Sendok emas

“Disa,....” bisik sebuah suara dari luar pintu kamar Disa. “Boleh gag aku masuk?” lanjutnya.

“Masuk na, gag di kunci.” sahut Disa dari dalam kamarnya

Gagang pintu berputar dan tak lama daun pintu terbuka dan menunjukkan 2 wanita yang tersenyum pada Disa. Mereka segera masuk dan duduk di atas tempat tidur Disa.

Disa menutup buku sketch yang tengah ia corrat-coret. Perhatiannya sudah beralih pada dua temannya yang menatapnya dengan penasaran.

"Kenapa?" Disa bertanya lebih dulu melihat ekspresi tidak biasa yang diperlihatkan Tina dan Nina.

“Tadi kamu belum mau tidur kan?” kali ini Tina yang bersuara.

“Belum, Aku masih ngerasain pegel-pegel.” aku Disa seraya memindahkan bantal di atas pahanya ke belakang punggung.

Ia butuh sandaran untuk menopang tubuhnya yang serasa akan ambruk. Ternyata membersihkan rumah tuan muda dengan segala pernak perniknya lebih dari cukup di banding lari berkeliling lapangan.

“Gimana hari pertama di rumah tuan muda?” Nina dan Tina sama penasarannya. Mata bulat mereka menatap Disa dengan tidak sabar menunggu jawaban.

“Ya,... cukup melelahkan.” aku Disa apa adanya.

“Kamu ketemu sama tuan muda gag?” tanya Tina.

“Em enggak. Bu kinar bilang tuan muda gag boleh melihatku. Dia gag suka ada orang asing di rumahnya.”

“Yah, sayang banget, padahal tuan muda itu ganteng banget tau...” Nina menyayangkan yang terjadi pada Disa.

“Emang kamu udah pernah ketemu tuan muda?” Tina yang lebih antusias.

“Pernah tapi gag berani liat mukanya lama-lama. Cuma liat sekilas dan di foto yang udah di turunin sama tuan besar aja. Tapi aku sering ngeliatin dia dari kejauhan waktu tuan muda masih tinggal di rumah ini.” cerocos Nina yang mulai membayangkan tuan mudanya.

“Cerita dong, tuan muda kayak gimana?” Tina makin penasaran.

“Loh emang kamu juga belum pernah ketemu na?”

“Belum, waktu  aku ke sini, tuan muda baru pindah 2 hari sebelumnya.”

“Kasian,...” Nina dan Disa bersuara bersamaan.

“Iihhh...” Tina mengerucutkan bibirnya kesal, namun kedua temannya malah tertawa. “Jangan kenceng-kenceng, nanti bu kinar denger. Kita bisa kena omel.” Tina mencoba mengingatkan.

“Oh iya, lupa.” Nina menepuk jidatnya sendiri. “Jadi mau aku ceritain nih tuan muda kayak gimana?”

Disa dan Tina kompak mengangguk.

“Tuan muda itu ganteng banget. Dari fotonya aja udah ganteng. Badannya tinggi, putih, kakinya panjang, matanya agak sipit dan kalo dari foto matanya tajam dan menggetarkan. Alisnya tebel dan rapi. Ada jambangnya. Hidungnya mancung banget, bibirnya sedikit berisi pokoknya kiss-able.” Nina memelankan suara di ujung kalimatnya.

“Uuhhh dasar omes.” Tina memukul Nina dengan bantal di tangannya.

“Loh emang iya, kayak pangeran dari negri dongeng deh pokoknya. Tapi, dia jutek banget. Angkuh, dingin. Lebih-lebih dari non shafira. Kalo ngeliat dia, bawaannya kayak ada aura yang berbeda. Aura kegelapan, penuh kesedihan dan kesakitan,” Nina menjelaskan dengan ekspresif.

“Ah ngelantur kamu na.” Tina menjeda temannya.

Tapi tidak dengan Disa. Imajinasinya yang tinggi seolah tengah menggambarkan sosok yang dideskripsikan  oleh Nina. Sosoknya cukup tergambar namun wajahnya sangat samar karena laki-laki dengan karakter yang di ceritakan Nina cukup umum.

“Hey! Ngelamunin tuan muda ya?!” Tina mengagetkan Disa yang tampak melamun. Sepertinya ia tidak sadar kalau sedari tadi kedua temannya memperhatikannya.

“Enggak kok. Cuma ada yang di pikirin aja.” kilah Disa yang terlihat gelagapan.

“Okey. Sekarang giliran kamu dong yang cerita rumah tuan muda tuh kayak gimana sih?” Nina dengan rasa penasarannya.

Disa pun mulai bercerita, bagaimana indahnya rumah yang ia datangi. Mereka tenggelam dalam cerita Disa hingga akhirnya tertidur di ranjang sempit itu saling berjejalan. Tapi sepertinya mereka sangat nyenyak, hingga mimpi indah datang di tidur mereka masing-masing.

