Sarapan bubur

Malam berganti pagi dan Disa harus bersiap untuk berangkat ke rumah tuan mudanya. Hanya beberapa jam ia tidur ayam sebelum akhirnya benar-benar tidak tertidur. Ponsel dan ponsel lah yang selalu ia genggam bahkan saat ia tertidur.

Seperti biasa usai mandi dan solat subuh, ia mulai merapikan kamarnya, memakai baju seragam dan mengepang rambutnya sebelum ia sanggul rendah dengan jepitan rambut. Ia pun menyiapkan beberapa barang yang harus ia bawa ke rumah tuan mudanya dan dimasukkan ke dalam tote bag.

Perjalanan mengikis jarak kali ini sengaja di buat santai. Otaknya masih ingin melamun, memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Bagaimana kalau tuan mudanya mencegatnya dan mengomelinya? Lalu ia di pecat karena membuat majikannya marah.

Arrghhh penyakit overthinking ini memang selalu menyiksa, membuatnya tersiksa dengan dugaan yang belum tentu terjadi.

Segera Disa menggelengkan kepala mengusir pikiran itu. “Semua akan baik-baik saja disa.” gumamnya, menyemangati dirinya sendiri.

“Pagi mba disa,..” sapa Pak Rahmat, partner ganti shift jaga pak Wahyu. 2 orang inilah yang menjaga rumah tuan muda secara bergantian.

“Pagi pak,...” Disa turun dari sepedanya dan menuntun rangka besi beroda itu mengikuti langkah kaki pak Rahmat.

“Silakan.” Pak Rahmat membukakan pintu gerbang seperti biasanya.

“Makasih pak.” Disa melenggang masuk dan memarkirkan sepedanya di tempat biasa.

Ia melepas sneaker-nya lalu menggantinya dengan sandal rumah. Saat pintu belakang terbuka dan berderet, rasa was-was semakin terasa. Ia memejamkan mata sejenak dan berdo’a kalau semua akan baik-baik saja.

Di tempat cuci piring ada sebuah piring dan gelas. Disa segera mengecek bawah tudung saji dan sepertinya tuan mudanya makan. Ia ingin melonjak kegirangan karena akhirnya masakannya dimakan oleh tuan mudanya.

Kembali perhatiannya teralih ke wastafel lebih tepatnya pada piring yang habis digunakan tuan mudanya. Ada potongan seledri dan bawang daun di tepi piringnya, sepertinya tuan mudanya tidak menyukai dua hal itu. Disa segera mencuci piring dan gelas dengan perasaan senang. Membayangkan masakannya di nikmati oleh tuan mudanya. Sebuah pencapaian yang patut di rayakan.

Lantai kembali ia sapu dan pel. Sofa dan bantalnya ia usap dengan kemoceng, memukulnya pelan untuk menyingkirkan debu yang menempel, sedikit terbatuk dan bersin karena debu itu cukup merangsang saraf di nasalnya. Ia segera membungkam mulutnya agar tidak membuat kegaduhan. Lantas melanjutkan pekerjaan untuk membersihkan semuanya tanpa ada debu yang tersisa.

Kejutan ia dapatkan di lantai 2 saat keranjang cucian itu terisi penuh. Ternyata tuan mudanya mulai menaruh cucian di dalam keranjang. Tidak berserakan seperti tempo hari dan lagi ini sebuah pencapaian untuk Disa.

Ia segera masuk ke dalam walk in closet dan menyiapkan pakaian yang akan di kenakan tuan mudanya. Memadu padankan stelan jas dengan kemeja, dasi bahkan belt dan jam tangan.

“Fiuh, semuanya sudah siap.” gumam Disa seraya memandangi stelan baju yang ia siapkan dan menggantungnya di hanger. Ia harus kembali ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Kali ini memasak apa? Kita lihat di buku menu.

*****

Melihat baju sudah tergantung rapi dan siap dikenakan membuat Kean merasa tenang sendiri. Kali ini pelayan itu menyiapkan stelan berwarna abu tua dengan kemeja biru metalik. Pemilihan warna yang tepat dan sangat fashionable.

