Tanpa apresiasi

Di ruangan milik Direktur utama Hardjoyo group saat ini Kean berada. Ia duduk di hadapan Sigit Hardjoyo sang ayah yang tengah membuka laporan neraca keuangan milik Kean.

Beberapa saat lalu, Marwan asistennya menghubungi Roy untuk membawa Kean ke ruangannya. Roy yang selalu ia hubungi agar Kean tidak punya alasan untuk menolak. Taktik yang licik menurut Kean. Seperti yang biasa Sigit lakukan untuk menjerat Kean agar melakukan apa yang ia inginkan.

"Dari mana kamu mendapatkan buyer dan investor dalam waktu nyaris bersamaan?" Sigit masih dengan mosi tidak percayanya dengan pencapaian sang anak.

"Mungkin di kirim malaikat." sahut Kean acuh. Ia masih sempat memainkan hiasan pendulum yang ada di meja Sigit.

Mendengar jawaban sang anak, membuat Sigit mengangkat kepalanya untuk menatap Kean dengan tajam.

"Untuk apa papah bertanya dari mana aku mendapatkan buyer dan investor? Bukankah cukup dengan aku membuat perusahaan membaik?" lanjutnya dengan kesal melihat tatapan sang ayah.

"Bukan 3 bulan kean, harusnya 1 bulan semuanya membaik dan kembali pada kondisi semula. Apa kamu tidak membayangkan bagaimana kondisi saham perusahaan dalam kurun waktu 3 bulan tanpa kejelasan? Benar kata marcel, perlahan kamu bisa kehilangan para investor yang loyal." cerca Sigit dengan wajah dingin.

Kean menghela nafasnya dalam. Ia pun menghentikan gerakan tangannya. "Kalau menurut papah om marcel benar, kenapa tidak minta dia aja yang mimpin anak perusahaanku? Toh aku tidak keberatan." sahut Kean dengan acuh.

"KEAN!!" menggebrak meja yang ada di hadapannya. Mata tajamnya mulai berubah menyalak.

Kean beranjak dari tempatnya, ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

"Papah tidak pernah mengapresiasi apa pun yang aku lakukan. Semua yang aku lakukan tidak ada artinya bagi perusahaan ini dan bagi kepuasan papah. Lantas apa yang membuatku harus mati-matian bertahan mempertahankan anak perusahaan ini?" menatap Sigit dengan penuh kekecewaan.

"Kean! Kamu pewaris perusahaan ini. Kamu,"

"PEWARIS!" timpal Kean tanpa memberi Sigit kesempatan untuk meneruskan kalimatnya.

"Aku benci dengan kata itu!"

"Buat papah, aku hanya benda yang bisa papah pergunakan untuk memenuhi kepuasan papah terhadap kekuasaan. Tidak lebih dari itu."

"Kean!"

"Kenapa?! Aku benar bukan?"

Apa papah pernah bertanya apa yang aku mau sekali saja?"

"Tidak bukan?! Bahkan papah tidak tau apa yang aku inginkan, apalagi yang aku butuhkan. Yang terpenting buat papah adalah kekuasaan dan kekuasaan. Itu!" seru Kean dengan kemarahan yang mulai memuncak.

Mendengar kalimat Kean, Sigit hanya terpaku. Ayah dan anak itu saling bertatapan dengan kilatan kemarahan di mata masing-masing.

"Papah tidak pernah mau tau apa yang aku mau dan apa yang aku butuh. Tapi papah sangat tau, bagaimana cara menyakitiku dan menyakiti orang-orang di sekitarku. Anda memang hebat." tegas Kean sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan Sigit dengan kemarahan yang belum reda.

Mendengar kalimat terakhir sang putra, Sigit hanya bisa jatuh terduduk di kursinya. Sekuat tenaga ia bertahan dengan argumennya, dengan sisa tenaganya dan dengan rasa sakit di dadanya.

Mengusap dadanya yang sakit lalu meremasnya perlahan. Ia berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Ia harus bertahan , ia tidak boleh menyerah dengan rasa sakit di dadanya, sebelum semuanya selesai. Sebelum semuanya bisa di pastikan bahwa sang putralah yang akan menjadi pewarisnya di masa depan.

