Kai hanya tersenyum kikuk, saat menyadari ulahnya membuat ia telah menjadi pusat perhatian semua orang. Sementara Reyhan masih menatap lekat gadis itu, hingga membuatnya salah tingkah.
"Kenalan dulu dong, pasti yang ada disini semuanya pada penasaran kan. Oke, cantik namanya siapa?" tanya sang vokalis pada gadis itu.
"Keira," jawabnya singkat.
"Keira sekarang ulang tahun yang ke berapa?"
"17 tahun." Lagi-lagi bibir mungilnya hanya menjawab sepatah-dua patah kata.
"Wah wah, lagi sweet seventeen ya. Pas banget nih orangnya juga sweet banget, hehehe," goda sang vokalis membuat Keira tersipu. "Oke, kalau gitu kita nyanyi lagu Happy Birthday sama-sama buat Keira. Setuju?"
"Setuju!" jawaban lantang dan serentak terdengar dari semua pengunjung.
Namun Reyhan tak bergeming. Ia masih sibuk dengan segala dugaan-dugaan di benaknya. 'Keyra? Kenapa rasanya dia begitu familiar bagiku? Wajahnya, senyumnya, seperti pernah melihat sebelumnya. Tapi siapa? dimana?'
Jreng!
"Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday ... happy birthday ... happy birthday to you ...." Semua yang ada di dalam Cafe bernyanyi bersama.
"Sekali lagi ...." pandu sang vokalis.
Semua pengunjung masih tetap bernyanyi bersama. Mengiringi Keira yang dibantu sang mama papa, mengarahkan pisau untuk memotong kue ulang tahun super besar dihadapannya.
Reyhan yang merasa penasaran akan sosok Keira, sedetik kemudian ia melupakannya. 'Ah, perasaan aku aja kali.' batin Reyhan menyudahi prasangkanya sendiri.
•••
Ceklek!
Reyhan membuka pintu rumahnya. Ia melihat seisi rumah sudah dalam keadaan sepi. Diliriknya jam tangan yang telah menunjukkan pukul 11.00 siang. 'Pantas saja, pasti semua sudah tidur,' batin Reyhan yakin.
Ia sudah akan melangkahkan kaki menuju anak tangga, namun sang kakak turun dan menyambutnya dengan wajah sedikit kesal.
"Dari mana aja, jam segini baru pulang?" sungut Revan dengan mata melotot yang dibuat-buat.
"Beli perlengkapan sekolah, terus ke Cafe." Reyhan menyahut datarr pertanyaan sang kakak. Ia lantas berjalan menaiki anak tangga dengan cueknya.
"Ooo ... bagus ya, enak-enak kau diluar. Aku yang dari tadi nungguin, malah gak bisa hangout tau!" ketus Revan seraya menarik kerah belakang Reyhan, agar berhenti berjalan.
"Ya, suruh siapa abang bawa motorku sampek masuk bengkel."
"Lah, bukan aku kok yang buat rusak motor mu."
"Tapi kan abang yang bawa. Mana gak ijin lagi."
"Kamunya aja gak denger waktu abang teriak."
"Mana, gak ada tuh abang teriak minta ijin."
"Ada, abang sumpah nih abang udah teriak."
"Ngak ada."
"Ada."
"Ngak ada."
"Adaaaaa!"
Kedua kakak beradik itu masih belum mengalah dengan argumen mereka masing-masing. Keributan yang mereka timbulkan berhasil membuat sang mama terbangun dari tidur siangnya.
"Astaga! ada apa sih kok ribut banget!" Santi menekan keningnya karena pusing setelah terkejut dengan suara mereka berdua.
"Ngak ada apa-apa, Ma," jawab Reyhan santai.
"Ngak ada apa-apa gimana, motorku aja dibawa seharian," ucap Revan tak terima.
"Seharian tuh klo aku bawanya sampek nanti malem, baru seharian." tegas Reyhan membela diri.
"Revan, kan mama udah bilang. Kalau misal kamu gak bawa motor adikmu, motornya gak bakal sampai masuk bengkel. Makanya lain kali, kalau pinjem punya orang itu ijin dulu."
"Reyhan kan adikku ma, bukan orang. Lagian aku udah ijin kok. Ya kan Rey?"
"Mana gak ada," ketus Reyhan dengan memalingkan wajahnya.
"Itu waktu aku teriak masak gak denger."
"Emang kamu teriaknya di mana?" tanya Santi dengan nada mengintrogasi.
