Tugas baru

Pagi itu, Kinar mengumpulkan semua pelayan di dapur.  Wajahnya terlihat serius memandangi satu per satu wajah wanita muda di hadapannnya. Yang bekerja di rumah ini memang berusia kisaran 20 – 30 tahunan dan Disa adalah yang paling muda.

Mereka tengah harap-harap cemas menunggu pengumuman apa yang akan di berikan Kinar. Apakah pemecatan lagi, pengurangan gaji atau ada lagi pelayan yang harus ia omeli. Entahlah, terlalu sulit menebak air muka Kinar.

“Tuan besar memanggil saya dan memberikan tugas penting untuk saya dan kalian.” memulai kalimatnya dengan tegas dan lantang. Matanya menyapu setiap tatapan tegang pelayan di hadapannya.

“Ayolah jangan di jeda, ini membuat kami semakin gugup.” mungkin gumaman itu yang tengah diucap oleh Disa dan teman-temannya dalam hati. Mereka hanya saling melirik dan berusaha menyiapkan mental mereka.

“Beliau meminta satu pelayan untuk melayani tuan muda.” lanjutnya dengan tatapan yang ia sebar ke setiap wajah, seperti sedang menunggu respon tiap wanita di hadapannya..

Disa melirik teman-temannya yang tiba-tiba menunduk tanpa berani menatap Kinar. Sepertinya ada yang tidak beres. Mereka bahkan berjalan mundur satu langkah dan tinggallah Disa di tempatnya, satu langkah lebih dekat dengan Kinar.

Jantung Disa berloncatan, bagaimana bisa teman-temannya menjadikannya tumbal. Ia bahkan tidak bisa menolak saat kedua mata Kinar menatap tajam bola mata Disa. “Disa, kamu yang akan melayani tuan muda.” tegasnya dengan yakin dan mantap.

“Fiuh....” terdengar helaan nafas dari teman-temannya. Mereka kembali tertunduk saat mata Kinar menatap mereka dengan tajam.

“Melayani?” Disa mengutip satu kata milik Kinar yang membuatnya cukup berfikir. Mengapa teman-temannya harus setegang itu seolah enggan menerima tugas dari tuan besarnya.

“Ya, melayani tuan muda.” tegas Kinar seraya menepuk bahu Disa.

Pikiran Disa mulai menerka hal aneh dari kata “Melayani” yang di tegaskan Kinar dan ketakutan teman-temannya. Apa batasan kata “Melayani” yang di ucapkan Kinar.

“Ayolah disa, jangan berfikir macam-macam!” Disa mengingatkan isi kepalanya sendiri. Tidak mungkin kan ia harus berfikir terlalu jauh seperti kata "Melayani" di Zaman kerajaan?

“Kamu harus merapikan rumah tuan muda, menyiapkan pakaiannya dan memasak untuknya.” terang Kinar.

“Okey, udah ada kata “dan”, berarti hanya itu tugasku.” gumam Disa yang bisa bernafas lega. Ternyata pikirannya terlalu nakal untuk membayangkan kata “Melayani” yang diucapkan Kinar.

Wajahnya mulai terlihat tenang.

“Kamu ke sana pagi-pagi, menyiapkan sarapan, menyiapkan baju tuan muda dan semuanya harus selesai sebelum jam 7 pagi, tepatnya sebelum tuan muda bangun. Jangan pindahkan barang dari tempatnya kecuali kamu sedang merapikannya. “ Kinar mulai berjalan perlahan seraya memberikan Disa instruksi.

“Jangan masuk ke kamar tuan muda karena beliau sangat tidak suka orang lain menyentuh barang pribadinya. Jangan bertemu dengan tuan muda apalagi membuat kesalahan karena beliau tidak suka melihat orang asing di rumahnya. Sore hari kamu harus kembali ke sana untuk memasak makan malam dan kembali ke sini sebelum tuan muda pulang kerja. Tepat jam 5 sore. Jangan terlambat dan jangan ada kesalahan atau kamu akan kehilangan pekerjaan ini.”

Kinar menepuk bahu Disa dan membuatnya terperanjat. “Apa kamu paham?” bisiknya dengan penuh penekanan.

