Jenar

“Disa... syukurlaahh... Kamu menyelamatkanku...” ujar Nina seraya memeluk Disa dengan erat.

Ia sangat bersyukur akhirnya nona mudanya bisa berangkat ke sekolah tanpa membuat keributan yang lebih dahsyat. Kalau saja ia tidak teledor, mungkin ia tidak akan menjadi penyebab kemarahan non mudanya.

“Iya, syukurlah masalahnya tidak berkepanjangan.” Ungkap Disa yang juga ikut merasa lega.

“Kamu harus lebih memperhatikan pekerjaanmu nina, jangan bodoh dan gegabah seperti tadi.” Kinar yang melihat Nina tersenyum tenang kembali membuat wajah gadis itu menegang seketika.

Tatapan Kinar masih dingin bercampur kekesalan atas masalah yang di buat bawahannya.

“Baik bu saya minta maaf. Saya janji ke depannya akan lebih hati-hati dan mohon jangan pecat saya.” Nina menghiba di hadapan Kinar.

“Soal pemecatan, saya tidak yakin.” Timpal Kinar seraya menatap Nina dengan tajam. "Kita lihat seberapa beruntung kamu kali ini." seperti ada ancaman yang terselip dari kata-kata Kinar dan membuat Nina bergidik. Ia menoleh Disa dengan wajah memelasnya, Disa hanya menggeleng tidak tahu harus berbuat apa.

Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Perhatian para pelayan tertuju pada pintu masuk dapur dengan bayang laki-laki yang semakin mendekat.

“Selamat pagi pak marwan...” sapa Kinar saat melihat sosok yang sempat membuat jantungnya gugup tidak karuan. Mereka berfikir mungkin tuan besar mendengar kegaduhan mereka.

“Selamat pagi. Tuan besar memintamu untuk ke ruang kerjanya.” Tutur Marwan seraya melirik Nina dan Disa.

“Baik pak, saya akan segera menemui tuan besar.” Sahut Kinar seraya mengangguk.

Marwan tidak menimpali, ia segera berlalu untuk menemui tuan besarnya lebih dulu.

“Bu, apa saya akan di pecat?” suara Nina yang pertama terdengar setelah Marwan berlalu.

Kinar tidak menjawab sedikit pun, ia hanya menghembuskan nafasnya kasar seraya menatap Nina dengan kesal. Jika Nina sampai di pecat, ia akan semakin pusing untuk mencari pelayan baru yang belum tentu lebih baik dari Nina. Kinar pun pergi, dengan perasaan tidak tenang yang nyaris sama di rasakan oleh Nina.

“Disa, gimana kalo aku di pecat? Aku sudah bekerja 2 tahun di sini dan kondisi ekonomi keluargaku membaik, kalau sampai aku di pecat, aku harus gimana?” Nina sudah tidak bisa lagi menahan laju air matanya.

“Tenang nina, semoga semuanya baik-baik saja...” Disa mengusap punggung Nina yang tersedu di hadapannya.

“Iya, mudah-mudah bukan pemecatan, cuma pengurangan gaji aja kayak biasanya.” Timpal Tina yang ikut mendekat.

Tangis Nina semakin pecah. “Kalau gajiku di potong lagi, gimana aku bayar cicilan handphoneku yang baru 4 bulan?” ungkapnya dengan sedih.

Tidak ada satu pun yang menimpali. Masing-masing dengan pikirannya yang tidak bisa menenangkan Nina. Mungkin memang sebaiknya mereka membiarkan dulu Nina menangis hingga puas.

****

“.....Heal the world, Make it a better place. For you and for me, and the entire human race. There are people dying. If you care enough for the living. Make a better place for you and for me,.....”

Bait ini menjadi bait terakhir yang dinyanyikan Shafira bersama teman-temannya. Shafira dengan suara indahnya, berdiri di jajaran paling depan dan central. Ia terlihat manis dengan seragam paduan suara yang dikenakannya.

Para guru dan dewan sekolah serta teman-temannya memberikan tepuk tangan yang gemuruh saat part melodi terakhir rampung mereka nyanyikan. Mereka membungkukkan tubuhnya memberi tanda hormat sebelum turun dari panggung aula sekolah tempat mereka tampil.