*****

Disa kembali mengayuh sepedanya di pagi buta itu. Kali ini ia memilih memakai celana panjang sebelum nanti melepasnya saat tiba di rumah tuan mudanya.

Seperti biasa di mulai dari Wahyu yang membukakan pintu untuknya, memarkir sepeda dan merapikan rumah.

Ia harus kembali menelan pil kekecewaan saat masakannya tidak disentuh sedikit pun oleh tuan mudanya. Dan seperti biasa ia akan menghangatkannya dan memberikannya pada Wahyu untuk sarapan dan makan siang.

“Makasih mba disa!” seruan penuh semangat itu selalu terlontar dari mulut laki-laki berkumis tebal ini. Beberapa hari ia menikmati makanan yang enak tanpa perlu mengeluarkan uang lebih hanya untuk menuntaskan hasrat isi perutnya. Sangat beruntung, pikirnya.

Disa kembali ke dapurnya, membuat sarapan untuk tuan mudanya. Nasi goreng gagal. Oat meal, tidak di sentuh sedikit pun dan roti bakar hanya di makan satu. Mungkin kali ini ia harus mencoba membuat roti isi.

Disa mengeluarkan beberapa bahan dari dalam kulkas. Daging cincang yang beku, keju, dan sayuran. Ia kembali mengingat resep yang di berikan Kinar dan dengan hati-hati meramu makanannya.

Menunggu daging yang sedang di marinasi, Disa memilih untuk menyapu lantai, menata kembali bantal sofa dan membersihkan debu-debu yang menempel. Ia pun memperhatikan kaca jendela yang tinggi-tinggi dan lebar-lebar. Mungkin siang ini tugasnya adalah membersihkan jendela-jendela ini.

Selesai dengan urusan lantai dan kebersihannya, Disa beralih menuju ruang pakaian tuan mudanya. Ada sebuah tulisan yang di tulis dalam note pad berwarna hijau.

“Saya ada rapat penting, siapkan baju yang sesuai. Pastikan itu terlihat berwibawa.” begitu isi pesan tersebut.

Disa membuka pintu lemari di hadapannya. Hari ke empat tuan mudanya mulai ada permintaan. Ia memilih baju yang akan di kenakan tuan mudanya seraya membayangkan sosok yang dideskripsikan Nina. Ternyata cukup membantu.

Sebuah stelan jas sudah di pilih oleh Disa beserta kemeja, sepatu dan belt juga jam tangan. Ia membayangkan tuan mudanya akan sangat gagah saat mengenakan stelan berwarna navy ini. Tidak lupa, ia menyematkan sapu tangan berwarna merah di saku kirinya.

“Perfect!” gumam Disa dengan segaris senyum saat melihat hasil karyanya memadu padankan pakaian tuan mudanya.

Baju sudah siap dan Disa kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Roti isi ia buat, menambahkan selembar selada, irisan tomat dan bawang bombay, juga daging cincang yang ia buat bulat pipih lalu di bakar menghasilkan wangi yang enak dan mengundang saliva untuk menetes.

Tidak lupa ia menambahkan sedikit sauce dan mayonaise lalu membungkusnya dengan kertas roti. Segelas susu pun ia sediakan berdampingan dengan menu sarapan.

15 menit lagi tuan mudanya akan bangun. Disa segera merapikan dapur dan meja sebelum pulang ke rumah utama. Ia akan kembali jam 10 nanti karena tugasnya cukup banyak hari ini.

Pintu dapur pun di tutup dan Disa pergi dengan sepedanya.

*****

Ruang rapat sudah di depan mata. Ruang rapat dari sebuah induk perusahaan tekstile milik Sigit Hardjoyo. Dengan percaya diri Kean masuk ke ruangan itu bersama assistent-nya Roy. Dalam tas kerjanya ia sudah menyiapkan laporan yang akan di sampaikan saat rapat nanti.

Roy membukakan pintu untuk Kean dan mempersilakan direkturnya untuk masuk. Pandangan Kean yang baru melepas kacamata hitamnya dengan keren dan sedikit slow motion membuat banyak pasang mata menoleh ke arahnya.

Wangi parfum maskulin pun menyentuh ujung saraf penciuman orang-orang di ruangan ini tak terkecuali seorang Sigit Hardjoyo.

“Wow, kamu ada keberanian untuk datang?” tanya seorang laki-laki yang menjadi rivalnya dalam perlombaan kesuksesan.

Ia selalu menjadi orang pertama yang berusaha menjatuhkannya dengan cara apa pun.

“Kenapa, apa kali ini paman takut saya yang mendapat pengakuan?” balas Kean dengan seringai sarkasnya.

