Pagar tinggi

POV Disa:

Aku berdiri di sini, di hadapan sebuah pagar setinggi 2 meter dengan rumah yang aku yakini super mewah di dalamnya. Di sampingku ada Damar yang kali ini berbaik hati mengantarku ke tempatku bekerja. Di tangannya ada tas berukuran lumayan besar yang berisi beberapa potong baju.

Aku tidak membawa baju terlalu banyak karena menurut Kak Rina, aku akan diberikan seragam pelayan. Aku masih penasaran dengan seragam yang nanti akan aku kenakan. Semoga saja tidak seperti seragam di cosplay milik Damar dengan rok pendek dan apron yang berrenda di bagian depan.

Melihat pagar yang tinggi ini, semakin mengingatkanku pada derajatku dan derajat tuan rumah yang ada di dalam sana. Mungkin banyak hal yang akan berubah dan aku harus memahami apa keinginan mereka hanya dari cara mereka menatap. Entah mengapa bulu kudukku rasanya merinding membayangkan mereka seperti apa.

“Kalo lo gag betah, lo bisa telpon gue. Nanti gue jemput.” Ujar Damar tanpa mengalihkan pandangannya dari pagar tinggi di hadapan kami. Sepertinya dia bisa membayangkan kengerian seperti apa yang ada di dalam pikiranku yang sering over thinking.

Dengar, dia seolah mencemaskanku, padahal selama tinggal di rumah yang sama, kami jarang berbincang, seperti orang asing yang bertemu hanya karena kebetulan tanpa saling peduli.

Tumben banget dia ngomong manis.

“Gue seneng kalo kakak cemas.” Timpalku yang membuat Damar kali ini menatapku.

“Lo bilang kita udah bukan siapa-siapa lagi, jadi lo bisa berhenti manggil gue kakak.” Damar menatapku dengan laman. Rasanya ada sesuatu yang mau dia sampaikan tapi di tahannya.

Aku hanya tersenyum, sepertinya dia menyimak benar pembicaraanku dengan tante Meri di dapur.

“Sesekali gue akan pulang kak dan gue harap sikap lo bisa berubah saat gue pulang nanti.” Aku berujar dengan penuh kesungguhan.

Damar tidak menolak atau pun mengiyakan permintaanku. Seperti biasa, hanya wajah dingin yang sulit ku tebak yang dia perlihatkan.

****

“Mana identitas lengkapmu?” tanya wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya sebagai Kinar, kepala pelayan di rumah besar ini. Disa menyerahkan kartu tanda pengenalnya pada Kinar. “Paradisa sandhya, seperti apa kami memanggilmu?” tanyanya kemudian.

“Ibu bisa memanggil saya Disa.” Jawab Disa seraya mengangguk sopan.

Kinar memandangi Disa dari atas hingga ke bawah. Sepertinya otaknya sedang men-scan seperti apa gadis yang ada di hadapannya. Disa ikut memperhatikan penampilannya sendiri yang hanya memakai celana jeans belel dengan kemeja kotak-kotak dan rambut yang terkucir. Disa bisa membayangkan seperti apa tuan dan nyonya rumah dari rumah megah ini karena kepala pelayannya pun sangat tegas.

“Simpan barang-barangmu di kamar pelayan dan pakai seragam yang sudah di siapkan. Setelah itu, temui saya di dapur utama.” Ujar Kinar  seraya mengembalikan tanda pengenal milik Disa.

“Baik bu.” Disa menyahuti dengan sopan.

Selepas Kinar pergi, Disa masih memperhatikan sekeliling tempatnya berdiri. Ia yakin ini adalah taman belakang dengan beberapa kursi yang sepertinya tempat bersantai. Tidak jauh dari tempatnya ada beberapa kamar yang berderet seperti kamar kost-an. Mungkin salah satunya adalah kamar Disa kelak.

“Hey... Pelayan baru ya?” sapa seorang gadis dengan seragam pelayannya. Sedari tadi ia mengintip Disa dan Kinar dari balik tembok.

Disa sangat yakin ini adalah seragam pelayan. Dan benar saja, seragamnya sangat mirip dengan yang dibayangkan Disa. Hanya saja, ukuran roknya tidak setengah paha melainkan di bawah lutut.

“Iya, saya Disa.” Disa mengulurkan tangannya pada gadis yang ada di hadapannya.

“Aku tina.” Sahut gadis tersebut dengan senyum ramahnya. “Berapa usiamu?”

“20 tahun.”

“Hem.. kamu bisa memanggilku kakak. Aku 24.” Aku Tina. Disa hanya terangguk patuh. Rupanya senioritas juga berlaku di sebuah dapur istana. “Ayo aku antar ke kamarmu.” Tina berjalan di depan Disa memberi petunjuk.

