Ica pun tengah menikmati sarapannya dengan mama dan papa serta adiknya di meja makan bundar.
"Ica." Panggil papa Fano.
"Iya pah."
"Udah mikir mau ngelanjutin kuliah dimana?"
Ica menggeleng,ia merasa otaknya tidak sanggup untuk melanjutkan kuliah.
"Kalau memang gak mau melanjutkan kuliah,mending kamu papa nikahin sama anak temen papa. Daripada hidup mu gak jelas."
"Papah.." mama Nivi tidak terima kalau suaminya menjodoh-jodohkan anaknya.
"Kan Ica minta waktu setahun pah buat mikir,lah ini baru juga sebulan."
"Apa bedanya sebulan dengan setahun,kalau ujung-ujungnya sama."
Ica menghela nafasnya. Malang sekali nasib nya,karena memiliki otak yang tidak sepintar adiknya,membuat sang papa seperti meremehkan dirinya.
Ica memang lemah di bagian akademik,tapi dia memiliki bakat di bidang seni. Sebenarnya Ica pernah mengutarakan keinginannya melanjutkan sekolah di sekolah melukis,tapi papa Fano dengan tegas menolak keinginan Ica. Menurut papa Fano,melukis tidak bisa menjamin masa depan.
"Ica janji,setelah satu tahun kalau Ica belum bisa nentuin jurusan yang akan Ica ambil,Ica akan ambil jurusan sesuai yang papa mau." Jawab Ica pasrah.
"Gak usah,kamu gak usah kuliah. Mending kamu langsung nikah aja nanti. Di kuliahin pun akan percuma,kalau ujung-ujungnya ijazah yang kamu dapetin cuma di taro di dalam lemari."
"Pah..kok ngomongnya gitu sih,bukan nya nyemangatin anaknya,malah makin bikin down. Orangtua macam apa sih kamu itu!!" Mama Nivi tidak terima anak sulungnya direndahkan seperti itu.
Apalagi yang merendahkan papa nya sendiri.
"Loh..papa kan ngomong apa adanya mah. Coba otak Ica seperti otak Nita,mana mungkin papa ngomong kayak gini. Lagian papa ngomong gini kan untuk masa depan Ica juga."
"PAPAH STOP!!!" mama Nivi sudah sangat emosi,karena suaminya tidak sadar juga kalau ucapannya itu membuat hati Ica terluka.
Melihat suasana semakin memanas,Ica memilih menyudahi sarapannya. Padahal makanan yang dipiringnya masih banyak.
"Ica ke kamar dulu pah,mah. Permisi." Pamit Ica berlalu dari hadapan orangtuanya.
Melihat kakaknya pergi Nita tau pasti kakaknya itu sangat sakit hati dengan ucapan papa nya.
Nita juga pamit dari meja makan. Dia ingin berangkat sekolah, dia berjalan ke arah kamarnya untuk mengambil tasnya. Saat tiba didepan pintu kamarnya,dia menoleh ke arah pintu kamar kakaknya.
Dia pun berjalan menuju kamar sang kakak.
Tok tok tok. Nita mengetuk pintu kamar Ica.
"Kak Ica,,Nita masuk yah.."
Ceklek. Tanpa menunggu jawaban sang kakak Nita membuka pintu kamar Ica.
Pemandangan pertama yang Nita lihat setelah masuk ke dalam kamar Ica adalah Ica yang sedang menelungkupkan tubuhnya di atas ranjangnya dengan posisi kepala dibawah bantal.
Nita mendekati Ica,dan duduk disamping ranjang.
"Kak Ica." Nita mengusap punggung Ica.
Ica yang merasakan sentuhan di punggungnya,langsung mengubah posisi nya menjadi duduk dan kini menghadap Nita.
Ica mengusap air mata yang membasahi wajahnya.
"Jangan sedih yah kak gara-gara omongan papa. Kakak itu kakak yang hebat buat Nita. Kakak juga anak yang hebat,papa aja yang belum nyadar akan kehebatan kakak." Nita berusaha menghibur dan memberikan kekuatan untuk Ica.
"Makasih yah Nit,kamu juga adek yang hebat buat kakak." Ica pun memeluk adiknya itu.
Sebentar ia memeluk adiknya itu lalu melepaskan pelukannya.
"Kamu berangkat sekolah sana,nanti terlambat."
Nita pun mengangguk dan beranjak keluar dari kamar sang kakak.
⭐⭐⭐⭐⭐
Jam makan siang sudah hampir tiba,Yordan memperhatikan hp nya yang sedari tadi tidak ada notifikasi pesan ataupun panggilan masuk. Entah siapa yang ia harapkan untuk menghubunginya.
"Hemh...tumben dia gak ganggu gue??!" Gumam Yordan.
Baru saja Yordan memikirkan orang ini,tiba-tiba hp nya berbunyi ada nama orang itu tampil di layar hp nya.
"Ica.." kata Yordan menyebut nama si penelpon.
"Halo.."
"Kak..aku main lagi yah ke kantor kakak. Boleh? Aku bosen nih dirumah." Tanpa basa-basi Ica mengatakan tujuannya menelpon Yordan.
Entah kenapa hati Yordan merasa senang saat mendengar suara Ica yang sangat berisik. Seperti moodbooster tersendiri untuknya.
"Kalau aku bilang gak boleh,kamu bakalan tetep datang kan?" Yordan malah balik bertanya pada Ica.
"Hehehe..kakak tau aja.Ya udah aku naik ke atas yah."
Sontak Yordan bangkit dari duduknya mengetahui ternyata Ica sudah ada dibawah.
Yordan langsung mengakhiri panggilan Ica.
"Wah bener-bener itu anak,ada aja kelakuannya yang bikin gue olahraga jantung." Yordan kembali terduduk lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Lilisdayanti
kasian ica,,ti hati deh kamu ca,, nanati kamu malah tambah di hina papamu lagi 😥
2023-11-28
0
Eny Aprelia
bucin bgt cha
2022-06-25
1
gia gigin
kasihan ica
2022-01-22
0