Kelas berubah menjadi hening. Para siswa laki-laki tersenyum genit bahkan ada yang diam-diam memotret menggunakan kamera ponsel.
Sedangkan para siswa perempuan sibuk memujinya, ada juga yang diam-diam merasa jengkel dalam hati karena murid baru ini lebih cantik dari mereka.
"Keira, ayo perkenalkan diri dulu," ucap Bu Utami.
"Halo teman-teman. Namaku Keira Paulina. Kalian bisa memanggilku Keira."
"Halo Keira ...," ucap beberapa siswa laki-laki dengan berbarengan.
Keira tersipu malu dengan tingkah laku beberapa teman pria di kelas barunya. "Semoga kalian bisa menerimaku sebagai teman baru kalian ...." Keira menundukkan sedikit kepalanya tanda ia mengakhiri perkenalannya.
"Keira, silahkan kamu duduk di bangku kosong sebelah sana itu iya," tunjuk Bu Utami pada sebuah bangku kosong di barisan belakang di deret tengah sebelah kanan.
"Iya, Bu." Keira berjalan mendekati bangku kosong tersebut. Disebelahnya sudah duduk seorang gadis manis, yang tampak memerhatikannya dan siap menyambutnya.
Gadis itu tersenyum saat Keira telah duduk di bangku sebelahnya. "Halo, Keira, perkenalkan aku Ricci."
"Halo, Ricci, aku Keira. Semoga kita bisa menjadi teman baik ya." Kedua gadis itu berjabat tangan.
"Oke!" Ricci tersenyum dan mengangkat jempolnya, tanda menyetujui ucapan Keira.
Disudut lain, Reyhan masih terlihat tak percaya bahwa teman barunya adalah Keira.
Penampilan Keira hari ini berbeda dengan saat di Cafe. Keira yang saat itu dilihatnya dengan riasan wajah serta tatanan rambut yang berbeda, terlihat lebih dewasa dan anggun.
Namun kali ini, Keira tampil lebih sederhana. Rambut hitamnya yang semu coklat dibiarkan lurus dan tergerai. Ia terlihat lebih fresh dan ceria, sesuai dengan usianya.
"Hari ini Ibu mau membentuk struktur kelas lebih cepat. Supaya kalau nanti ada informasi dan kegiatan sekolah atau yang lainnya, Ibu tidak perlu bingung lagi untuk menunjuk perwakilan kelas."
"Baik bu,"
"Siapa yang mau kalian calonkan menjadi ketua kelas?"
"Reyhan, aja Bu," ucap beberapa siswa menunjuk Reyhan.
"Iya iya, Reyhan aja, Bu. Dia sudah berpengalaman jadi ketua kelas di kelas 10," sambung siswa lain.
"Oke, mana yang namanya Reyhan?"
Reyhan dengan pasrah mengangkat tangannya seraya berkata, "saya bu."
Keira memperhatikan wajah Reyhan dari samping. Tersirat rasa seperti pernah bertemu, namun Keira tak begitu mengingatnya.
Naluri Reyhan mengatakan, bahwa ada yang sedang memperhatikannya. Sontak ia pun menoleh ke kanan dan pendangan mereka bertemu untuk kedua kalinya.
DEG!
Keduanya merasakan sensasi perasaan yang berbeda. Reyhan hanya bisa terdiam, terpaku pada satu objek tanpa memberikan kode ekspresi apapun.
Sementara Keira mulai berfikir keras dimana ia pernah bertemu Reyhan. Akhirnya gadis itu menyadari pada saat hari ulang tahunnya ...
Flashback on...
"Cantik banget ..." Seseorang tiba-tiba berteriak memujinya.
Perhatian Keira tertarik pada sumber suara tersebut. Namun perlahan, atensinya mulai merubah letak. Ia terpesona, bahkan untuk sesaat dirinya tak dapat mengalihkan pandangan dari seorang laki-laki, yang saat itu juga memperhatikannya dari meja pengunjung.
Laki-laki berwajah tampan yang membuat Keira salah tingkah di atas panggung.
Flashback off...
