Galeri

Damar masih memikirkan perkataan Disa beberapa jam lalu yang terasa seperti tamparan baginya. Orangnya sudah pergi tapi bayangan dan deretan kalimatnya masih terlihat jelas di pikiran Damar.

Di depan dinding sebuah bangunan kosong saat ini Damar berdiri. Beberapa menit lalu ia tiba setelah mengantar Disa menunggu bis. Ia menawari adik sepupunya untuk di antar dengan menggunakan mobil milik Eko namun Disa lebih memilih naik bis umum padahal ia harus membawa sepeda lipatnya.

"Lo gag perlu repot-repot, gue bisa mengurus semuanya sendiri, seperti biasanya." kalimat itu yang Damar dengar sebelum Disa naik bis dan menghilang dari pandangannya.

Disa terlihat masih kesal karena Damar masih terdiam saat ia bertanya mengapa Damar mengabaikannya selama ini. Mengapa ia harus berperan menjadi kakak tiri yang menyebalkan padahal ia cukup menjadi sahabatnya seperti dulu.

Selalu, bibir Damar kelu, tidak bisa menjabarkan alasan yang diminta Disa.

Tempat ini adalah tempat dimana Damar dan Disa biasanya berada. Di dinding berwarna abu tersebut, ada sebuah gambar yang belum selesai Damar buat. Gambar yang ia buat dengan menggunakan pilox dan hanya ada warna hitam yang membentuk siluete.

Dulu, saat Damar dan Disa mengalami kejenuhan dalam pelajaran, biasanya mereka akan ke tempat ini. Damar asyik mencoret-coret dinding sementara Disa dengan crayon dan buku gambarnya.

"Mong, sekali-kali lo gambar gue dong. Jangan gambar abtsrak atau tulisan anak nakal doang." protes Disa dari tempat duduknya.

"Ogah, lo jelek. Gag ada nilai artistiknya." timpal Damar yang membuat Disa mengerucutkan bibirnya.

"Awas ya, liat aja begitu gue masuk SMA, gue bakal jadi kupu-kupu cantik yang diincar banyak cowok ganteng." mata coklat Disa tampak membulat mengekspresikan kekesalannya.

"kagak bakal ada cowok yang deketin lo sebelum dia lulus uji kelayakan yang gue bikin."

"Lo kira angkot, pake ada uji kelayakan segala?" Disa tergelak menanggapi kalimat Damar.

Menaruh pilox di tangannya lalu menghampiri Disa di tempatnya. Mereka duduk berhadapan dan Damar sedikit mencondongkan tubuhnya pada Disa.

"Jangan pernah mikirin cowok lain selain gue! Terlebih lo nangis gara-gara sakit hati sama cowok. Lo harus inget, semua cowok itu brengsek, kecuali gue." tegasnya dengan tatapan yang mengunci mata Disa.

Disa mengangguk pelan namun bibirnya tersenyum meledek. "Lo juga brengsek, makanya gag ada cewek yang mau jadi pacar lo."

Damar berdecik. "Gue gag butuh pacar. Gue cuma butuh 1 temen cewek doang." Menarik kaki Disa lalu menempatkan kepalanya di paha Disa.

"Tak!" satu jitakan mendarat di dahi Damar.

"Anjrit! Sakit sa." Damar segera bangun seraya memegangi dahinya yang berdenyut ngilu.

"Bodo!" timpal Disa yang segera bangkit dan menjauh dari Damar.

Ia lebih memilih berdiri di depan dinding yang belum selesai di gambari Damar, seperti yang Damar lakukan saat ini. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu. Yang jelas ia hanya tersenyum tipis.

*****

Wajah kusut dan penampilan berantakan menjadi ciri khas dari seorang Kean. Saat ini ia tengah menemui Reza, sahabatnya di galeri musik miliknya. Reza baru menghampiri setelah mahasiswanya pulang dan jam pelajaran berakhir.

“Kusut amat lo, gimana kantor?” tanya Reza seraya menyodorkan secangkir kopi pada Kean.

Kean  tidak menyahuti, ia hanya memijat pelipisnya yang terasa tegang. “Kayak biasa.” jawabnya dengan malas.

Ia mengambil cangkir yang di sodorkan Reza dan mulai menyesap wanginya.

“Lo udah ngomong lagi sama bokap lo?”

Reza duduk bersebrangan dengan sahabatnya.

Kean  tidak menyahutinya, ia lebih memilih meneguk kopi di tangannya dan merasakan rasa pahit yang masuk ke tengorokannya.