“Iya bu, saya paham!” sahut Disa dengan cepat.

“Okey, karena salah satu sopir kita mengundurkan diri dan kita belum mendapatkan penggantinya, jadi kamu bisa naik taksi untuk pergi ke rumah tuan muda. Dan satu lagi, tuan muda tidak suka jika pelayan mencicipi makanan untuk beliau. Jadi masaklah tanpa harus mencicipinya dan pastikan itu enak!”

Kalimat terakhir membuat bahu tegak Disa melorot. Begitu banyak aturan dan pantangan yang sangat sulit. Semuanya di dominasi dengan kata “Jangan.” Pantas saja teman-temannya seperti enggan mendapat tugas ini.

“Ingat, jangan membuat kesalahan.” Kinar kembali menepuk bahu Disa.

Dan kali ini Disa hanya mengangguk pelan. Ia mulai ragu, apakah ia benar-benar tidak akan membuat kesalahan?

*****

Disa masih memandangi daftar tugas yang diberikan Kinar padanya. Ia duduk sendirian di depan kamarnya seraya membayangkan apa yang akan ia lakukan kemudian di rumah tuan mudanya.

“Hay...” sapa sebuah suara.

Disa mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dan terlihat Nina yang menghampirinya. Ia menyodorkan segelas minuman hangat pada Disa.

“Makasih na,..” Disa menyambut gelas tersebut.

“Sama-sama.” Nina ikut duduk di samping Disa dan memandangi daftar tugas yang di terima temannya.

“Na, kamu pernah ketemu tuan muda?” Disa memulai pencarian informasinya.

Nina mengangguk dan mendekatkan tubuhnya pada Disa. “Kalo mau ngomongin tuan muda, pelan-pelan aja. Bu kinar galak kalo denger tuan muda di bahas. Katanya takut kedengeran sama tuan besar. “ Nina memelankan suaranya.

“Emang kenapa? Bukannya aku di suruh melayani tuan muda juga atas perintah tuan besar?” Disa semakin penasaran.

“Iyaa.. Tapi beberapa hari sebelum kamu kerja di sini, tuan besar sama tuan muda berantem hebat. Tuan muda milih keluar dari rumah ini dan tuan besar nurunin semua foto keluarga yang ada tuan mudanya, makanya,..”

“EHEM!!!” sebuah suara mengagetkan Disa dan Nina.

Mulut mereka mengatup dengan cepat dan wajahnya tampak tegang.

“Kalian bisik-bisik apa?”

Bahu Disa dan Nina sama-sama menegang saat sadar pemilik suara itu adalah Kinar. Mereka segera menoleh dengan wajah tegang.

“Em , ini bu. Bahas tugas disa.” ujar Nina, berbohong.

Pandangan Kinar kali ini beralih pada Disa yang sudah berkeringat dingin. “Kenapa? Kamu mau mundur dan berhenti kerja di sini?” tanya Kinar yang lebih terdengar seperti ancaman.

“Em, enggak bu. Saya cuma lagi nyusun rencana aja.” sahut Disa dengan cepat. Ia tidak bisa mengontrol suaranya yang berubah parau saat sedang berbohong.

Tidak sepenuhnya berbohong hanya saja saat ada yang ditutupi, Disa selalu merasa itu sebuah kebohongan.

Kinar melirik kertas yang di genggam Disa, dan memang berisi daftar tugas yang ia buat.

“Kamu saya kasih libur 2 hari sebelum memulai pekerjaan yang baru. Pelajari semua yang saya tugaskan dan kalau perlu latihan memasak, ini bukunya menunya.”

Kinar menyerahkan 2 buku menu pada Disa.

“Terima kasih bu.”

Bisa Disa lihat, menu masakan rumahan dengan menu campuran eropa. Ayolah, nama menunya saja sangat sulit apalagi memasaknya. Dan 2 hari, apa Kinar sedang becanda?

“Bu, kalau perjalanan dari sini ke rumah tuan muda berapa lama?”

“10 menit dengan mobil.”

“Apa boleh kalau saya menggunakan sepeda?”

“Tidak masalah asal kamu tidak terlambat.”

