Buscando Identidad (Novel Gagal)
BUKK !?#&@×\=)#!!
"Sudah aku bilang, JAUHI FIRSA!!!"
pukulan tanganku yang ke 4 kalinya baru saja mendarat kuat di perut seorang laki-laki. Badannya membungkuk menahan sakit, kedua lengannya menyatu erat di depan perut sebagai refleks spontan.
"K..kk..kamu si..siapa?"
tanya si laki-laki gemetar. Keningnya mengkerut masih menahan sakit. Bibirnya membasah oleh liur dan cairan perut akibat pukulan di perutnya.
"Tak perlu tahu!"
"Yang jelas, FIRSA dalam penjagaanku."
"Kamu sekali-kali jangan mencoba untuk menggodanya lagi..."
"PAHAMM!!"
sekali lagi aku menekankan kalimatku. Ia hanya meringis. Wajahnya menghiba.
"Siapa nama kamu?"
aku bertanya dan menggeram. Wajahku menunjukkan ekspresi kaku. Namun ia tak akan bisa melihatnya karena topeng yang aku kenakan. Sebuah topeng perak menutup bagian depan wajah yang hanya menyisakan dua lubang mata, dua lubang hidung. Hanya bagian mulut yang terbuka bebas.
"Prim..."
"Siapaaa??!"
"Pri..Prim,"
"Oh Primata?!"
"Ok Primata!!. Masih ingat ucapanku diawal??!"
mataku membeliak garang.
"Prim..Prima bang,"
ia mencoba meluruskan.
"Jangan mengaturku, bangsat!!. Terserah aku!"
aku membentak, meski sebenarnya ingin tersenyum karena salah menyimpulkan nama akibat derasnya adrenalin yang memancar.
"...."
Laki-laki tersebut hanya diam, sedikit mengangguk, kemudian menenggelamkan wajahnya menatap lantai basement tanpa berani memandangku lagi.
"Aku ulangi..."
"JANGAN GANGGU FIRSA LAGI!!!. OK?!"
"Bb..baik bang. Maaf,"
"Aku pegang ucapanmu bro. Sekali lagi aku lihat kamu mengulangi, tak segan-segan kubuat kondisimu lebih parah daripada hari ini. Ngertii??!!"
"Iy..iyya bang."
"Ok sini. Aku minta kontakmu, yang ada whatsapp-nya, Bro. Aku perlu memantau!!"
Setelah kusalin pada handphone sekaligus melakukan panggilan ke nomer kontak makhluk primata tersebut, segera aku usir dia. Bergegas aku melangkah mendekati satu mobil yang parkir tak jauh dari tempatku menghajar Prima.
"Beres Firsa. Aku balik dulu. Kamu hati-hati dijalan!!"
"Makasih mas...mas,"
"Lucky... Lucky Sikat."
"Ohiya, Makasih mas Lucky!!"
"Sisa pembayaran silahkan diambil besok. Aku sedang tidak bawa tunai terlalu banyak hari ini!"
ucap seorang wanita muda bernama Firsa. Aku tak menoleh lagi, terus berjalan dan menghilang dibalik pilar parkiran basement salah satu mall.
Perjalanan baru saja dimulai,
Layar terkembang menjuntai.
Jalanku penuh liku,
Deras adrenalin menyatu,
Kisah haru biru,
Cerita aksi dan romansa memukau.
Aku 'Lucky Sikat',
Sejenak akan hadir mengisi harimu.
Siapa aku?
Aku sendiri tak tahu siapa aku. Atau tepatnya, aku adalah seseorang yang tak terlalu tahu tentang masa laluku.
Namaku Lucky. Lengkapnya Lucky Mansario. Nama belakangku diambil dari nama ayahku, Mansario Hadie. Tapi lebih sering dipanggil sebagai Lucky Sikat tanpa imbuhan 'Mansario' agar lebih mudah saja dalam penyebutan dan mudah pula diingat.
Sepertinya demikian. Dan aku tidak yakin pada penjelasanku sendiri. Yang aku ingat, samar-samar wajah orangtuaku tertinggal dibenak meski tak terlalu jelas, lalu mereka meninggalkanku saat aku bahkan belum menginjak Taman Kanak-kanak. Setelahnya aku hanya tinggal bersama nenek Lastri, Ibu dari mamaku, tanpa ada sanak saudara lagi hingga aku sebesar ini sekarang.
Nenek Lastri punya usaha pabrik tempe di samping rumah. Meski tidak berskala besar, tapi produksinya sudah mampu menghidupi 10 karyawan yang ikut nenek sudah belasan tahun, bahkan ada yang 20 tahun lebih mengabdi. Sejak bujang hingga sekarang beranak pinak, mereka tetap setia bekerja pada Nenekku yang ramah, sabar, penyayang, namun punya kedisiplinan tinggi.
Mamaku katanya adalah anak tunggal. Sedangkan Kakekku sudah meninggal satu tahun sejak aku lahir. Maka bisa dibilang, akulah satu-satunya keturunan dan keluarga nenek yang tersisa.