Baginya , apa salahnya berharap semua yang ia miliki di warisi anaknya? Mengapa keinginan Kean selalu bersebrangan dengan keinginannya?

******

“Kinaarr, tinaaa, ninaaaa... Atau siapapun kalian, cepat kemari!” sebuah teriakan terdengar dari lantai 2.

Sepinya rumah besar ini membuat suara Liana menggaung keras.

Kinar, Tina dan Nina segera berlari menghampiri nyonya besarnya. Beberapa anak tangga mereka lewati sebelum nyonya besarnya murka dan suasana rumah jadi memanas.

“Iya nyonya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Kinar saat tiba di kamar Liana.

“Di mana gaun saya yang warna hitam yang saya beli di paris 3 bulan lalu?” tanyanya dengan mata menyalak.

“Mohon maaf, gaun hitam yang mana nyonya?” tanya Kinar kemudian. Mengingat baju yang berderet di lemari Liana didominasi oleh gaun berwarna hitam favoritnya.

“Itu yang dior.”

Bibir Kinar membulat paham. “Oh itu bukannya nyonya berikan pada nyonya wulan saat arisan bulan lalu?”

Liana tampak terdiam, berusaha berfikir. Ia menatap ketiga orang di hadapannya dengan sangsi.

“Argh sial! Wulan itu memang tau aja barang mahal." dengusnya saat sadar akan kekhilafannya.

"Dia selalu mancing saya buat ngasih barang yang dia mau. Dasar orang kaya susah!” cerocos Liana seraya membanting pintu lemarinya. “Ya udah, siapin mobil untuk saya pergi. Minta supir ngantar saya.” pintanya kemudian.

“Maaf nyonya, supir kita sedang di perusahaan. Untuk pengganti supir yang lama, semua kandidat belum ada yang cocok dengan kriteria yang tuan besar inginkan.”

“Apa?! Jadi saya harus naik taksi?!” teriak Liana.

Kinar tidak berani menjawab.

Liana tampak memijat kepalanya yang terasa pening karena banyaknya masalah di rumah ini. “Pilih salah satu supir di antara mereka. Terserah kamu pilih yang mana kinar, yang jelas dia harus bisa bawa saya dengan aman.”

“Apa saya perlu bertanya lagi pada pak marwan tentang pemilihan sopir ini?”

“Tidak perlu! Bisa sampe kiamat kita gag dapet supir. Marwan sudah merasa seperti dia tuan rumahnya, semua dia yang memutuskan, sangat menyebalkan! ” gertak Liana diikuti omelan.

Ia memang tidak pernah akur dengan laki-laki yang menjadi tangan kanan suaminya. Semua keputusan Sigit, pasti ia ketahui dari Marwan.

“Baik nyonya.” Kinar hanya bisa menurut. Sepertinya jantungnya cukup kuat menghadapi bentakan Liana dan Sigit serta rengekan nona mudanya setiap hari.

****

Di sekolahnya, Shafira duduk sendirian karena teman satu gengnya istirahat lebih dulu. Mereka tampak berbincang seru dengan geng anak laki-laki yang cukup populer di sekolah. Kursi di tempat mereka sudah terisi penuh dan sepertinya Shafira perlu sendiri dulu mencerna pertemanannya dengan ketiga wanita muda itu.

Sebuah notifikasi chat masuk ke dalam ponselnya. Shafira segera membuka chat di group yang ternyata group geng yang ia beri nama “Princess.” Itu adalah nama gengnya dengan ketiga temannya.

“Gimana jadi ikut gag nih nonton balapan sama michael?” tulis Nara di groupnya.

Namun beberapa menit kemudian chat itu kembali di hapus. Fia yang menyadari keberadaan Shafira segera menoleh dengan segaris senyum yang tidak bisa di jelaskan.

Sudah 2 bulan ini chat di groupnya sepi. Terakhir mereka membicarakan tentang liburan ke raja ampat dan foto-foto mereka saat berada di sana. Lebih dari 50 juta yang Shafira keluarkan untuk liburan mewah bersama teman-temannya ini. Namun setelah itu, mereka tidak pernah memperbincangkan apa pun di group itu.

