papah minta maaf ya! Papah enggak benar benar mau nikah lagi. Papah tadinya mau bercanda sebelum bicara yang serius. tapi, Keburu Mamah masuk."

"Hm...."

"Mamah masih marah sama Papah?"

"Pah!.... Kalo bercanda tuh jangan berlebihan, Sekarang apa yang Papah dapat. Kita malah kehilangan Cucu kita Pah.... Hiks... Hiks...."

Papah merangkul bahu Mamah dan memeluknya.

"Menangislah Mah! Kalo emang itu yang akan meringankan beban Mamah. Mamah juga jangan lupa berdoa, Supaya Yudha cepat sadar dan cepetan pulang."

Fathan yang baru selesai mengobati lukanya. Harus melihat adegan yang begitu menyayat hatinya.

Ia kembali masuk kedalam kamar.

Bugh.... Bugh.... Bugh....

Fathan meninju guling tinju dengan tangan kosong tanpa peralatan ia gunakan.

1 jam lebih Fathan mengurung dirinya di ruang olahraga.

Kring.... Kring....

Suara telpon masuk menghentikan aksinya.

"Ya hallo...."

"....."

"Dengan siapa?"

"....."

"Oo.... Apa ada yang bisa saya bantu..."

"...."

"Oo... Ok, Saya meluncur sekarang."

Fathan langsung mematikan panggilan secara sepihak.

Dia bergegas membersihkan badan dan bersiap siap.

Wangi yang begitu sejuk sudah menempel di badannya.

Dia menggantungkan stetoskop di lehernya.

Tas jingjing di tangannya. Juga jas putih melekat di tubuhnya.

Fathan sudah siap dengan propesinya sebagai Doctor.

"Pah, Mah, Abang pergi dulu. Ada sesuatu yang darurat."

"Iya Bang! Kamu hati hati di jalan ya!"

"Iya Mah, Assalamualaikum..."

Setelah bersalaman, Fathan pergi dengan tergesa gesa.

Hm....

Abang Chaempnya mau kemana ya???

Rs???....

Atau....

Tunggh aja di Next Eps....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***