Muncul rasa penasaran di benak Kean, bagaimana dengan lihainya pelayannya menyiapkan semua keperluannya. Pakaian yang selalu rapi dan wangi serta serasi, sepatu yang mengkilap dan tentu saja rumah yang selalu rapi. Jangan lupa, masakannya pun cukup enak.

Kean segera menyelesaikan persiapannya lalu bergegas pergi ke ruang bacanya. Ia menyalakan komputer dan melihat rekaman yang tersimpan dari CCTV rumahnya.

Tidak ada gambar yang tersimpan, sepertinya CCTV rumahnya masih rusak. Ia segera menghubungi Rahmat yang berjaga di pos depan melalui sambungan telpon rumahnya.

“Siap tuan muda! Ada yang bisa saya bantu?” suara Rahmat terdengar sigap.

“Hem! Kamu udah nyuruh orang untuk benerin CCTV rumah?” tanya Kean tanpa basa-basi.

“Em, belum tuan. Apakah ada barang yang hilang?” Rahmat balik bertanya.

“Tidak. Segera hubungi kinar untuk menyuruh orang memperbaiki CCTV rumah.” begitu titah Kean kemudian.

Rahmat hanya menyahuti Siap, sebelum menutup teleponnya.

Sepertinya belum saatnya ia melihat seperti apa sebenarnya sosok pelayan yang merapikan rumahnya tanpa suara. Mungkin yang ia pegang bukan sapu dan kain pel, melainkan tongkat sihir.

“Siska, buatkan saya pasta untuk makan malam dan nasi goreng untuk sarapan besok.” mengetik pesan dan mengirimnya pada nomor yang ia beri nama Pelayan.

“Selamat pagi tuan muda. Bagaimana istirahat anda semalam? Mohon maaf ini nomor saya disa.” begitu balasan yang ia terima.

"Baik, akan saya masakkan." pesan kedua di kirim berselang 1 menit dari pesan pertama.

Kean tersenyum simpul, ia baru tahu kalau nama pelayannya adalah Disa. Ia memang asal menyebut nama. Terlalu gengsi untuk bertanya siapa nama wanita tersebut.

“Berapa usia mu?” balasnya kemudian, langsung pada rasa penasaran berikutnya tanpa menjawab pertanyaan basa-basi itu.

“50 tahun tuan.” balas Disa.

Di tempatnya Disa masih memegangi setrikaan yang sedang ia gunakan. Matanya terbuka lebar saat melihat pesan yang ia kirim sendiri pada tuan mudanya.

“Astaga, kenapa aku ngetik 50? Harusnya kan 20...” dengusnya seraya mengucek matanya yang terasa rapat karena mengantuk.

Efek siksaan overthinking dan menunggu pesan balasan tuan mudanya membuat Disa nyaris tertidur saat bekerja. Atau mungkin jempolnya yang terlalu lebar hingga salah menekan keypad.

“Apa aku klarifikasi ya?” gumamnya yang sedang menimbang dan memutuskan. “Ah sudahlah, lagi pula apa salahnya dengan umur 50? Yang penting kan masih bisa bekerja dengan baik.” imbuhnya yang kembali memasukkan ponselnya ke saku roknya. Ia melanjutkan acara menyetrika baju pemilik rumah besar ini.

“Disa!” sebuah suara mengagetkan Disa yang fokus dengan pekerjaannya.

Adalah Tina yang berdiri di mulut pintu seraya menunjukkan keresek hitam di tangannya.

“Kenapa kak?” Mengubah panas setrikaannya lalu menaruhnya di tempat ia biasa menyimpannya.

“Bu kinar beliin kita bubur ayam. Ayo makan!” ajaknya dengan antusias.

Sebuah keajaiban ketika Kinar ingat membelikan bubur ayam untuk para bawahannya.

“Bentar, aku matiin dulu setrikaannya.” Mencabut kabel lalu merapikan baju yang belum seluruhnya rapi.

Tina menunggu dengan setia. Ia mengambil beberapa mangkuk untuk ia dan teman-temannya.

“Beli bubur dimana?” Disa membantu Tina menurunkan mangkuk dari dalam kitchen set dan menaruhnya di meja dapur.