Shafira bersekolah di sekolah bertaraf internasional. Sekolah yang tidak hanya mengadu kemampuan kognitif tapi juga kekayaan para orang tuanya. Sistem kasta seolah berlaku di sekolah ini. Ia adalah salah satu putri konglomerat yang banyak mencuri perhatian guru dan teman-temannya. Bukan karena prestasi akademiknya yang gemilang melainkan karena penampilannya yang serba branded dan modern, juga suaranya yang memang patut di puji.

“Syukurlah, semua berjalan lancar. Kepala sekolah sangat bangga dengan penampilan kalian.” Puji guru seni musiknya seraya mengusap bahu Shafira.

"Yeaayy syukurlah..." seru Shafira dan teman-temannya.

Mereka terlihat lega bisa menyelesaikan salah satu tugasnya dalam acara yang di adakan sekolah.

Di sekolah ini memang sering diadakan kegiatan di luar pembelajaran dan melibatkan banyak tetamu dari berbagai kalangan. Seperti saat ini, sekolah Shafira mengadakan penggalangan dana untuk korban bencana dan penampilan paduan suara seolah menjadi hal wajib di setiap kegiatan seperti ini.

“Ya udah, kalian istirahat dulu. Nanti tampil lagi setelah closing kepala sekolah. Shafira, good job!” Tukas Andini, guru seni musik Shafira. Ia mengacungkan jempolnya pada Shafira yang berperan sebagai tokoh central dalam paduan suara mereka.

“Iya bu,..” sahut Shafira dengan senyum terkembang.

Hanya dalam bidang ini Shafira bisa mendapatkan pujian gemilang, hal lainnya sepertinya ia harus menyerah.

“Ke kantin yuk fir,..”ajak temannya Diana.

“Ayok. Tapi gue ke kelas dulu, ada yang ketinggalan.”

“Ya udah, gue tunggu di sana ya. Mau gue pesenin sekalian gag?”

“Boleh, kayak biasa ya.”

“Siap!” seru Diana seraya melakukan hormat singkat pada Shafira.

Shafira hanya tersenyum kemudian berlalu menuju kelasnya. Ia melewati koridor kelas-kelas dan tangannya yang iseng sembari mengusap dinding yang ia lewati. Shafira memang seperti ini, ia tidak bisa berjalan tanpa menyentuh benda di sekitarnya.

“Astaga!” seru Shafira saat tiba di mulut kelasnya.

Ia hampir bertabrakan dengan teman sekelasnya Malvin. Malvin adalah salah satu anggota paduan suara yang piawai memainkan piano. Sikapnya yang dingin, membuat Shafira tertarik sejak mereka berada di kelas yang sama. Mungkin Malvin mewakili kasta minoritas di sekolah ini. Ia masuk ke sekolah ini bukan karena kekayaan milik orang tuanya, melainkan karena kecerdasannya dan bakat bermusiknya.

Tidak banyak hal yang Shafira tahu tentang Malvin karena sosoknya yang misterius dan jarang berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Namun mendengar suaranya saja, kadang membuat Shafira refleks menoleh pada laki-laki bermata tajam tersebut.

Seperti saat ini, jantung Shafira nyaris copot, bukan hanya karena kaget tiba-tiba bertemu Malvin di mulut kelas tapi karena melihat sorot mata dingin yang terasa menusuk jantung Shafira. Tapi ekspresi Malvin masih tetap dengan wajah datarnya tanpa terkejut sedikit pun.

Hal klasik terjadi, saat Shafira memilih ke kiri, Malvin pun memilih arah yang sama. Saat bergerak ke kanan, kembali bersamaan dengan langkah Malvin.

Malvin menghentikan langkahnya, “Kamu mau lewat mana?” sela bibir itu mengeluarkan suara yang membuat jantung Shafira berdenyut ngilu. Dan tatapannya yang tajam, membuat Shafira tergagap hanya untuk sekedar memilih kiri atau kanan.

“Ki, ri.” Ujarnya yang malah bergerak ke kanan.

Malvin hanya menggeleng. Lihatlah gadis bermata bulat ini bahkan tidak bisa membedakan mana kiri dan mana kanan.

Malvin menyentuh kedua bahu Shafira membuat pandangan mereka bertemu dengan jarak yang cukup dekat. Untuk beberapa saat Shafira menahan nafasnya dengan bibir terkulum. Tak lama Malvin menggeser tubuh semampai itu ke arah yang di maksud Shafira dan ia pun berlalu begitu saja dari hadapan Shafira.