"Terima kasih kak."

Berjalan di pelataran kamar yang berderet membuat Disa tersenyum sendiri. Begitu ia melangkahkan kaki masuk ke rumah super mewah ini, ia harus sangat bersiap dengan banyaknya kejutan yang tidak pernah ia bayangkan.

Seperti dugaan Disa, kamarnya berada di deretan kamar paling ujung. Kamar yang lebih besar dari ukuran kamarnya di rumah Meri.

“Itu seragammu, gantilah bajumu. Dan jangan terlalu lama karena bu kinar tidak suka menunggu lama.” Terang Tina dari mulut pintu.

“Iya, saya akan segera ke dapur utama.” Timpal Disa, menyanggupi.

Bayangan Tina pun menghilang di balik pintu.

Disa menaruh barang-barangnya di atas tempat tidur, merapikannya mungkin nanti saja. Ia mengukurkan baju seragamnya ke tubuhnya, sangat pas untuk membalut tubuh kurusnya.

Segera Disa mengganti bajunya dengan seragam pelayan. Ia pun mengepang rambutnya lalu mencepolnya dengan menggunakan jepit rambut model sarang burung. Tidak ada sehelai rambutpun yang terurai hingga memperlihatkan leher jenjangnya dengan satu tanda lahir di leher kanannya.

Tak menunggu lama ia segera menghampiri Kinar di dapur utama. Seperti yang Tina katakan, ia tidak suka menunggu.

“Rapikan anak rambutmu.” Adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Kinar saat melihat penampilan Disa.

“Oh baik bu, saya akan merapikannya.” Timpal Disa seraya merapikan anak rambut di dahinya.

“Ini buku aturan yang ada di rumah ini, kamu harus mempelajarinya sebelum melakukan pekerjaanmu.” Kinar menyodorkan sebuah buku catatan kecil pada Disa yang di terima dengan sigap.

“Kamu bertugas mengurus masalah kain dan pakaian. Di sana sudah ada jadwal mencuci dan sebagainya. Perhatikan juga cara menggunakan mesin cuci, mengeringkan pakaian dan menyertika. Selain itu, minta tina untuk menemanimu berkeliling rumah.” Terang Kinar dengan gamblang.

“Baik bu.” Sahut Disa.

Jemarinya mulai membuka satu per satu halaman buku aturan yang ada di rumah. Kalau di lihat-lihat, ini lebih seperti sebuah kontrak kerja yang di buat tersamar dan sepertinya setiap pelayan mendapatkan buku saku yang sama.

Hari pertama masuk ke rumah ini, Disa habiskan untuk belajar peraturan dan berkeliling rumah. Tina pun membisikkan nama orang-orang yang mereka temui. Disa baru tahu bahwa rumah mewah ini memiliki 11 pelayan dan genap 12 dengan Kinar. Rasanya seperti tim sepak bola perempuan bukan?

Di rumah besar ini hanya ada 3 tuan rumah, Tuan besar, nyonya besar dan sang tuan putri yang menurut Tina sangat mengesalkan.

Tidak banyak foto yang terpajang di dinding, hanya ada foto keluarga 3 orang tersebut dan beberapa lukisan mahal dari seorang pelukis terkenal.

Jika mau membandingkan rumah ini dengan rumahnya sebelumnya, mungkin rumahnya sebelumnya setara dengan 1 kamar nona mudanya.

Ralat, bukan rumahnya melainkan rumah Meri.

****

Beberapa hari bekerja di rumah mewah ini, Disa mulai menguasai pekerjaannya. Tuan besar menginginkan segala sesuatu yang super cepat, nyonya rumah yang selalu tidak bisa di tolak keinginannya dan nona muda selalu meminta keinginan yang aneh-aneh memang cukup membuat ritme pekerjaan begitu berwarna. Disa mulai menikmati pekerjaannya walau terkadang sangat melelahkan. Banyaknya pelayan tidak cukup menangani masalah rumah tangga salah satu konglomerat kelas kakap di negara ini.

Seperti hari ini, masalah di mulai dengan teriakan nona muda, Shafira, dari meja makan.

“Kamu gag bisa lihat ya, ini tuh permukaannya gag rata, tumpah kan sayurnya?!” gertak gadis berusia belasan tersebut pada salah satu pelayan.

“Maaf nona, saya tidak sengaja. Saya akan segera membersihkan semuanya.” Ujar Nina dengan suara bergetar.

“Bersihin seperti apa maksud kamu?! Lihat, hari ini aku akan pentas paduan suara di sekolah dan kamu mengotori rok pentasku. Dasar bodoh!” Shafira mentoyor kepala Nina dengan keras.

“Maaf nona, maaf...” Nina hanya bisa meminta maaf dengan mata yang sudah berkaca-kaca menahan tangis.