Mungkin ia tersisih. Dan entah apa alasan teman-temannya menjauhinya.

Shafira beranjak dari tempatnya. Ia pergi menuju toilet lalu masuk ke dalam salah satu bilik. Ia memandangi foto-fotonya bersama teman-temannya dan rasa sakit itu mulai ia rasakan.

Ke mana perginya tawa yang selalu mereka bagi dan ke mana perginya kedekatan yang mereka jalin. Lebih dari itu, ke mana perginya kekompakan yang pernah mereka punya.

Shafira menghela nafasnya dalam. Banyak hal yang berbeda saat ini dan entah apa kesalahannya yang membuat teman-temannya mulai menjauh.

Kembali menghela nafasnya dalam. Ia berusaha membuang semua pikiran buruk di kepalanya. Mungkin mereka hanya butuh waktu dan ada kesalahan yang harus Shafira renungkan.

Ia keluar dari bilik toiletnya. Berdiri di depan cermin lalu mengusap air matanya dengan punggung tangan. Dadanya terasa sesak tapi ia yakin ini hanya sebuah kesalah pahaman.

Keluar dari toilet Shafira kembali berusaha tersenyum. Ia tidak ingin siapa pun melihat kesedihannya.

Dari kejauhan terlihat gengnya dan geng Michael berjalan menghampiri Shafira.

“Hay fir. Kok lo gag nyusul kita sih?” tanya Nara seraya meraih tangan Shafira. Aroma ada kebutuhan terlihat jelas. Bersikap manis tiba-tiba dengan senyum-senyum tidak jelas.

“Oh iya, tadi gue kebelet pipis. Ada apa nara?” sahut Shafira sekenanya.

“Gini fir, gue sama anak-anak mau ngadain party nih di salah satu cafe. Gue harap lo bisa dateng.” Michael yang menerangkan lebih dulu.

“Oh ya, kapan?” tanya Shafira kemudian.

“Kan udah gue kasih tau detail acaranya di group.” sahut Ira seraya memainkan kuku jemarinya.

Nara segera menyikut Ira dan sepertinya Ira tersadar.

“Di group?” Shafira mengernyitkan dahinya.

Wajah ketiga sahabatnya kompak terlihat tegang. “Iya maksudnya group pas kita ngobrol tadi di kantin.” Narra mencoba mengklarifikasi.

Bibir Shafira tampak membulat tanpa suara.

“Gimana, lo bisa kan? Kita patungan kok ngadain pestanya.” bujuk Nara.

Memandangi wajah ketiga sahabatnya yang sedang memperlihatkan pupy eyesnya. Sepertinya mereka sangat berharap kalau Shafira ikut.

Tersenyum tipis melihat ketiga sahabatnya mulai bersikap baik. “O ya udah boleh.” Shafira mengiyakan. Baginya ini kesempatan ia untuk berbaikan dengan teman-temannya.

“Uangnya lo transfer aja ke rekening gue yaa... Ato kalo lo mau bayar langsung di tempat juga boleh.” tawar Nara.

“Okey,” Shafira hanya mengangguk.

“Sip kalo gitu. Acaranya malem minggu jam 8 di cafe young ya, jangan sampe lo gag dateng.” Michael mencoba meyakinkan

“Hem.” Shafira mengangguk sepakat. Ia memang sudah lama tidak nongkrong dengan teman-temannya.

Michael dan teman-temannya pun berlalu pergi. Shafira menoleh ketiga teman se-gengnya dan mereka hanya tersenyum.

“Ke kelas yuk!” ajak Fia yang meraih tangan Shafira.

“Ayuk!” Dengan senang hati ia mengikuti. Di belakangnya ada Ira dan Nara yang mulai berbincang tentang rencana mereka di sabtu malam.

Sepertinya prasangka Shafira tadi salah. Hanya sebuah kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka dan Shafira hanya sedang sensitif saja.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Kristina Situmeang

Kristina Situmeang

hati2 dengan teman2mu safira. kayaknya cuma manfaatin aja

2021-11-07

0

Mar doank

Mar doank

Kasihan Safira,gk ada yg tulus berteman dgn Dia.

2021-08-10

1

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!