“Fiuhh.....” Shafira menghela nafasnya lega.

Ia menyentuh dadanya yang berdebar sangat kencang. Gila, sebesar ini damage dari seorang siswa terpandai di kelasnya. Dingin, tenang, misterius dan menggetarkan.

“Astaga, gue bisa pingsan.” Gumam Shafira seraya bersandar pada dinding untuk menenangkan dirinya sendiri.

******

Menunggu pakaian yang di cucinya kering, Disa kembali ke kamarnya dan mengambil ponsel jadul miliknya. Selama beberapa hari ini, ia memang belum sempat berbagi kabar dengan Meri tapi sepertinya tantenya baik-baik saja karena tidak ada satu pun pesan atau panggilan yang masuk ke ponselnya.

Disa berniat menghubungi seseorang yang sangat di rindukannya. Adalah Jenar, keluarga satu-satunya yang masih hidup di kampung halamannya. Jenar adalah ibu dari mendiang ayahnya yang saat ini tinggal bersama keponakannya.

Benda berukuran 105 x 44 x 20 mm dengan nada dering monophonic dan layar hitam putih itu mulai menyala menghibarkan cahaya putih yang menerpa wajah manis Disa. Ia mencari nomor Bi Imas, kerabat yang tinggal bersama Jenar dan dalam beberapa saat panggilan pun tersambung.

“Halo, siapa ini?” suara Jenar terdengar jelas dari sebrang sana, malah sangat keras.

“Halo nek, ini Disa..” sahut Disa dengan senyum terkembang di bibirnya.

“Oh astaga, ini si eneng, disa.” Ujar Jenar, mungkin pada kerabatnya.

“Ya udah, nenek ngomong. Tanya gimana kabarnya.” Suara lain terdengar jelas di telinga Disa dan membuatnya kembali tersenyum.

“Neng, gimana kabarmu nak? Apa kamu sehat? Udah makan apa belum?” pertanyaan beruntutan terdengar begitu jelas dari mulut Jenar. Suaranya sedikit bergetar mungkin karena usianya yang sudah sepuh.

“Disa udah makan nek, Disa juga sehat-sehat aja. Nenek gimana kabarnya?”

“Nenek baik. Uang yang kamu kirim nenek pake buat beli obat gosok. Akhir-akhir ini kaki nenek lebih sering sakit.” Ungkap Jenar seraya mengurut sepasang kaki yang sudah tidak sekokoh dulu.

Disa terdiam beberapa saat, rupanya Jenar masih menyimpan uang yang ia kirim beberapa bulan lalu. Apa mungkin ia sengaja menyimpan uangnya agar tidak merepotkan Disa.

“Maaf ya nek, Disa belum bisa ngirim uang lagi. Bulan depan insya allah Disa kirim lagi sama baju buat nenek.”

“Iyaaa... Terima kasih. Yang penting kamu sehat-sehat, jaga diri baik-baik. Nenek di sini baik-baik aja.” Ungkap Jenar dengan tulus. Sangat menyentuh hati Disa.

Disa membayangkan wajah Jenar yang sudah mulai keriput itu tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca. Wajah yang sangat ia rindukan. Mungkin saat ini sang nenek tengah mengusap air matanya dengan ujung baju kebayanya seperti yang biasa ia lakukan.

Disa mencoba menahan tangisnya, ia tidak mau membuat wanita yang begitu di sayanginya merasa sedih.

“Ya udah, Disa kerja dulu ya nek. Kalo libur Disa usahakan pulang jenguk nenek.” Ungkapnya seraya mengusap air mata yang menetes di pipinya.

“Iya nak. “ Jenar menutup panggilannya entah itu sengaja atau tidak. Nyatanya mendengar suara Jenar tidak cukup menghapus kerinduannya selama ini.

Disa menyandarkan tubuhnya di dinding dan masih memandangi ponselnya yang ia genggam dengan erat. Semoga saja hari berlalu dengan cepat sehingga Disa bisa mendapatkan libur dan pulang menemui neneknya.

****

 

 

Terpopuler

Comments

sangke123

sangke123

bahasanya apik ga grasak grusuk....kok baru nemu ya novelnya

2022-05-11

0

Dania esem

Dania esem

keren ...nggak bikin bosen 👍

2021-12-14

0

Kristina Situmeang

Kristina Situmeang

lagi nunggu yg bikin greget yg terjadi di rumah majikan baru disa

2021-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!