[POV WRITER]
Flashback on
"Pa, kamu yakin mau pulang kampung dan memperkenalkan aku sebagai istrimu?"
desau Lily tak tenang. Ada sirat keraguan dari wajahnya.
"Ma. Cepat atau lambat mereka akan tahu. Untuk apa aku menyembunyikan statusku. Kita ini pasangan resmi. Beda cerita kalau kita ini kumpul kebo, atau kumpul kambing hehe.."
canda Mansario atau biasa dipanggil Rio yang berusaha meredakan kegundahan istrinya.
"Tapi...apa Mama dan keluarga disana bisa menerima kehadiranku?, Kamu juga tahu bahwa adat kalian adalah menikah dengan sesama suku. Bukan lintas operator sepertiku,"
Lily yang memanyunkan bibir karena cemberut malah semakin membuat Rio gemas.
"Itu mungkin berlaku jika akan menikah. Kami akan memilih calon yang mempunyai suku sama. Tapi lain cerita jika sudah terlanjur mlendung eh terlanjur nikah. Lagian itu kan adat kuno sayang. Sekarang sudah era gombalilasi. Siapa yang rajin ngegombal, meski dari suku manapun dia, maka dia yang menang,"
dasar Rio, awalnya seperti serius menanggapi. Namun ujung-ujungnya tetap saja mbanyol.
"Ish..apaan sih bawa-bawa gombal segala. Noh gombal buat ngepel dibelakang,"
rajuk Lily semakin manyun imut.
Rio hanya tertawa gemas melihat keimutan istrinya yang sudah pada level bikin kecanduan. Gara-gara imut yang kebangetan itulah Rio terkiwir-kiwir pada Lily.
"Sudahlah sayang. Takut sebelum terjadi adalah penyakit yang bakal merusak hati dan pikiran. Khawatir pada hal yang belum pasti itu tak ubahnya seperti menyerah sebelum menghadapi kenyataan. Kenyataan itu dinamis sayang. Tak ada jaminan bahwa kenyataan nanti akan selalu buruk. Kamu terlalu banyak nonton sinetron Cinta Fitri kayaknya deh ah.."
nasehat Rio untuk sang imut. Memang terkadang manusia dibuat bimbang oleh alam pikirnya sendiri. Mengasumsikan sesuatu kejadian yang bakal terjadi berdasarkan keresahan dan keraguan. Alangkah baiknya jika kita membiasakan diri untuk menghadapi apapun dengan legowo. Takut belum tentu berujung pahit. Karena yang jelas pahit itu adalah kalau kita habis korek kuping lalu lupa dijilat. Ahaii itu rasanya selangit.
"Tapi..."
Lily menggantung ucapannya.
"Tapi apa, Ma?"
kejar Rio keppo.
"Tapi aku pernah jilat cuttonbud, Pa!"
tandas Lily sambil mercing-mercing syahdu.
"Haistt..."
Rio hanya bisa menepuk jidat.
"Bukan itu, Pa. Tapi Kiki kita tinggal saja ya. Jangan diajak dulu kesana.."
lirih Lily memohon. Hahaha Author jadi pingin ketawa. Ternyata nama panggilan kecil Lucky adalah Kiki. Hahaha memprihatinkan!.
"Why?. I don't know dengan your maksud, Ma!"
asli, Rio ini ternyata tipe suka ngocol dan humoris ya. Dibalik ketegasannya dalam memimpin rumah tangga dan bekerja, ada nuansa konyol didalam dirinya. Ojo sok keminggris kamu Rio. It's not lucu.
"Adoooh!! ampun Maa. Stop stopp..sakitt"
Cubitan keras Lily mendarat tepat di lempeng perut Rio akibat kekonyolannya. Rio berteriak histeris. Sudah dapat dipastikan nanti bekas membiru akan tercetak jelas diperutnya.
"Seriusan dikit napa!!"
bentak Lily. Bola matanya membulat, kelopaknya melebar. Namun Rio tidak takut. Justru semakin Lily galak akan semakin terlihat imut dimata Rio. Cinta itu emang aneh ya pembaca. Hmm...
"Udah capek-capek ngomong malah diledekin. ngece sampean yo (kamu menghina)?"
emosi Lily meluap. Jengkel juga dia diperlakukan sebagai bahan candaan.
"Iyo iyo.. maksud kamu gimana tadi?"
ucap Rio demi menyudahi siksaan cubitan maut yang begitu terasa sakit.