"Reyhan ... Reyhan ... bagaimana? Setuju gak kalau kamu di tunjuk menjadi ketua kelas lagi?"
Reyhan tak merespon. Pikirannya melayang entah kemana. Ia hanya melamun, dan tak mengalihkan pandangannya dari arah meja Keira.
"Reyhan ... Rey," Aldi menggoncang-goncangkan tubuh Reyhan.
"Oh, iya .. iya." Reyhan terkejut dengan ulah Aldi.
"Jadi gimana Reyhan, bersedia menjadi ketua kelas lagi?" tanya Bu Utami untuk ke sekian kalinya.
"Oh, emm, kalau yang lain ada yang mau menggantikan saya, tidak papa bu," ucap Reyhan jengah.
"Tadi kan sudah, tapi yang lain menolak. Mereka maunya kamu, Reyhan. Beginilah, efek masih pagi tapi sudah melamun," teguran halus mendarat dari mulut Bu Utami. "Jadi gimana Rey, bersedia ya?"
"Baiklah Bu, saya bersedia jadi ketua kelas lagi." Reyhan hanya bisa pasrah menyetujui keputusan dari teman beserta wali kelasnya.
"Kalau begitu kita putuskan sisanya ya," ucap Bu Utami melanjutkan membentuk struktur kelas.
Suasana menjadi sedikit ramai karna proses pembentukan struktur kelas. Setelah melalui proses musyawarah dan voting, diputuskan hasilnya bahwa yang menjabat sebagai ketua kelas adalah Reyhan, wakilnya adalah Leo, sedangkan yang menjadi sekretaris kelas adalah Ricci.
"Bu, ada satu yang lupa. Bendahara kelas!" Ricci mengangkat tangan, dan memberitahukan kekurangan posisi struktur kelas pada bu Utami.
"Oh iya, Ibu hampir lupa. Siapa yang mau mengajukan diri menjadi bendahara? Ibu tidak mau menunjuk ya, karena posisi bendahara biasanya paling dihindari. Mereka takut jika harus memegang uang kelas."
"Bu, bagaimana kalau Keira yang menjabat jadi Bendahara? Supaya dia juga bisa lebih cepat akrab dengan teman yang lain," usul Ricci mantap.
"Ricci, kenapa aku?" Keira memprotes tak terima, Ricci hanya tersenyum geli melihatnya.
"Betul juga apa kata Ricci. Keira mau ya? Bagaimana dengan yang lain setuju jika Keira menjadi Bendahara kelas?" tanya bu Utami.
"Setuju!" Semua siswa menjawab dengan serempak. Karena memang tak ada satupun dari mereka yang berniat menjadi bendahara. Mereka tak ingin pusing jika berhubungan dengan keuangan kelas.
"Bagus, jadi bendahara kelas kita adalah Keira. Untuk uang kas dan yang lainnya, kita bahas di lain waktu ya. Dengan begitu, struktur kelas kita sudah lengkap. Ingat untuk semua Struktur kelas harus melaksanakan tugasnya dengai baik, dan yang lain harus saling membantu. Apabila ada struktur kelas yang lalai dari tugasnya, yang lain harus saling mengingatkan. Mengerti semua!?"
"Mengerti bu,"
"Baiklah kalau begitu, kita mulai pelajaran Bahasa Indonesia Bab 1 Menyusun Prosedur."
Semua siswa mengeluarkan buku pelajaran mereka. Bu Utami menjelaskan materi di depan kelas, begitupun semua siswa ada yang sibuk mencatat poin-poin penting, dan ada pula yang hanya mengandalkan telinga untuk mendengarkannya.
#Pukul 13.30
Kringgggg!
Bel pulang sekolah berdering nyaring. Seluruh siswa berhamburan keluar dari dalam kelas masing-masing. Waktu yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah hampir seharian lelah menerima materi pelajaran.
Reyhan berjalan dengan menenteng helmnya menuju area luar sekolah. Dilihatnya sang kakak sudah menunggu di sana, di tempat tadi pagi ia menurunkan sang adik.
"Udah lama, Bang?" tanya Reyhan memulai percakapan.
