Pesan tuan muda

Pov Kean :

Tablet masih menjadi satu-satunya benda yang aku pegang dan aku usap-usap saat ini. Garis horizontal yang bergerigi menunjukkan fluktuasi pendapatan perusahaan masih menjadi hal rumit untukku. Bagaimana bisa hari-hariku begitu membosankan hanya dengan menatap garis yang terkadang berubah merah dan sangat jarang berubah hitam apalagi hijau.

Aku duduk di belakang saat sopir kantor mengantarku pulang. Sesekali dia menoleh dari spion tengah saat mendengar aku sedikit mendengus dengan frustasi. Sudah pasti laki-laki yang menjadi sopirku ini adalah orang kepercayaan papah yang akan diminta laporan tentang apa saja yang aku lakukan sejauh yang ia lihat.

Papah sangat tidak percaya padaku dalam segala hal hingga semua harus dilaporkan oleh orang-orang kepercayaannya.

Niat pulang sore berubah malam saat tadi tiba-tiba papah memanggilku ke kantor pusat dan memintaku menemuinya. Bukan untuk bertanya kabar atau basa-basi lainnya ia hanya ingin menyampaikan rasa kecewanya padaku yang tidak pernah ada habisnya.

“Kean , kamu pewaris kerajaan bisnis ini. Bagaimana bisa kamu tidak peka dengan kondisi keuangan anak perusahaan yang kamu pegang? Apa artinya kamu belajar bisnis jauh-jauh ke amerika kalau hasilnya seperti ini?”

Kalimat intimidasi yang selalu sama sudah sangat sering beliau sampaikan. Aku mulai kebal dan, bosan.

Beliau memang tidak tahu kalau di amerika aku hanya main-main, senang-senang dan menghamburkan uang. Bagiku, papah mengirimku ke amerika bukan untuk menyuruhku belajar dan menjadi lulusan dengan gelar panjang seperti yang ia banggakan.

Ia hanya ingin membuangku. Ingin menjauhkanku dari penglihatannya.

Mungkin aku terlalu kasar, hanya saja alasan aku berfikir seperti itu karena papah tidak pernah bertanya sama sekali apa aku setuju dengan keputusannya? Apa aku suka dengan apa yang harus aku lakukan?

Bagiku, Aku bukan anak yang selalu ia banggakan pada orang-orang di sekitarnya, aku hanya objek yang dibentuk untuk menjadi pewaris kerajaan bisnisnya agar suatu hari ia tidak kehilangan rupiah atau dolar yang ia kumpulkan.

Jalan takdir dan hidupku, dialah yang menulisnya dan aku hanya bisa menjalaninya dengan setengah kepayahan, lelah mengikuti obsesinya.

Masih segar dalam ingatan saat SMA dulu aku menjuarai sebuah ajang perlombaan catur. Beliau tidak berkenan untuk datang. Alasannya, papah menyekolahkanku bukan untuk menjadi seorang pemain catur.

Come on, pernah kah sekali saja ia mencari tahu apa passion ku sebenarnya? Aku bisa bersinar dengan caraku sendiri.

Tentu saja tidak, karena yang penting baginya adalah keinginannya di atas semua keinginan lainnya, termasuk keinginanku.

Semakin bertambah usiaku, semakin banyak tuntutan yang aku dapat. Bukan tuntutan menjadi manusia dewasa melainkan tuntutan untuk menjadi seseorang seperti dirinya. Memakai jas, stelan rapi, rambut klimis, sepatu mengkilap dan mencari investor sebanyak mungkin serta memastikan perusahaan untung. Tidak boleh ada keinginan lain yang terselip di dalamnya dan itu membuatku muak.

Kali ini, aku kembali membuatnya meradang saat perusahaan yang aku pimpin tidak mencapai target. Padahal jelas, aku bisa bangkit melewati kegagalan yang aku buat sebelumnya. Tapi goal dia dan goalku berbeda. Jika tidak sesuai targetnya, maka aku gagal.

Dahiku masih berkerut memikirkan cara agar garis hitam ini menjadi hijau. Hingga tanpa terasa sudah sampai di rumah dan masih masalah pekerjaan yang aku pikirkan.

“Silakan tuan muda.” suara Diman menyadarkanku dari lamunan yang cukup dalam.