“Lo bisa kan kalo gag usah nanya tentang kantor dan bokap gue?” Kean menatap Reza dengan tajam. Ada banyak keenganan di matanya saat mendapat dua pertanyaan tersebut.

“Owh, okey sorry.” Reza mengangkat kedua tangannya. “Kalo gitu, kapan rencana lo mulai boxing lagi? Bang nasep udah nunggu lo di ring.” Reza mengganti topik pembicaraan dengan olahraga favorit sahabatnya.

Kean  tampak tersenyum, ia mengepalkan tangannya dan memperhatikan kepalannya yang cukup besar.

“Minggu depan gue main. Bilangin sama bang nasep buat nyiapin gue lawan yang sebanding.” ujarnya mengagumi kepalannya sendiri.

“Okey, nanti gue kabarin bang nasep.” Reza ikut menikmati kopi di cangkirnya.

Tak lama terdengar suara langkah kaki yang menghampiri keduanya. Adalah Nita yang menunjukkan senyumnya pada dua anak muda tersebut.

“Kean, apa kabar nak?” tanya Nita saat melihat Kean .

“Baik tante.” Kean  segera berdiri dan menyambut tangan Nita untuk ia cium. “Tante apa kabar?”

“Baik nak. Wah, kamu tambah ganteng aja. Tinggi banget lagi.” puji Nita saat memandangi sosok Kean yang tinggi menjulang.

“Iya mah, sayang jomblo.” ledek Reza dengan kekehan di ujung kalimatnya.

“Ngeledekin. Kamu juga jomblo!” Nita mencubit gemas pipi putranya. Reza kembali terkekeh. “Kapan sih kalian nikah? Jangan mikirin kerjaan mulu dong.”

“Lain waktu mungkin tante.” hanya itu sahutan Kean  yang tidak terlalu antusias.

“Jangan di tunda, nanti kalian nyesel.” Nita mengusap wajah Reza yang menyandarkan kepalanya di bahu kanannya.

Kean  hanya tersenyum melihat kehangatan sahabat dengan ibu kesayangannya.

“Ngomong-ngomong mamah ada apa main ke sini?” Reza mengalihkan pembicaraannya. Ia tahu Kean  tidak suka membahas hal seperti ini.

“Em ini, ada yang mau ngambil alat lukisnya. Mamah udah janjian sama dia, katanya bentar lagi dateng.” Nita melihat kembali layar ponselnya.

“Anak yang mamah ceritain?”

“Iya, anak itu. Nanti mamah kenalin sama kalian. Anaknya manis dan menyenangkan.”

“Em gag usah tante, saya mau permisi pulang kok.” Kean  melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah cukup sore.

“Lo kok buru-buru sih. Main dulu aja lah.”

“Lain waktu kean sempatin main lagi ke sini.”

“Okey, reza nganter kean dulu mah.”

“Iya, hati-hati di jalan kean.”

“Iya tante.”

Reza pun berlalu pergi bersama Kean. Mereka menuju tempat di mana Kean memarkirkan mobil sportnya.

“Sorry, soal omongan nyokap tadi.” ujar Reza sebelum Kean  masuk ke dalam mobilnya.

“Santai, semua ibu emang kayak gitu. Tapi lo tau kan kalo gue gag niat married?”

“Ya gue harap sih, lo cuma nunggu orang yang tepat.”

“Gag akan pernah ada wanita yang tepat buat gue.” tegas Kean  dengan tatapan kosongnya.

Reza hanya tersenyum, memang sangat sulit mengubah prinsip sahabatnya.

“Okey, hati-hati di jalan. Kabarin kalo lo mau main ke bang nasep.”

“Hem!” Kean segera masuk ke mobilnya. Menyalakan mesinnya dan dalam beberapa saat hanya tinggal asap knalpotnya yang tertinggal.

Reza masih berdiri di tempatnya, memandangi ke arah berlalunya mobil Kean . Terkadang ia cukup prihatin melihat kehidupan sahabatnya yang tampak sangat sempurna padahal sangat menderita. “Sang pewaris” kalimat yang sangat di benci Kean  selama hidupnya.

Reza kembali masuk ke dalam galerinya. Tampak Nita yang tengah berbincang dengan seorang wanita muda. Gadis dengan rambut terkepang dan tampilan tomboynya. Reza cukup terkejut melihat wanita yang berbincang akrab dengan ibunya. Mengingat Nita sangat memperhatikan penampilan orang-orang di sekitarnya.