"Enggak kok baru aja sampai." Para pembaca pasti rindu dengan suasana akrab antara kedua kakak beradik ini. Hihi...
Reyhan meletakkan helmnya di stang motor sang kakak. Kemudian memakai jaket untuk melindunginya dari panas terik matahari yang terasa menyengat.
Revan yang menunggu sang adik selesai dengan aktivitasnya, ia melihat kesana-kemari. Memperhatikan gadis-gadis cantik yang berhamburan keluar dari sekolah Reyhan.
Tak lama, seseorang muncul membuatnya tak tahan untuk mencari tahu, "Hey, Rey, itu siapa?" tanyanya sambil menepuk lengan sang adik.
"Yang mana bang?" Reyhan menoleh sembarang.
"Itu yang rambutnya panjang, digerai gitu ..."
"Yang mana sih," tanya Reyhan yang sibuk memakaikan kancing jaketnya
"Itu tuh, yang rambut panjang pake baju putih."
"Kuntilanak, Bang?" Reyhan menjawab sembarang tanpa menoleh ke arah yang ditunjuk sang kakak.
"Sembarangan aja, cantik gitu dibilang kuntilanak. Liat dulu tuh, tuh," Revan meraih paksa kepala sang adik dan mengarahkannya kepada sesosok gadis yang mencuri perhatiannya.
Diantara banyaknya siswa perempuan, pandangan Reyhan hanya tertuju pada sosok Keira yang berjalan sambil tertawa bersama Ricci. "Maksudnya cewek yang lagi jalan sambil ketawa itu? yang pakai jaket putih itu?" tanya Reyhan memastikan.
"Nah iya, bener! itu, yang itu. Bukan kuntilanak." Revan menjitak kepala sang adik, membuatnya meringis. "Siapa sih Rey? kenalin dong!"
"Gak mau! Dia anak baru di kelas, kenalan aja sendiri." Pembaca pasti udah tau nih, mereka bakalan adu mulut lagi. wkwk..
"Pelit. Pulang sendiri sana," Revan menghidupkan mesin motornya, dan berlagak seperti akan meninggalkan Reyhan.
"Apaan sih bang, kayak anak kecil. Gitu aja ngambek."
"Kenalin gak?"
"Ngak!"
"Yaudah, aku pulang!"
"Huh, oke ... buruan pulang," Reyhan menyetujui permintaan sang kakak dengan terpaksa. Ia bersiap akan naik ke atas motor sang kakak, namun Revan mengusilinya dengan memajukan motornya. Alhasil Reyhan pun gagal duduk di atas motor Revan.
"Janji loh ya. Awas dosa kau kalau gak nepatin!"
"Iya iya,"
"Yaudah naik, buruan. Panas banget."
"Salah sendiri yang sok ngulur waktu." Reyhan naik ke atas motor sang kakak. Mereka berdua akhirnya melaju menuju rumah.
Disisi lain, Keira yang sedari tadi menunggu mobil jemputannya, tak sengaja melihat Reyhan yang berdiri di trotoar jalan.
Sesekali Keira tersenyum kecil melihat teman prianya itu dikerjai oleh pengemudi motor yang tak ia ketahui siapa.
Tin... tin...!
Sebuah mobil Jazz putih berhenti di hadapan Keira dan membuka pintu untuk menyuruh Keira masuk. "Keira, maaf ya papa telat. Gimana sekolah barunya? Happy gak?" tanya laki-laki itu seraya membelai surai hitam sang anak.
"Happy, Pa. Semua temen Keira baik. Kayaknya Keira bakalan bisa cepet betah deh." Keira tersenyum kecil.
"Bagus lah. Ya sudah yuk pulang, Mama pasti sudah nungguin kita," Ajak Papa Keira yang langsung dibalas anggukan oleh putrinya.
'Dunia memang sempit. Laki-laki misterius itu sekarang jadi temanku. Haha ... lucu sekali.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-07-09
0
lineg boboo
hadir, mari saling mendukung ya 🤗💕🙏
2021-06-28
0
Emonee
Like untukmu thor
2021-06-16
0