Aku tidak menyahuti, aku segera turun tanpa berbasa-basi seperti biasanya. Sejak dulu aku memang tidak terlalu suka banyak bicara, karena saat aku berbicara akan selalu ada yang menjeda dan membuatku harus menelan salivaku kasar.

“Besok saya akan menjemput anda jam 8 tuan muda.” suara Diman kembali terdengar sebelum aku masuk.

Kali ini langkahku terhenti. Kalimat Diman terlalu menggelitikku. “Saya akan berangkat sendiri.” timpalku.

“Tapi tuan,”

Aku mengangkat tanganku sebelum Diman melanjutkan kalimatnya. Dan sepertinya dia paham. Buktinya dia tidak lagi berbicara. Mungkin dia terlalu takut untuk membantah kalimatku.

Lapor saja sama papah, kalau perlu. Begitu tantangku dalam hati.

Aku masuk ke rumah dan kulihat seperti biasa hanya lampu di sudut ruangan yang menyala. Aku tidak terlalu menyukainya, aku lebih suka terang benderang di banding redup seperti ini. Aku selalu merasa sesak saat melihat sesuatu yang sayup apalagi gelap.

Kunyalakan semua lampu ruangan dan melanjutkan langkah menuju kamar.

Aku perlu membersihkan tubuhku yang terasa bau keringat dan bercampur dengan emosi. Terlalu banyak energi negatif yang membuat tubuh dan jiwaku merasa kelelahan.

Aku melepas satu per satu pakaianku dan entah mengapa aku mulai patuh untuk menaruh pakaianku di dalam keranjang yang disiapkan pelayan.

Aku masuk ke kamar hanya mengenakan bokser lalu segera menuju kamar mandi, seperti biasa, tanpa menutup pintu.

Membasuh tubuhku, mencuci rambutku, bekas pomade membuatku sedikit pusing. Semua bagian tubuh aku bersihkan, aliran air mengaliri setiap lekuk tubuhku dan memberi sensasi dingin yang menyegarkan.

Sekitar 15 menit aku mandi dan segera membersihkan tubuh sebelum kulitku berubah kisut. Aku mengambil kimono mandi dan handuk kecil untuk mengeringkan rambutku. Perutku sedikit lapar dan aku memilih untuk pergi ke dapur mencari mie yang ingin aku buat untuk mengisi perutku.

Ku buka satu per satu pintu kitchen set yang sejajar kepalaku.

“Kemana perginya stok mie instan gue?” aku bertanya pada diriku sendiri.

Tidak ada satu pun yang tersisa hingga aku membuka semua pintu kitchen set dan nihil. Hah, sepertinya pelayan itu membuang semua mie instanku.

Aku memilih untuk mengambil air yang ada di meja makan dengan gelas biasanya lalu meneguknya. Pandanganku sedikit teralih saat melihat tempelan kertas baru di pintu kulkas.

“Selamat malam tuan muda. Mohon maaf mie-nya saya simpan dulu. Tuan muda bisa makan malam dengan lauk yang ada dan untuk sementara mohon tidak makan mie, karena khawatir sakit lambung tuan muda kambuh.” lagi, tulisan rapi yang sama merangkai kalimat itu.

Aku mulai familiar.

Aku membuka tudung saji dan kulihat ada nasi dan lauk pauk. Aku mencicipnya sedikit, mengecap rasa masakan itu di lidahku dan rasanya cukup enak. Aku mengambil nasi di atas piring dan mulai duduk untuk menikmati makan malamku.

Suapan demi suapan aku nikmati hingga butiran nasi di piring bersih dan berpindah ke perutku. Aku bersendawa merasakan kenyang yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Perut bidangku terisi penuh, sepertinya aku akan tidur nyenyak. Aku tersenyum sendiri dan merasa menyesal telah mengabaikan masakan yang dibuat pelayan itu selama beberapa hari ke belakang.

Aku merapikan piring dan mencuci tangan. Sebelum kembali ke atas aku menyempatkan untuk mengambil goreng tempe dan mengunyahnya. Gurihnya pas, entah bumbu apa yang dia pakai.

Menunggu makananku turun, aku duduk di balkon dan menyalakan ponselku. Aku mencari satu nama dari nomor telpon yang dikirim Kinar beberapa hari lalu.

“Pelayan,” nama yang aku gunakan untuk menamai nomor itu. Entah siapa namanya apakah Siska, Nisa atau apalah. Aku hanya perlu mengirim pesan.