Kemudian Papaku. Papaku adalah orang perantauan. Asli Papa katanya adalah dari luar pulau dan tak jelas juntrungan keluarganya. Papa merantau ke pulau jawa dan kemudian berhasil meraih karir cukup gemilang di sebuah perusahaan dimana mamaku juga bekerja disana. Mereka berkenalan di kantor, saling cinta, menikah, dan lahirlah aku.
Umurku 25 tahun. Berbekal ijasah terakhir SMA aku mengadu nasib di kota besar. Tinggal disebuah kosan ditemani sebuah kipas angin duduk yang kubawa dari rumah nenek. Nenek tinggal di sebuah kota kecil, sekitar 3 jam dari kota besar tempatku mengais rizki. Di kota besar itu pula dulu papa dan mama bekerja.
Aku memang sengaja tak membantu pabrik nenek di kota asalku. Alasannya sepele, aku ingin merantau dan berjuang seperti papa. Tak mau berpangku tangan mengandalkan hasil bisnis keluarga. Mungkin darah kegigihan papa mengalir terlalu banyak dalam tubuhku dan mempengaruhi karakterku. Ahh, whatever-lah, yang pasti aku benci telah dicampakkan seperti ini oleh Papa Mama ku.
Nenek hanya menjawab 'mereka pergi' setiap aku bertanya dimana papa dan mama berada, hingga lama-lama aku bosan untuk bertanya dan memilih menjalani hidup dengan apa yang ada sekarang.
~|_~
Di kota besar ini aku hidup sendiri. Mengandalkan gaji dari pekerjaan sebagai kurir ekpedisi untuk menopang hidupku satu bulan ke depan dan juga membayar sewa kos bulanan.
Gaji yang pas dan nge-pres hampir tak ada sisa untuk bisa aku kirim ke Nenek. Aku ingin sekali menyenangkan Nenek dan membanggakan Beliau, tapi penghasilanku belum mampu mencukupinya. Meski sebenarnya Nenek selalu wanti-wanti, tidak usah berpikir untuk mengirimnya uang. Hasil tempe sudah sangat jauh mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bulanan Nenek, atau bahkan masih sangat cukup untuk menghidupi dua puluh Lucky sekaligus.
Hingga pada suatu saat aku mampu mendapatkan celah untuk menggeliat lebih leluasa. Berbekal pengalaman nakalku selama remaja, ditambah kemampuan beladiri yang kupelajari sejak kecil dari kakek Kemis, membuatku cukup yakin untuk melangkah di pekerjaan baru tersebut. Kakek Kemis adalah tetangga sebelah rumah nenek Lastri yang sudah seperti keluarga bagi kami. Beliau adalah pelatih pencak silat pada era-nya. Tinggal di kota kecil dan beternak kambing menjadi pilihannya agar bisa hidup tenang di usia senja.
Pekerjaanku ini lain daripada yang lain. Meski bekerja sebagai kurir tetap reguler ku jalani, namun di waktu tertentu aku melayani job pesanan. Pesanan apa??
Pesanan untuk melakukan job terselubung. Aku membuka jasa untuk pengawalan/bodyguard, pembebasan, pengintaian, dan sejenisnya. Mudahnya, aku menawarkan diri sebagai polisi swasta yang bisa disewa untuk membantu urusan tertentu. Hahaha..bisa juga disebut seperti batman gadungan, superhero amatir ala nusantara.
Namun tidak semua job lantas aku terima. Aku tetap menolak jika job yang ditawarkan bertentangan dengan nuraniku. Aku tidak akan bersedia jika ditugaskan untuk menculik, membunuh, atau tindakan keji lainnya.
Dalam setiap tugas, aku selalu menggunakan topeng perak sebagai pelindung identitas. Nama dagangku untuk pekerjaan ini adalah Lucky. Kata 'Sikat' diberikan oleh para klienku yang merasa puas dengan aksi 'Sikat' ku. Lambat laun kata 'Sikat' menjadi embel-embel yang secara tak langsung menempel di belakang Lucky.
Berawal sulit karena perlu membangun kepercayaan, lama-lama pundi-pundi rupiah seperti berdatangan tiada henti seiring semakin dikenalnya aku secara lebih luas. Aku cukup tersenyum senang melihat tabunganku kian menumpuk. Terbayang wajah teduh nek Lastri yang akan gembira melihatku berhasil dalam perjuangan.
Aku menamai pekerjaan ini sebagai Agen BID, atau kepanjangan dari Agen BUSCANDO IDENTIDAD. Sebuah nama keagenan yang kugubah sendiri dengan satu alasan jenaka, agar terkesan keren. Adapun makna sebenarnya dari dua kata tersebut cukup jauh dari kata keren, bahkan bisa dikatakan tidak nyambung dengan inti dari pekerjaan itu sendiri.
Mari kita simak perjalanan dan sepak terjang Lucky Sikat pada Bab-bab berikutnya. Cerita ini diwarnai dengan suasana penuh aksi, mendebarkan, romansa, humor ringan, dan beberapa bumbu penyedap lainnya. Semoga pembaca terhibur dan dapat menikmati hingga Bab terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Alana です。
Kisah Sang Tukang Pukul :") jarang ada yang ambil ide beginian, nih! Semangat nulisnya!
2021-04-24
2