“Tadi pas habis belanja bahan makanan. O iya, bu kinar juga nyuruh aku nemenin kamu belanja bulanan buat ngisi stok kebutuhan di rumah tuan muda.” menata bubur di dalam mangkuk.

“Kapan?”

“Besok setelah sopir baru dateng.” beranjak membawa mangkuk bubur ke halaman belakang dan Disa mengikutinya.

“Okey, berangkat dari sini kan?”

“Iya, kamu siapin aja catatannya.”

“Siap!”

“Nina, wita, rani, susi, endah, wulan, hayuk makan bubur...” Tina memanggil satu per satu nama temannya.

Yang berada di dalam kamar kompak membuka pintu.

“Bubur apa? Tumben!” Wita mengintip sedikit dari pintunya. Ia masih meratakan lip stick di tangannya dengan jari. Pasti habis beli lip stick baru untuk malam mingguan. Padahal malam minggunya tetap terkurung di rumah megah ini, hanya dating online lewat video call yang bisa dia lakukan.

“Kalo gag suka gag usah ikutan!” suara Kinar yang menjawab ucapan Wita.

Dengan segera Wita membuka pintu kamarnya lebih lebar, menegakkan tubuhnya dan membungkuk. “Maaf bu,..” lirihnya yang hanya di balas lirikan tajam oleh Kinar.

“Panggil temanmu yang lain yang masih kerja, suruh sarapan dulu.” titahnya kemudian.

“Baik bu.”

Wita keluar dari kamarnya, mencari teman-temannya. Suatu kebodohan karena sebenarnya ia bisa memanggilnya di chat group yang mereka buat.

Kinar hanya menggeleng melihat tingkah salah satu pelayan didikannya. Bibirnya yang lebih merah di banding pelayan lain seolah menjadi ciri khas dari Wita.

Mereka segera berkumpul dan menikmati sarapan bubur ayam di taman belakang. Kesempatan yang sangat langka karena mereka bisa sambil berbincang membicarakan gosip artis paling hits saat ini. Selain itu mereka pun bisa mengenal satu sama lain.

*****

“Pak Reza!!!” seru sebuah suara yang memanggil Reza saat nyaris duduk di kursi kerjanya.

“Iya bu, gimana?” mengurungkan niatnya untuk duduk saat wanita bernama Berlian itu menghampirinya.

“Em gini,...” Berlian menyingkap rambut yang menutupi pipi kanannya lalu menyelipkannya di sela telinga.

Untuk sebagian orang mungkin akan terlihat seksi. Tapi bagi Reza, terlalu berlebihan. Riasan bold yang ia kenakan setiap hari terlalu membuatnya takut.

“Bulan ini, para dosen berencana ngumpul. Biasanya kami bergiliran menjamu. Kalau bulan ini giliran di tempat pak reza gimana? Kebetulan kan kita belum pernah ke galery seninya pak reza.” tutur Berlian dengan gaya manjanya.

“Em boleh. Mau kapan bu?”

“Wah beneran?!” Berlian tampak sangat antusias.

“Ya tidak masalah.”

“Okey, saya tanya dulu yang lain. Kapan mereka bisa meluangkan waktu.”

“Boleh. Kabari saya kalau waktunya sudah oke.” timpal Reza santai.

"Okey!" Berlian pun segera berlalu dan mencari teman-teman berkumpulnya untuk membicarakan rencana kumpul mereka.

Reza hanya tersenyum melihat tingkah wanita yang beberapa tahun lebih tua darinya. Sangat energik menurutnya. Ia kembali duduk dan mulai menyalakan laptopnya melihat silabus pembelajarannya.

Dari tempatnya, terlihat seorang wanita yang kerepotan membawa barang-barang di tangannya. Baru pertama kali ia melihat sosok tersebut.

Seorang wanita dengan rambut terikat rapi dan pakaiannya yang sopan. Tidak lupa ia memakai high heels yang membuat kaki jenjangnya terlihat semakin panjang.

“Aww!” dengusnya saat sebuah alat peraga di tangannya nyaris jatuh.

Dengan segera Reza berdiri dan menghampiri wanita itu untuk membantunya.