Celana jeans, kemeja yang tidak di kancingkan, kaos polos dan sneaker, sungguh bukan tipe wanita yang seharusnya di banggakan oleh ibunya.

“Za, sini nak. Kenalin ini paradisa.” Nita memanggil Reza yang terpaku di tempatnya.

Reza segera menghampiri Nita dan gadis di hadapannya.

“Anda?” adalah Disa yang begitu terkejut melihat laki-laki di hadapannya.

Reza mengernyitkan dahinya, ia mencoba mengingat di mana ia pernah bertemu dengan gadis ini.

“Kalian saling kenal?” Nita lah yang lebih penasaran.

“Perpustakaan.” begitu suara yang keluar dari mulut keduanya.

“Oh ya ampun,... Kan kata mamah juga kamu pasti kenal sama paradisa. Dia ini yang design-in baju mamah. Dia juga kuliah di kampus tempat kamu ngajar.” cerocos Nita dengan senyum yang merekah di bibirnya.

“Ohh, hay apa kabar?” Reza mengulurkan tangannya pada Disa.

“Baik. Maaf saya gag tau kalau bapak dosen di kampus.” Disa menyambut uluran tangan Reza.

“Gag pa-pa, santai aja. Lagian kamu gag perlu manggil saya bapak, kesannya saya tua banget.” Jabatan tangan keduanya pun terlepas.

Disa masih begitu terpesona melihat sosok di hadapannya. Wajah tampannya dan senyumnya yang ramah.

“Oh iya pak.”

“Reza, panggil saya reza.” Reza kembali mengingatkan. Disa hanya mengangguk dengan wajah yang merona. “Saya dengar, kamu mau mengambil alat-alat lukis kamu. Kenapa harus di ambil?” tanya Reza kemudian.

“Em anu pak, eh anu, saya gag mau kanvas dan alat lukis saya memenuhi gudang di sini.” tutur Disa dengan canggung.

“Oh saya gag ada masalah. Justru saya mau minta izin untuk memajang lukisan kamu untuk menghiasi dinding di galeri ini.

“Hah, bener pak? Eh maksudnya reza, ato saya panggil apa?” Disa menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak gatal. Ia benar-benar salah tingkah.

“Reza. Cukup reza, okey.” Reza kembali mengingatkan.

“Oh baik. Re-za.” Disa mengeja suku kata nama Reza.

“Iya lagi pula, kalau lukisan kamu di ambil, dinding di sini bakal sepi. Gag cantik lagi.” Nita meraih tangan Disa untuk ia genggam dengan erat.

Reza ikut memperhatikan genggaman tangan Nita dan Disa.

“Em, baik bu. Saya tidak akan mengambilnya.”

Nita mengangguk sebagai respon.

“Oh iya, saya denger kamu kuliah juga? Ngambil jurusan apa?” Reza yang mulai penasaran.

“Em, sebenarnya saya udah berhenti kuliah sebulan lalu dan memilih untuk bekerja.” terang Disa dengan hati-hati.

“Oh ya, tidak masalah. Banyak cara untuk meraih mimpi.” tandas Reza yang terasa seperti sebuah penyemangat untuk Disa. Ia pun mengangguk setuju. “Kalau ada waktu senggang, kamu boleh main ke sini dan ngelukis di sini. Kapan pun kamu mau.” lanjutnya lagi.

“Terima kasih, terima kasih banyak.”

“Iya disa, datanglah ke sini sesekali. Selain kamu bekerja, kamu juga harus menyenangkan diri kamu dengan melakukan apa yang kamu sukai.”

“Iya bu, terima kasih banyak.”

Mereka kembali berbincang seraya berkeliling di galery yang sudah Reza ubah. Kesannya lebih muda dan cozy di banding sebelumnya dan dipastikan mahasiswanya suka berada di tempat ini.

******

 

 

Terpopuler

Comments

Kristina Situmeang

Kristina Situmeang

wah,belum waktunya bertemu sma kean ya

2021-11-07

0

Jeng Anna

Jeng Anna

Wahhh sepertinya Disa bakalan disukai 3 cowok niihhh

2021-07-09

0

💋andhung andria💝

💋andhung andria💝

kayaknya pak reza orang yg baik..kali aja dia berjodoh sama disa..secara klo orang baik akan berjodoh dengan orang baik hehehe..

aku nggk berharap ceritanya kayak novel lain bisa dapat jodoh orgnya terlalu arogan

tp kembali lg ke authornya siih hehehe..
tetep semangat yaa 👍👍👍👍

2021-05-14

3

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!