Aku baru saja berhenti didepan sebuah rumah mewah dikawasan yang cukup jauh dari rumah Firsa. Kubutuhkan waktu hampir 1 jam ditengah keramaian jalan raya untuk mencapai tempat tersebut.
"Cari siapa?"
teguran sekuriti rumah tersebut mengagetkanku. Aku segera turun dari sepeda motor.
"Betul rumahnya Bu Inna?"
tanyaku sopan.
"Betul. Sudah ada janji?"
tanya pak sekuriti melakukan aturan protokoler pengamanan.
"Sudah pak."
Jawabku.
"Baiklah, silahkan masukkan motornya. Maaf namanya siapa?"
sekuriti memberikan jalan dengan sedikit melebarkan gerbang.
"Saya Lucky,"
balasku. Sejenak sekuriti berlalu ke pos penjagaan, menelepon seseorang, kemudian manggut-manggut sambil melirik ke arahku.
"Silahkan masuk dan tunggu di ruang tamu!"
aku mengiyakan dan berjalan ke ruang tamu. Beberapa sekuriti lain sempat kusapa.
"Hmmm... banyak juga yang jaga. Sepertinya yang punya rumah ini adalah pejabat atau orang penting. Waseeekk...Lucky Sikat makin dikenal berbagai kalangan."
Gumamku dalam hati.
"Halo Pak Lucky ya?. Perkenalkan, saya Inna. Sujinnah lengkapnya."
Kujabat tangan wanita tersebut. Umurnya belum terlalu tua. Masih sekitar 30 tahun-an. Yang lucu itu namanya..wkwkwk. Sujinnah aja pakai panggilan keren, Inna. Ndeso ya ndeso aja, ga perlu permak nama biar bau kota, hahaha. Apa ga sekalian di bikin keren ala korea aja?, Sujinnah jadi SoJing-Nao atau Sun-Jao-Ne. Halah jadi ngelantur.
Wanita ini bisa dibilang cukup cantik dan seksi. Meski ia sudah nampak bersuami khas wajah ala-ala IMUD (Ibu Muda hehe), namun penampilannya masih terlihat seperti gadis muda. Malam itu ia memakai celana jeans ketat dipadu dengan kaos putih bergambar tweety dibagian samping perutnya. Gunung Tangkuban Parahu nampak menonjol padat dibalik kaos yang ia kenakan. Pinggulnya membulat indah terekspos oleh ketatnya jeans. Jujur, aku sebagai pria normal spontan menelan ludah. Mungkin Inna dan suaminya adalah pasangan muda yang baru menikah. Tubuh Inna masih sangat sekal dan jauh dari kata kendor. Fix, dia absolutely semlohe.
...Ilustrasi Sujinnah (Inna)...
"Suamiku masih di luar negeri, mungkin beberapa hari lagi baru pulang. Jadi mengenai kasusnya akan saya paparkan sendiri,"
ucap Inna ramah. Wajahnya itu lho...bikin gumush akut.
"Woy curut, inget Firsa!"
tegur Author padaku. Haha.
"Ampun Pakdhe Author, jangan eliminasi saya,"
batinku menjawab Author.
"Eh bentar. Mau minum apa?. Biar saya siapkan dulu,"
tawar Inna.
"Minum itu yang memadat di depan kamu aja!!"
bisikku dalam hati, ada yang memadat tapi bukan arus lalu lintas. Tapi tentu tidak semurahan itu dong Lucky Sikat.
"Apa aja, Bu,"
balasku.
"Kok Bu sih...umur kita ga beda jauh deh kayaknya. Panggil Mbak aja!"
ungkap si seksi Inna dengan tatapan sensual. Woooh..diluar tugas ngono wes tak caplok sampean mbak (kalau diluar tugas, sudah aku embat kamu).
"Eh iya mbak Inna.."
ucapku sedikit tergagap, tersilaukan keindahan seorang Inna. Hmm sejenak jadi lupa dengan Firsa deh.