“Terima kasih.” ujarnya. Menatap Reza yang ada dihadapannya. Baru kali ini ia melihat wajah laki-laki ini di ruangan dosen.

“Saya reza, dosen fakultas seni.” sepertinya Reza mengerti arti ekspresi yang di perlihatkan wanita tersebut.

“Oh terima kasih pak reza. Saya ellen dosen fakultas ilmu budaya.” sambut wanita berambut coklat tersebut.

“Oh ya bu, mari saya bantu. Sebelah mana meja ibu?” Mengambil beberapa barang milik Ellen dan mengikuti langkahnya.

“Sebelah sini aja pak. Terima kasih ya...” Ellen menaruh barang-barangnya di atas meja yang terhalang billing cabinet dari meja Reza.

“Iya, sama-sama. Ibu seorang arkeolog?” Reza memperhatikan barang-barang yang di bawa Ellen.

“Iya, beberapa bulan lalu. Sebelum memutuskan untuk total mengajar.” akunya dengan segaris senyum. Reza terangguk mendengar ujaran Ellen.

“Okey, kalo gitu saya permisi.”

“Ya pak. Sekali lagi terima kasih.”

Reza hanya mengangguk dan kembali ke mejanya. Ia tidak menyangka ada seorang arkeolog yang semuda Ellen. Mungkin hanya selisih beberapa tahun saja darinya.

“Prof, mau ikut gabung buat acara kumpul mingu ini?” tawar Berlian dengan senyum ramah yang ia tujukan pada Ellen.

“Kapan bu bebe?” sepertinya mereka cukup akrab.

“Rencana besok, di galerynya pak reza.” Reza yang mendengar, mulai fokus menyimak. Ia bahkan belum tahu kalau acaranya besok. Wanita memang sumbernya kejutan, begitu batin Reza.

“Emm,, sory... Besok saya ada acara. Mungkin lain kali.”

“Wah, sayang banget, padahal kita mau barbeque-an sebelum libur semester.”

Reza kembali terkejut, barbeque? Tidak terlintas sama sekali di pikirannya. Lagi, Wanita memang selalu penuh kejutan

“Mungkin saya akan gabung di pertemuan selanjutnya. Semoga waktunya luang.” Ellen menolak dengan halus.

“Okey,...” Berlian pun berlalu dan kembali ke mejanya bersiap membahas acara ini di group virtual.

Reza sedikit mengintip Ellen dari tempatnya. Wanita berkemeja peach itu tengah menata beberapa alat peraga perkuliahannya. Ia masih sangat penasaran melihat sosok Ellen yang ternyata seorang arkeolog dengan gelar profesor.

Sebuah deringan ponsel menyadarkan Reza dari lamunannya. Ia segera mengambil ponselnya dan bersembunyi di balik billing cabinet saat Ellen menoleh ke arahnya. Nama Kean yang muncul di layar ponselnya.

“Ya bro!” jawab Reza yang kembali duduk di tempatnya. “Boleh, gue udah selesai ngajar kok. Ketemu dimana?” Sepertinya Kean membuat janji. “Hem, ketemu di sana.” tandasnya sebelum mengakhiri panggilannya.

Reza segera merapikan barang-barangnya karena ia berrencana pulang. Tugasnya sudah selesai dan tidak ada lagi yang ia kerjakan sekarang jadi sepertinya bertemu dengan sahabatnya akan cukup menyenangkan.

Laptop dan beberapa buku telah masuk ke dalam tas punggung Reza. Sebelum pergi ia menoleh meja Ellen. Orangnya tidak ada di sana, mungkin sudah pergi ke kelas untuk mengajar. Akhirnya ia urungkan niatnya untuk pamit.

Hanya Berlian dan beberapa dosen lainnya yang ia pamiti.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Titin Hendryati

Titin Hendryati

bagus ceritany...

2022-11-30

1

Kristina Situmeang

Kristina Situmeang

hp jadul disa. mau ketik 2 malah keprncet 5. jadinya 50 deh

2021-11-07

1

Hesti Ariani

Hesti Ariani

cerita bagus gini. semoga tambah banyak yg suka

2021-08-03

3

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!