“Baik bu, terima kasih.”

Kinar hanya menggelengkan kepalanya. Gadis yang aneh, memilih memakai sepeda daripada mobil, begitu pikirnya. Namun bagi Disa sepertinya ini akan lebih menyenangkan.

Sepeninggal Kinar, Disa dan Nina kembali duduk. Mereka sama-sama membaca satu per satu halaman buku menu yang ada di tangan Disa. Dahi mereka sama-sama berkerut, membayangkan cara membuat menu makanan yang sangat cantik di pandang mata, namun entah lah seperti apa rasanya.

"Sini, aku punya menu rahasia." Nina mengeluarkan buku catatan dari saku berenda miliknya. Lengkap dengan sebuah ballpoint.

"Menu rahasia apa?" penasaran dan mendekat.

"Kamu baca aja, jangan berreaksi." Nina menoleh ke kanan dan kiri sebelum menulis menu yang ia maksud. Disa ikut menoleh, sepertinya resep yang di maksud Nina sangat rahasia.

Nina mulai menulis lantas menunjukkannya pada Disa. "Kabar buruknya, tuan muda lebih menyebalkan dari nona muda dan lebih resek. Sangat introvert. Kabar baiknya, dia ganteng. Badannya bagus dan suaranya bikin kita berasa di bisikin lagu-lagu cinta. Seneng banget kalo bisa curi-curi pandang." tulis Nina yang di akhiri dengan emot love.

"Kamu pernah ketemu?"

"Ssttt... Tulis aja!" Nina menyodorkan bukunya pada Disa, suaranya masih berbisik. Rupanya lawan bicaranya lupa aturan untuk baca saja dan jangan berreaksi.

"Kamu pernah ketemu?" Disa mengulang pertanyaannya dengan tulisan.

"Pernah liat, tapi gag kuat. Gag bisa ngedip, silau banget." Nina melengkapi tulisannya dengan gambar bunga dan love.

Hanya bisa tersenyum samar melihat kelakuan temannya yang kegirangan sendiri. Tidak terbayangkan seperti apa sosok yang di puja sekaligus di takuti oleh teman-temannya.

*****

Memakai baju kasual, menyisir rambut dan mengikatnya tinggi-tinggi, lalu memasukkan barangnya ke dalam tote bag dan tak lupa memakai sneaker untuk membungkus kakinya.

Disa sudah bersiap, hari ini ia berencana menemui Meri dan mempelajari beberapa hal. Ia pun harus ke suatu tempat untuk mengambil barang miliknya.

Di dalam tote bag-nya Disa membawa 2 buah buku yang diberikan Kinar, dompet kecil, ponsel dan sekotak lauk pauk sebagai buah tangan untuk Meri. Dengan langkah yakin ia keluar dari rumah besar ini untuk menemui Meri.

Dengan bis kota, Disa menuju kediaman Meri. Ia turun di tepi jalan raya lalu masuk ke gang-gang sempit dengan berjalan kaki. Langkahnya terasa ringan dan ia tidak sabar bertemu dengan tante yang ia rindukan.

“Pulang dis?” tanya Eko saat melihat Disa melintas di depan bengkelnya.

“Iya kak.” hanya itu sahutannya dan Disa kembali meneruskan langkahnya. Beberapa orang yang sudah lama tidak ditemuinya menyapa Disa dengan ramah.

Di depan pintu rumah Meri saat ini Disa berdiri. Ia hendak mengetuk pintunya namun siapa sangka pintu terbuka lebih dulu.

“Disa?!” adalah Damar yang tampak terkejut melihat kedatangan Disa.

Rambutnya masih berantakan dan hanya mengenakan celana boxer dengan kaos dalam. Mungkin ia akan ke warung untuk membeli kopi dan rokok.

“Hay! Tante ada?” tanya Disa yang terlihat rapi, manis dan wangi seperti biasanya.

Damar tidak menyahuti. Ia membukakan pintu lebih lebar untuk mempersilakan Disa masuk. Ia pun bergegas pergi ke warung untuk membeli apa yang ia perlukan.

“Assalamualaikum... Pagi tante.” sapa Disa saat melihat Meri yang tengah berjibaku di dapurnya.