“Suruh pelayan bagian cuci mengambil rok yang lain dan pecat pelayan bodoh ini!” seru Shafira pada Kinar.

“Baik nona. Mohon tunggu sebentar.” Sahut Kinar dengan tatapan sinis pada Nina.

“Sial! Untuk apa menggaji mahal para pelayan itu kalau mereka gag punya otak!” dengus Shafira seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Sudah, kamu ganti dulu rok mu, ini sudah siang.” Sigit berusaha menenangkan putri bungsunya.

“Dady, rok ini bukan rok seragam. Aku gag tau rok satunya masih muat atau nggak!” keluh Shafira masih dengan wajah kesalnya.

“Sayang, nanti sepulang sekolah kamu bisa pergi ke mall untuk membeli banyak baju tapi sekarang pakai yang ada dulu. Jangan marah, nanti cantiknya luntur.” Ujar Liana seraya mengusap bahu Shafira yang masih menegang karena marah.

“Shit! Aku butuhnya sekarang. Pokoknya aku gag mau tau, aku gag mau liat pelayan bodoh itu lagi.” Shafira mengerucutkan bibir mungilnya dengan tangan tersilang angkuh.

“Nona maaf, ini rok anda.” Disa membawa rok yang di minta Shafira di tangannya.

“Ikut ke kamar.” Sahut Shafira seraya beranjak dari tempat duduknya yang diikuti Disa dan Liana.

Dikamar tidurnya yang sangat cantik dengan nuansa pink, Shafira mulai mengganti roknya.

“Tarik resletingnya!” seru Shafira pada Disa.

“Maaf nona, sepertinya ini sudah tidak muat.” Terang Disa dengan penuh sesal.

“Aaarrgghhhh!! Menyebalkan!” Shafira kembali melepas roknya. “Cepat cuci rok yang itu dan harus kering dalam waktu 10 menit.” Ia menunjuk rok yang berada di lantai.

“Nona maaf, sepertinya waktu 10 menit tidak akan cukup..”

“Terus gimana?!!! Momy, aku kesal!!!” seru Shafira seraya terisak di tepian tempat tidurnya.

“Tenang sayang, momy punya rok yang mirip dengan ini, kamu bisa,”

“Momy tuh gemuk! Momy mau aku keliatan kayak pake gamis!” protes Shafira tanpa mau mendengar kalimat Liana lebih lanjut.

“Saya bisa mengecilkannya nona.” Timpal Disa dengan cepat.

“Bener?” tanya Shafira dan Liana bersamaan. Disa hanya bisa mengangguk.

Dengan cepat Liana meminta Disa pergi ke kamarnya dan mengambil rok tersebut. Setelah itu mereka sama-sama turun ke bawah menuju ruang penyimpanan kain dengan mesin jahit kecil di sana.

Disa mulai mengukur pinggang dan panjang rok yang akan di pakai Shafira dan dalam beberapa saat ia mulai menjahitnya. Bisa terlihat Disa yang begitu fokus menjahit dengan titik-titik keringat di dahinya. Demi apa pun ia sangat gugup terlebih Shafira, Liana dan Kinar memperhatikan pekerjaannya. Tidak, teman pelayan lainnya pun mencuri dengar dari balik jendela ruang linen.

“Silakan nona coba.” Disa menyerahkan rok yang telah selesai ia kecilkan.

Dengan segera Shafira mengambil rok tersebut dan mencobanya.

“Ini terlalu kepanjangan, aku mau 5 jari di atas lutut.” Protes Shafira.

“Tapi nona, kalau saya potong lagi, nona tidak akan nyaman di bagian perutnya dan bagian sini akan menggembung. Dan bukankah nona akan tampil di depan dan dilihat banyak orang, panjang rok segini akan terlihat sopan dan manis.” Terang Disa mencoba meyakinkan nona mudanya.

Shafira tampak mempertimbangkan saran Disa dan saat melihat jam di dinding, sepertinya ia sudah tidak punya pilihan lain. “Ya sudah, aku berangkat sekarang.” Cetusnya yang membuat bahu tegang para pelayan melorot lega seketika.

“Baik nona. Hati-hati di jalan, semoga acaranya sukses.” Timpal Disa seraya membungkukkan badannya.

“Hem...” hanya itu sahutan Shafira untuknya. Dalam beberapa saat, para pelayan yang sedang menguping pun segera berhamburan pergi, menghilangkan jejak masing-masing.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

berasa orang kaya semena2 klo murka

2023-09-19

0

abdan syakura

abdan syakura

aiiisshhhh safiraa...
mahasiswi designer di lawan!!
Good job, Disa!!!

2023-01-29

0

Taurus Mei

Taurus Mei

sumpah ikutan panik dan tegang baca bab ini hfuhh

2023-01-17

1

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!