"Ya sudah, tunggu, aku buatin yah!"
itu si Inna, ngomong kayak gitu, sambil jalan ke dalam, eh sambil belai pipi aku. Sudah gitu, bemper-nya pas jalan...bujubuneng, Ada yang bergoyang ritmik tapi bukan joget musik disko. Ini klien atau alien sih yak??! Ampuuun DJ.
"Eh sori nunggu lama. Ini silahkan diminum. Cuma sari jeruk dingin. Saya tinggal sebentar ganti baju, keringat lengket, ga enak banget,"
lagi dan lagi dia pergi ke dalam menyisakan suguhan goyangan yang bikin si Pablo demam tinggi. Puyeng pala Pablo kalau diginiin terus.
Hmmm segarnya es memberikan efek nikmat menghapus dahaga setelah sejenak kerongkongan mendadak kering akibat gelora yang terkungkung. Urusan kerjaan kok jadi melenceng gini.
Kulirik jam di lengan. Hmmm hampir jam 9 malam. Berbagai kejadian sejak pagi tadi sungguh sangat melelahkanku. Ngantuk banget euy. Capek seharian. Ini Mahmud (mamah muda heheh) lama banget ganti bajunya. Woy...ngantuk sist.
"Aduh sori malah bikin lama. Suami abis telepon,"
waduw..ini si Mahmud malah ada-ada saja. Ganti baju kok sekarang pakai daster tipis rada terawang gitu. Maksudnya apaah coba??. Mau ajak adu panco? Helehh.
"Gapapa Bu, eh Tante, eh Mbak. Ups sori, bisa numpang ke toilet sebentar?"
aku meminta ijin untuk pergi ke kamar mandi. Pengen pepsi gara-gara kebanyakan es.
"Ooh iya dibelakang, diujung lorong sebelah kanan yah. Silahkan!"
jawab si Mbak Mahmud.
Tanpa menunggu lama, aku segera berdiri. Tapi begitu aku berdiri, haduh ndasku nggliyeng (kepalaku pening). Wah kurang makan nih aku. Sebentar aku duduk dan mengambil napas. Kucoba berdiri lagi dan melangkah...lho lampu mati? Kok gelap gini...
Blukk..
Aku terjatuh,
Aku terjatuh dipelukanmu.
Aing setengah pingsan sepertinya.
***
Aku terbangun saat merasakan dingin menusuk kulitku. Kukerjapkan mata beberapa kali untuk beradapasi dengan pencahayaan ruangan. Aku tengah terbaring di sebuah ranjang.
Jangkrik!!. Aku kaget sekaget-kagetnya. Inna terlihat tengah asyik membelai wajahku. Aduh puyeng pala bodyguard :(
"Mbak..mbakk!!"
hanya itu yang bisa terucap dari bibirku. Tenggorokanku benar-benar tercekat.
"Lho sudah sadar. Tadi kamu tiba-tiba pingsan. Jadi aku minta sekuriti angkat tubuhmu ke kasur. Biar bisa segera pulih,"
ucap Inna sejenak menghentikan aktifitasnya.
"Ta..tappi!!"
aku masih terbata. Aku terkejut setengah mati.
"Stt..sudah kita nikmati saja. Anggap saja ini DP sebelum mulai tangani kasus. Jadi, santai saja!!"
Inna menenangkanku dan melanjutkan lagi aksinya.
Aku yang terlanjur nge-fly, tak mampu lagi berpikir untuk berhenti.
...Ilustrasi Sujinnah (Inna)...
"Mbak, sampean (kamu) cantik banget,"
ucapku mulai hanyut dalam lautan semu.
"Sun dong. Boleh??"
kerling mata Inna.
"Sini."
Jawabku.
Detik, menit berlalu begitu saja mengiringi hasrat yang ada. Tak dapat dihindarkan lagi akhirnya kami melakukan juga tahap intercourse.