Wanita yang khas dengan dua koyo di pelipisnya itu tampak berbalik dan terlihat terkejut melihat kedatangan Disa.

“Wa'alaikum salam. Disa? Kamu?” Meri segera mencuci tangannya dan mengeringkan tangannya dengan baju daster yang ia kenakan.

Disa menghampiri Meri, meraih tangannya lalu menciumnya.

“Tante apa kabar?” tanyanya kemudian.

“Ba-baik..” Meri tergagap.

Ia masih tidak percaya kalau Disa akan mengunjunginya. Padahal jelas, waktu itu gadis ini seolah ingin pergi dari hidupnya dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

“Duduklah.” lanjut Meri kemudian.

Disa menarik satu kursi meja makan lalu terduduk di sana. Begitu pun dengan Meri.

Memandangi gadis muda di hadapannya yang terlihat lebih segar membuat Meri menghela nafasnya lega. Mungkin gadis ini hidup lebih baik tanpa omelan, teriakan atau kemarahan yang kerap di lontarkannya. Dan rasanya, ia merindukan moment di mana setiap hari Disa ada di dekatnya dan selalu menuruti apa pun yang ia suruh.

“Aku bawa ini buat tante.” Disa mengeluarkan kotak makanan dari dalam tote bag-nya. “Aku harap tante dan kak damar suka.”

Meri memandangi kotak makanan tersebut lalu membukanya. Menu makanan yang cukup asing untuk orang seperti Meri.

“Apa ini makanan sisa dari rumah orang kaya itu?” sinis Meri dengan sedikit kesal. Selalu, pikiran Meri tidak sejalan dengan maksud Disa.

Disa cukup terkejut dengan respon yang ditunjukkan Meri. Padahal ia berharap Meri menerima makanan yang dibuatnya dengan senang hati dan memberitahunya apa saja kekurangan dari masakan yang dibuatnya.

“Em, bukan tante. Ini disa yang masak. Disa lagi belajar menu masakan yang cukup asing dan disa harap tante mau mencicipinya dan ngasih disa masukan.” Disa mengambil sendok yang ia berikan pada Meri. “Hem, tante mau coba kan?”

Masih memandangi Disa namun ia pun mengambil sendok yang di sodorkan keponakan sambungnya. Ia mulai memperhatikan menu yang ada di hadapannya dan mencicipinya.

“Gimana tante?” tanya Disa dengan tidak sabar.

“Kenapa kamu harus nanya tante? Bukannya kamu ada buku resep bagus ini?” Menaruh sendoknya di samping kotak makan.

Disa tersenyum sebelum menimpali kalimat Meri. Ia merindukan judesnya sang tante yang tiada tara.

“Em, disa pikir, walaupun disa udah ngikutin resep ini, tapi tetep aja disa ragu. Dan disa inget, masakan tante selalu enak, semua orang suka walaupun tanpa buku resep. Itulah kenapa disa mau belajar dari tante.” tutur Disa dengan sebenarnya.

Meri hanya menghela nafas dalam melihat raut wajah Disa dan kesungguhan yang ditunjukkan gadis muda ini. Ia kembali mengambil sendok yang ada di hadapannya dan mencicipi menu lainnya dari dalam kotak makan itu.

“Lumayan.” ujarnya.

Terkembang senyum di bibir Disa, baginya kata lumayan dari Meri sangatlah berarti.

“Gimana kalo kita coba masak yang lain tan?” Disa dengan antusiasme yang tinggi. Lihat saja wajahnya yang terlihat begitu ceria dan penuh semangat.

“Tante gag punya bahan-bahan di rumah.”

“Kita akan ke pasar. Tante mau kan?”

Meri hanya mengendikan bahunya namun Disa yakin tantenya setuju.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Novie Achadini

Novie Achadini

disa nikah dg tuan muda nadib danar makin nelangsa

2023-08-28

0

abdan syakura

abdan syakura

iiihhhhhh kang Damar...
surprise kann?????

2023-01-29

0

vita viandra

vita viandra

kenapa baru nemu... ceritanya bner" keren...

2022-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!