“Kemana mie instanku?” tulisku.

Aku kembali meneguk air putih yang aku bawa sambil menunggu balasan pesan dari pelayan itu.

“Selamat malam tuan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Mie instan tuan saya simpan sementara. Apabila ingin menikmatinya, mungkin bisa seminggu sekali.” Wanita itu membalas.

Aku tersenyum simpul melihat barisan kata yang dia kirim. Aku merasa seperti sedang berbalas pesan dengan guru bahasa indonesia atau customer service. Tapi tunggu, aku ingin balas mengerjainya karena berani mengambil stok mie instan ku.

“Berani-benarinya kamu mengaturku. Siapa tuannya di sini?!” aku mengirimnya sambil terkekeh.

“Mohon maaf tuan, saya tidak bermaksud lancang. Saya hanya memastikan kalau makanan yang tuan makan sehat.”

Aku tergelak. Lihat balasannya sangat lucu. Sepertinya dia mengetik sambil mencontek setiap kata dari KBBI. Sangat baku dan sesuai EYD.

Aku menaruh kembali ponselku, menyandarkan tubuh dan kepalaku lalu berusaha memejamkan mata. Sapuan angin malam sangat segar. Mungkin sementara aku akan seperti ini, menunggu rambutku kering agar tidak vertigo saat bangun tidur.

*****

POV Disa:

Jantungku masih berloncatan saat menerima pesan dari seseorang yang kuberi nama “Tuan muda.” Aku membaca kembali berulang pesan yang aku terima dan aku kirim. Jangan sampai ada kata yang salah yang akan membuatnya salah persepsi apalagi murka. Hindari typo agar pesan yang aku sampaikan bisa beliau pahami sepenuhnya. Itu prinsipku.

“Tuan muda gag  kenal  ampun, makanya gag ada pelayan yang mau ngurusin dia.” kalimat Nina kembali terngiang di telingaku dan otak ghibahku mulai bekerja.

Pemberitahuan yang lebih terdengar seperti sebuah ancaman. Dan sudah 10 menit berlalu, tuan muda masih belum membalas pesanku. Apa mungkin ada kalimatku yang salah atau beliau tersinggung dengan balasan pesanku.

Aku turun dari tempat tidur, berjalan ke sana kemari dengan perasaan tidak menentu. Di tanganku, aku masih menggenggam ponsel berlayar hitam putih dan kecil milikku. Aku sangat cemas, kenapa dia tidak membalas? Apa dia marah?

Lalu apa yang harus aku lakukan, tetap menunggu atau menghubunginya lebih dulu?

“Astaga disaaaa, kamu terlalu berani!” aku mengomeli diriku sendiri.

Aku membayangkan wajah yang belum pernah aku lihat hanya ekpsresi yang mungkin dari raut wajah tuan muda saat ini. Mungkin matanya memerah dengan tangan mengepal. Jangan sampai ia menelpon Bu Kinar dan menyuruhnya untuk memecatku.

“Ya allah,.. tolong disa ya allah...” tanganku refleks menengadah dan mengusap wajahku perlahan. Aku berharap tuhan mendengar do’aku dan mengabulkannya. Sungguh aku masih sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Jam berlalu dan sudah tengah malam, aku masih terduduk di tempat tidur dengan pikiran dan perasaan yang tidak menentu. Beginilah siksaan untuk orang over thinking sepertiku.

Tuan muda tidak membalas pesanku. Mungkin akan lebih baik kalau ia membalas pesanku dengan nada marah sekalian dan mengomeli kelancanganku dari pada membuatku berprasangka yang tidak-tidak.

"Ku mohon, beri saya respon tuan," aku memohon dalam hati dan pikiranku, berharap dia mendengar apa yang aku katakan.

Sekuat tenaga aku menahan kantukku, aku khawatir melewatkan pesan yang di kirim tuan muda dan aku terlambat membalasnya. Bukankah akan lebih menakutkan kalau aku melewatkan satu pesan darinya?

*****

 

 

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

kak Thor...mo tanya ...
emg kl kita tidur dg rambut basah,akan terkena vertigo ya??

2023-02-03

1

Kristina Situmeang

Kristina Situmeang

disa,kamu baik.dan sangat polos.

2021-11-07

0

missYara

missYara

novel nya bagus..
semoga makin banyak yang like dan komen..

2021-08-15

2

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!