"Pas waktu depan gerbang sana ma, deket pos satpam, waktu mau berangkat. Hehe."
"Astaga, jauh banget. Mana bisa denger adekmu, Revan! Mama juga gak bakalan denger kalo kamu teriaknya dari ujung gang sana." Santi menggelengkan kepalanya, dan hanya dibalas tawa geli dari Revan.
Reyhan melirik centil ke arah sang kakak, berusaha menggodanya yang sedang dimarahi oleh sang mama.
"Reyhan kamu juga. Kalau kemana-mana bawak punya orang, jangan lama-lama pakainya."
"Iya ma." Reyhan menjawab pasrah. Sedangkan Revan berbalik melirik centil dan menjulurkan lidahnya untuk menggoda Reyhan.
"Biar gak kejadian kayak gini lagi, mulai sekarang kunci motornya kalian simpen sendiri-sendiri. Jangan taruh di garasi."
"Iya ma," jawab keduanya serentak.
"Udah, baikan sana."
Revan menyalami sang adik. Namun jari-jari tangannya tak tinggal diam. Ia menekan kuat punggung tangan Reyhan dengan jempolnya, hingga membuat sang adik mendadak merasa sakit.
Reyhan pun tak tinggal diam, ia juga memainkan jari-jarinya menggelitiki telapak tangan sang kakak. Revan mati-matian menahan rasa geli itu. Mereka berdua saling menatap, bak dua petarung yang akan saling mengalahkan.
"Awas loh, Mama gak mau tau lagi. Pokoknya masalah ini jangan dibahas lagi."
"Iya, Ma," jawab keduanya secara bersamaan.
"Ma, Revan mau keluar dulu ya. Mau ke rumah temen."
"Tanggung, Van. Bentar lagi dzuhur. Solat dulu, baru berangkat."
"Hahh ... ya sudah deh. Revan masuk kamar dulu." Revan langsung menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
Sementara itu Reyhan masih terdiam menunggu sang kakak benar-benar masuk dan menutup pintu kamar.
"Ma, nih." Reyhan memberikan kunci duplikat kamar Revan kepada mamanya. "Tadi Reyhan masih pergi ambil ini."
"Oh, udah jadi ya, baguslah! Besok mama gak perlu susah-susah lagi bangunin kakak kamu. Makasih ya sayang. Yaudah, sana cepet siap-siap solat Dzuhur. Mama mau angetin makanan, kalau udah solat langsung makan ya, ajak kakak kamu juga."
"Iya Ma."
Reyhan menaiki anak tangga dan kembali ke dalam kamarnya. Ia bersiap menunggu waktu adzan untuk menunaikan kewajibannya.
•••
Malam telah larut, menyajikan langit yang semakin pekat serta bintang yang semakin berkilau. Walau tubuhnya kadang mengigil diterpa angin, Reyhan masih tetap tak bergeming dari posisinya. Ia berdiri di balkon kamarnya, memandang kagum pada jutaan bintang yang berkelap-kelip.
Dalam sekejap, muncul bayangan wajah Keira di benaknya. Ia mengingat setiap detik saat pandangan mereka bertemu. Ia juga mengingat tingkah lucu Keira saat tersipu malu di atas panggung. Reyhan merasa aneh sekaligus tertarik dengan semua tentang Keira.
'Keira, siapa kau? Aku merasa kau sangat familiar bagiku.'
Remaja itu terus berpikir keras. Bertanya pada dirinya sendiri, yang juga sedang mencari jawaban. Keira yang familiar dan baru dilihatnya pertama kali, mampu membuat Reyhan ingin mengetahui siapa gadis itu sebenarnya?
Ceklek!
"Reyhan, belum tidur? Besok udah sekolah sayang. Awas telat loh." Santi meletakkan segelas air putih di atas nakas dalam kamar Reyhan.
"Eh, iya, Ma. Ini udah mau tidur." Reyhan segera menutup pintu kaca pembatas kamar dengan area balkon. Tak lupa juga menutup tirainya hingga rapat.
"Ya sudah, good night, Sayang." Santi tersenyum ke arah Reyhan, seraya menutup pintu kamarnya.
"Good night too, Ma." Reyhan merebahkan tubuhnya. Memejamkan kelopak matanya, hingga rasa kantuk datang dan membuat ia terlelap dengan sendirinya.
'Keira ... akankah kita bertemu lagi?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Isnanto Fajar Nugroho
👍
2021-10-19
0
Rina Aina
☺
2021-07-18
0
👑Meylani Putri Putti
menduga duga ya
2021-06-27
0