“Tentu tidak. Pewaris seperti kamu tidak pernah bisa membuktikan apa pun selain banyaknya kebodohan dan kesalahan yang merugikan perusahaan."

"Bangun Kean, ini bukan amerika tempat kamu bersantai dan bermain-main. Kamu ada di dunia nyata di mana orang hebat akan selalu lebih unggul dari orang bodoh yang diberi sendok emas.” timpal laki-laki tersebut dengan penuh penekanan pada kalimatnya.

Kean  hanya bisa mengepalkan tangannya yang rasanya ingin ia hantamkan pada laki-laki di hadapannya.

Dari kejauhan ia melihat Sigit yang tengah memperhatikannya.

“Jangan bodoh Kean, jangan terpancing.” Kean berusaha mengingatkan dirinya sendiri.

Perlahan kepalan tangannya mulai mengendur dan laki-laki di hadapannya ikut tersenyum sinis melihat respon sang keponakan.

“Kita buktikan, siapa yang lebih unggul.” tantang Kean kemudian. Ia lebih memilih berlalu dan duduk dengan sedikit jarak dari laki-laki tersebut. Ia tidak ingin terpancing oleh provokasi yang tidak jelas.

Laki-laki yang di tinggalkan Kean, menoleh Sigit di tempatnya. Ia mengusap dagunya dengan angkuh, seolah menertawakan putra dengan sendok emas yang dimiliki Sigit.

*****

Menyampaikan materi presentasi di depan manajemen, menjadi tugas Kean selanjutnya. Ia menjelaskan bagaimana perkembangan perusahaan yang dipimpinnya selama 2 minggu ke belakang sesuai titah dari direktur perusahaan induk.

"Tren pendapatan perusahaan dalam 2 minggu ke belakang memang tidak terlalu besar, namun apabila ini bergerak secara konsisten, bisa menutup kerugian perusahaan dalam waktu 3 bulan ke depan."

"Apa, 3 bulan?" Marcel Hardjoyo kembali menjeda pemaparan Kean untuk ke sekian kalinya, membuat suasana tenang pun mulai gaduh. "3 bulan terlalu lama, investor bisa keburu menarik investasinya dari perusahaan yang kamu pimpin." imbuhnya yang merendahkan kerja keras Kean.

Kean menghela nafasnya dalam, ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak terpancing oleh sang paman.

"Saya baru menyampaikan perkembangan perusahaan jika pendapatannya konsisten, belum membahas inovasi apa yang kami lakukan untuk menyingkat waktu 3 bulan tersebut." Kean menatap Marcel dengan tajam dan yang di tatap hanya mengangguk-angguk dengan senyum ledekan di bibirnya.

"Okey, lanjutkan." Sigit berusaha menengahi.

"Ehm!" berdehem sebelum melanjutkan presentasinya sambil mengumpulkan fokus yang sudah ia buat. "Kami mendapatkan kerja sama dengan salah satu buyyer asal india, di mana kami akan bekerja sama untuk ekspor kain kualitas premium."

"Pada tahap pertama, kami akan mengekspor 2000 roll kain sesuai perjanjian awal. Di mana apabila kerja sama ini berhasil, kami bisa menyingkat keuntungan untuk perbaikan keuangan perusahaan dalam waktu 2 bulan." lanjut Kean dengan bangga.

Marcel menyandarkan tubuhnya yang semula duduk tegak. Ia sudah akan mengeluarkan kalimat tajam berikutnya namun dengan cepat Sigit mendahului.

"Berapa prosentase keuntungan dari kerja sama tersebut?"

"18% di bulan pertama dan 32% di bulan kedua." jawab Kean dengan lantang.

Sigit terangguk paham. "Kirimkan neraca perhitungan perusahaan siang ini." titahnya kemudian.

Kean mengangguk sebagai respon dan dalam beberapa saat rapatpun di akhiri. Sedikit melegakan karena tidak terjadi perang argumen yang berkepanjangan di ruang rapat. Marcel pun pergi dengan wajah malas dan senyuman sarkas yang biasa ia pertunjukkan pada siapapun.

"Anda luar biasa tuan muda." suara Roy yang menjadi penyemangat pertama kali.

Kean membungkukkan tubuhnya bersandar pada meja. Tangannya masih mengepal kesal mengingat wajah sang paman yang terpaut usia beberapa tahun saja darinya.

Lihat saja, lain kali ia akan membuat mata sipit sang paman terbuka lebar melihat deretan angka fantastis yang ia hasilkan. Begitu tekad Kean.

******

 

 

Terpopuler

Comments

Zee Zee

Zee Zee

terlalu bertele-tele..bnyk hal yg gk pntng..smangattt y

2023-09-17

0

Taurus Mei

Taurus Mei

semangaat kean.. aku padamu pokoknya

2023-01-18

0

re

re

Belum ketemu

2021-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!