Ada yang aneh dalam diriku. Hasrat ini begitu menggebu. Aliran darah terasa begitu lancar dan deras. Sepertinya Inna telah mencampurkan sesuatu ke dalam minuman tadi. Ini aku tapi seperti bukan aku. Beberapa kali lipat lebih menggelora daripada Lucky yang biasanya.
Pikiran jernih dan hasrat kotor seperti sedang beradu kanuragan. Saling mengalahkan untuk memenangkan posisi. Aku jadi terkatung-katung di tengah samudra kebimbangan. Maju kena, mundur kena kalau kata trio warkop DKI.
"As**...!!!"
umpatku dalam hati yang telah menuruti bisikan iblis untuk menuruti wanita yang baru saja kukenal. Betapa bodohnya aku. Rasa sesal menyelimuti jiwaku.
Kutoleh Inna disamping. Ia tersenyum lembut. Uhh..hatiku menjadi luluh. Bukan aku mengkhianati cinta Firsa, namun sosok wanita dewasa seperti Inna memang kuperlukan untuk bermanja-manja. Sejak kecil aku haus kasih sayang wanita dewasa. Nek Lastri lebih memenuhi sisi kebutuhan sebagai bapak, bukan peluk kasih seorang ibu. Sejenak mataku berkaca-kaca menatap sosok cantik khas keibuan di sampingku. Ooh tidak...apakah aku mulai menyayangi wanita ini??. Tidak, aku tidak boleh begini. Ini salah. Aku harus segera sadar dari kebodohan yang melenakan ini.
"Kak Lucky...kak,"
Oh bahkan kini ia memanggilku 'kak', bukan 'pak' lagi.
"Aku ingin sampaikan tujuanku mengundangmu kesini,"
ucap Inna menatapku dalam.
"Iy..iyya gimana mbak??"
balasku dengan suara gemetar.
"Aku tahu dari seorang informan, kamu sedang menangani kasusnya Bimo. Aku hanya meminta, tolong jadilah pengawal pribadiku. Hanya menjaga aku kemanapun aku pergi. Selain imbalan uang, kamu bebas menjadi kekasihku. Tapi tolong kamu fokus jaga aku dan tidak usah membantu Bimo lagi!!"
aku tersentak mendengar permintaan Inna. Keningku mengernyit. Ini sangat sulit kucerna, dan sulit pula kuputuskan.
"Aku harus konsisten mbak, ga bisa pergi begitu saja,"
sanggahku.
"Apaaa??? kamu berani menolak aku setelah kamu melakukan tindak bejat tadi?!. Kurang ajar."
Inna tiba-tiba naik pitam, wajahnya memerah marah.
"Aku harus profesional,"
lanjutku bersikeras.
"Ok. Aku beri kamu pilihan sekarang. Menerima permintaanku atau aku akan berteriak bahwa kamu telah memperkosa aku??, biar sekalian sekuriti dan tetangga berdatangan!"
Inna menyalak ganas. Jantungku berdetak kencang. Berkali-kali ku kutuk diriku yang sudah hanyut dalam bujuk rayu Inna.
"Ehh tunggu dulu. Itu akan sangat mencoreng namaku mbak. Ehmm...oke, baiklah...aku akan berhenti membantu Bimo, tapi maaf untuk saat ini aku belum bisa menjaga kamu. Pikiranku sedang kacau!!"
baru kali ini seorang Lucky Sikat memohon iba. Betapa tercoreng mukaku. Namun akan lebih tercoreng lagi jika semua orang tahu kejadian ini.
"Nah gitu dong sayaaang. Ga papa jagain aku nya tunda dulu nunggu kamu siap. Yang penting kamu bisa fokus dan tidak terganggu pikiran ke Bimo lagi,"
Inna tersenyum menang. Aku tersenyum kecut.
kecupan hangat Inna hinggap di bibirku. Aku masih tertegun, terdiam, dan menyesal.
Menuju bab berikutnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Mogi
Tetap semangat thor. Tiap karya pasti ada penggemarnya😍😍💪💪💪👍
2021-10-09
1
husein al-idrus
novel gak ada kualitas ya gini
2021-10-08
1