"Kita itu belum tahu bagaimana respon keluarga disana. Kalau Kiki ikut dan ternyata mereka membenci kami yowes alamat aku sama Kiki bakal mbambung turut dalan (jadi gelandangan di jalan). Dan lagi ya Pa, bisa jadi mereka mengusir aku tapi merebut Kiki karena dia darah dagingmu. Aku bisa gila, Pa!"
kalut Lily kembali terjebak dalam kerumitan pola pikir yang ia buat sendiri.
"Hadoh Mama, cintaku, pujaan hatiku, imutku, rinduku, sayangkuu...fix kamu sudah keracunan sinetron dan drakor yang sering kamu tonton. Mikir apaan sih ah!"
tampik Rio tak suka dengan parno yang diusung istrinya.
"Bodo. Pokoknya aku ga mau kalau Kiki ikut. Next dikunjungan berikutnya bolehlah ikut, setelah aku tahu bagaimana rrspon mereka nanti disana."
Ngeyel wes. Emak-emak mode on.
"Iyoh wes sakarepmu!"
kesal juga Rio akhirnya. Jiwa konyol tingkat nasionalnya kini kalah juga menghadapi kebawelan sang istri.
Beberapa hari kemudian Lily dan Rio sudah duduk manis berdampingan di bangku pesawat. Mereka tampak mesra berdampingan laksana dua insan yang duduk di pelaminan.
"Jangan lama-lama Pa disana. Kasihan Kiki sendirian sama Ibu dirumah!"
wanti-wanti Lily tatkala pesawat yang mereka tumpangi mulai tinggal landas.
"Iyaa bebebkuh.. apa sih yang engga buat kamuh,"
seloroh Rio yang disusul cubitan mesra Lily dibahu Rio.
Perjalanan udara akan menempuh waktu sekitar 2 jam. Waktu yang cukup lama bagi penumpang yang alergi ketinggian. Pun juga Lily, baru 10 menit pesawat mengudara namun ia sudah mulai merasa mual. Rio lagi-lagi hanya mampu menepuk jidat melihat perubahan drastis yang sering terjadi pada diri istrinya.
Namun bukan Rio namanya jika merbiarkan begitu saja sang pujaan hati. Dia mulai aktif memijit pundak, tengkuk, dan kening istrinya. Suami siaga diperlukan dalam kondisi seperti ini. Semerbak minyak kayu putih segera tercium tatkala Rio mengoleskan ke perut Lily. It's bener-bener so sweet gitu loh (halah Authornya juga keminggris ternyata).
"Pa, perasaanku kok tiba-tiba ga enak gini ya.."
lirih Lily sambil menahan rasa mabuk udara yang lambat laun mulai surut.
"Itu karena kamu lagi mabuk sayang. Perasaan jadi kacau. Udah yuk sini tidur aja,"
Rio menarik tubuh istrinya ke dalam pelukan.
Baru sejenak Lily terlelap, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara ledakan di sisi kanan pesawat. Disusul kemudian adanya pemberitahuan dari tim pramugari tentang kondisi kritis. Ada bagian pesawat yang rusak dan tidak berfungsi dengan seharusnya. Pendaratan darurat harus dilakukan.
Para penumpang berteriak panik. Begitu juga Lily. Rio nampak sibuk membisikkan doa ditelinga istrinya.
"Tenanglah, Ma. Lebih baik kamu berdoa daripada berteriak-teriak seperti itu. Ayo cepet Ma. Pasrahkan diri Pada-Nya. Bismillah, Allahuakbar!!"
Linangan airmata mengiringi doa kedua insan yang berpelukan erat. pramugari sibuk menginstruksikan pemakaian alat keselamatan. pesawat semakin menukik tajam bersiap menghujam bumi.
hiruk pikuk dan teriakan panik menyayat hati dari seluruh penumpang menghantarkan mereka menyongsong kenyataan masa depan.
Tak ada lagi daya upaya yang bisa dilakukan. kepasrahan Pada Sang Maha Penolong adalah sandaran yang utama.
"Selamat tinggal, Kiki. Jaga diri kamu baik-baik!!"
bisik Lily menghibakan.
Bila waktu tlah memanggil
Teman sejati hanyalah amal
Bila waktu tlah terhenti
Teman sejati tinggalah sepi
--lirik : bila waktu tlah berakhir (Opick)
Flashback off
Menuju bab berikutnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments