Cewek galak dan Liar

“Gimana, udah selesai?” tanya Reza pada sahabatnya yang tidak lain adalah Kean.

“Hem, baru selesai.” Kean  menutup laptop yang ia gunakan untuk video confrence.

Setelah mengalami kejadian mengesalkan tadi, Kean  memilih untuk mampir ke studio musik milik sahabatnya, Reza. Ia tidak mungkin menemui kliennya dengan kondisi bau amis seperti tadi. Dan di studio musik inilah ia melakukan meeting singkatnya dengan klien secara virtual.

“Gimana ceritanya lo bisa mandi telor kayak tadi.” Tanya Reza seraya menyodorkan segelas kopi pada Kean. Wangi kopi hitam yang diseduh dengan suhu air yang pas membuat wanginya memenuhi ruangan dan sangat enak saat dihirup.

Kean  terlihat menghembuskan nafasnya kasar sesaat sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya. Menyeruput kopinya sedikit karena ia memang membutuhkan sedikit kafein untuk mereleks-kan otot sarafnya yang tegang.

“Gue gag sengaja nyerempet orang yang bawa belanjaan telor.” Ingatan Kean kembali memutar pertemuannya dengan Disa.

“Tapi, dia gag pa-pa kan?” tanya Reza dengan cepat. Ia duduk di samping sahabatnya dengan kaki kanan tersilang di atas kaki kiri.

Kean  mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Reza. “Lo bukannya nanya kondisi gue, malah nanya kondisi cewek itu.” Protes Kean  sekali lalu kembali menyesap kopi hangat di tangannya lalu menaruhnya di atas meja. Wajahnya kembali terlihat kesal, sepertinya pertemuan itu memang tidak biasa.

“Hahhaha.. Ya lo kan gue liat baik-baik aja. Yang gag gue tau kondisi orang itu. Eh bentar, lo bilang tadi cewek?” Reza mengganti poros pertanyaannya.

Kean  terangguk. “Cewek galak dan liar. Harga dirinya juga selangit!” ungkap Kean  yang membayangkan wajah Disa di pelupuk matanya. Menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dengan pikiran menerawang.

Ia masih mengingat sepasang mata yang menatapnya dengan tajam dan penuh kemarahan. Sebuah tatapan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. Biasanya wanita yang bertemu dengannya akan langsung berubah manis dengan tatapan sendu dan penuh kekaguman  begitu melihat wajah tampannya. Tapi gadis itu berbeda dan cukup mengusik pikirannya.

“Lo kepikiran dia ya? Hati-hati, di banyak drama romance, biasanya pasangan jatuh cinta karena sebelumnya tabrakan.” Ledek Reza seraya terkekeh. Wajah dingin Kean selalu bisa ia tebak, tentu saja mereka sudah bersahabat belasan tahun hingga perubahan ekspresi masing-masing pun cukup mereka kenali.

“Ck, ada-ada aja lo! Mana ada gue jatuh cinta sama cewek model begitu." bibirnya menyunggingkan senyuman sarkas. "Dan lo tau men, dia nyumpahin gue impoten segala coba. Belum aja gue bikin dia bunting!” gerutu Kean  yang membuat Reza tergelak.

“Hahhahaha.. Gila, lo di sumpahin impoten sama tuh cewek? Berani banget!”

“Iya, makanya gue bilang dia liar.”

“Tapi cakep gag?” Reza semakin antusias. Menggoda Kean dengan bertanya tentang lawan jenis, selalu cukup menghiburnya.

Kali ini Kean  menatap Reza dengan laman. Sepertinya ia berusaha mengingat wajah Disa. “Cewek kampung.” Sahutnya dengan senyum tipis di bibirnya.

Reza hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban sahabatnya. Ia tahu benar selera Kean  yang tinggi terhadap seorang wanita. Tinggi, putih, seksi dan dari kalangan berkelas. Seperti itu biasanya wanita yang dekat dengannya.

Sayangnya tidak pernah ada yang bertahan lebih dari 3 bulan sebagai pacarnya. Reza tahu benar sahabatnya yang selektif memilih pasangan. Walau pun jarang memiliki pasangan dan di kejar banyak perempuan, sepertinya Kean  tetap terlihat tenang. Ia malah lebih senang membahas satu wanita yang paling dia cintai, yaitu wanita yang ia tinggalkan di negeri orang sana.

*****

Pulang dari rumah Lita, Disa mampir ke tempat penggadaian barang di ujung jalan rumahnya. Ia berniat menggadaikan sementara kalungnya untuk mengganti uang Meri dan biaya hidupnya sebelum ia mendapat gaji dari tempat kerja barunya.

Ya, beberapa saat lalu, Rani mengatakan bahwa ia sudah menawarkan Disa untuk menggantikannya di tempat kerjanya yang baru. Banyak sekali pesan yang dititipkan Rani jika kelak ia bekerja di keluarga konglomerat tersebut.

“Disa, gajinya lumayan lah tapi nyonya di sini tuh bawel dan anak perempuannya rewel. Lo harus ekstra sabar. Terus tuan besarnya galak banget, tadi siang aja dia baru ngusir anak pertamanya keluar dari rumah. Pokonya lo kuat-kuatin deh ngadepin perang badar hampir setiap hari di rumah ini. Dan yang terpenting, jangan terlibat secara pribadi sama mereka ya!” kalimat itulah yang dipesankan Rina saat menceritakan kondisi keluarga calon mantan majikannya.

Belum masuk dibenak Disa, seperti apa bayangan keluarga yang diceritakan Rani. Yang jelas menurut Rani, hampir setiap bulan ada saja pekerja yang berhenti atau di pecat karena di anggap tidak mampu bekerja di sana.

"Sejuta enam ratus paling neng." suara pak Yusuf membuyarkan lamunan Disa.

Laki-laki paruh baya itu baru selesai menimbang dan memeriksa kalung berliontin milik Disa.

"Oh iya pak. Kasih saya tenggat waktu 2 bulan ya pak, nanti pasti saya ambil lagi." Disa masih memandangi kalung yang saat ini ada di tangan Pak Yusuf.

"Iya, boleh. Asal jangan lupa bayar bunga bulanannya. Ngomong-ngomong, kalo liontinnya mau di copot dan di bawa boleh kok. Soalnya ini bukan emas." Berusaha melepas liontin dari kalungnya.

"Jangan pak." Menahan tangan Pak yusuf saat ia menyodorkan liontin itu pada Disa. "Alasan saya harus menebus kalung ini, karena ada liontin itu. Kalo bapak ngasihin liontinnya ke saya, saya gag ada alasan untuk bekerja lebih keras dan mengumpulkan uang yang banyak." aku Disa dengan wajah sendunya.

Ia berusaha tersenyum saat Pak Yusuf menatapnya dengan penuh keheranan. Baginya liontin itu tidak bernilai apa-apa baginya tapi ternyata bagi gadis muda di hadapannya, ini sangat berarti.

"Ya sudah, bekerja yang giat supaya bisa segera menebus kalung ini."

"Iya pak, terima kasih."

Pak Yusuf menyerahkan beberapa lembar uang dengan berbagai warna dan nominal. Usaha pegadaian miliknya hanya pegadaian kecil, sehingga uang yang ia punya pun tidak merah merekah dan kaku seperti yang dikeluarkan pegadaian resmi. Namun keberadaannya cukup membantu banyak orang.

"Saya permisi dulu pak. Terima kasih." Pamit Disa yang di angguki pak Yusuf.

Ia keluar dari ruangan yang sebagian besar  didominasi oleh kaca. Sesekali ia kembali menoleh dan tersenyum samar melihat bangunan yang semakin menjauh dari langkahnya.

"Ibu, ayah, disa akan segera menebusnya." batin Disa seraya menggenggam uang di tangannya dengan erat. Untuk beberapa saat ia harus berpisah dengan satu-satunya barang peninggalan orang tuanya dan ia harus berusaha dengan keras untuk kembali mengambilnya.

Dalam langkahnya menuju rumah, Disa masih membayangkan seperti apa nanti kehidupannya di rumah yang kata Rina memiliki 8 kamar dengan luas kamar lebih dari rumahnya.

“Astaga, berarti majikannya kak rina kaya banget.” Gumam Disa dengan banyak pikiran di benaknya.

“Dari mana kamu?” Suara Meri membuyarkan semua lamunan Disa.

Saat ini Meri tengah menunggunya di depan pintu dengan tatapan yang masih menyimpan kekesalan.

“Em anu tan, Disa dari rumah bu lita, habis nyuci.” Jawab Disa yang masih tergagap.

Tangan tersilang di depan dada dengan mata bulat yang menatapnya kesal, menjadi ciri khas Meri saat ini. “Masuk! Bikin adonan donat.” Titah Meri seraya masuk ke dalam rumahnya.

Disa mengangguk patuh. Di ruang tamu sekaligus ruang keluarga, ada Damar yang tengah menikmati  makan sorenya sambil menonton film kartun favoritnya. Hanya ini yang tidak berubah dari Damar, menonton film kartu. Selebihnya, Disa sudah tidak lagi mengenali Damar yang dulu menjadi sahabatnya.

Disa mengikuti Meri ke dapur dan menerima tugasnya untuk menguleni adonan donat. Setelah mencuci tangannya, Disa segera menguleni bahan yang sudah di takar Meri.

“Tan, disa boleh ngomong gag?” tanya Disa dengan ragu pada Meri yang tengah mengoleskan telur di atas butiran nastar yang di buatnya.

“Hem..” hanya itu jawaban Meri.

Disa menghela nafasnya sebelum memulai kalimatnya. Matanya masih menatap lekat wajah Meri yang sedikit tertunduk. Ia ingin melihat perubahan ekspresi tantenya seperti apa, karena hanya dari situ Disa paham apa yang dipikirkan tantenya. “Disa mau kerja tan, jadi pelayan.” Disa memberanikan diri untuk mengutarakan maksudnya.

Meri tampak menghentikan aktivitasnya begitu juga dengan Damar. Ia bahkan mengecilkan volume televisinya.

“Dimana?” Meri masih bertanya dengan ketus.

“Di rumah mantan majikannya kak rina.” Sahut Disa dengan ragu.

“Pergilah! Kamu bisa mendapat gaji yang besar dan makan enak sepuasnya.” Lagi, Meri menimpali dengan ketus. Ia bahkan tidak menoleh sedikit pun.

Disa hanya terangguk seraya menggigit bibirnya sendiri dengan kelu. “Disa sudah tinggal hampir 5 tahun di rumah ini. Dan selama 5 tahun ini disa sangat banyak merepotkan tante. Disa harap, tante gag benci sama Disa.” Disa menoleh Meri yang tampak sibuk sendiri dengan nastarnya.

“Ya, mau gimana lagi, kamu keponakan kesayangannya mas sugih.” Sahut Meri dengan helaan nafas kasar.

“Tapi kan sekarang disa sudah bukan siapa-siapa lagi. Tante bisa saja ngusir Disa.” suara Disa terdengar parau.

“Kamu pikir saya sejahat itu?!” Meri meradang, ia melempar kuas yang sedari tadi di genggamnya. Sepertinya ia sangat kesal dengan kalimat Disa beberapa saat lalu.

“Disa tau, makanya disa mau bilang makasih. Makasih karena tante udah sayang sama disa dan disa ngerasa kalo disa masih punya ibu karena ada tante.” Disa tersenyum pilu di akhir kalimatnya dengan mata yang tampak menahan cairan bening di pelupuknya.

Meri tidak menimpali, ia memalingkan wajahnya dari Disa dan terlihat mengusap air mata yang ia coba sembunyikan.

Disa tersenyum samar, ya seperti itulah Meri, di balik sikapnya yang kasar, ada hati yang begitu besar dan hangat. “Disa sayang sama tante dan kak damar. Mungkin disa akan jarang pulang tapi disa harap tante selalu sehat.” Disa mengakhiri kalimatnya dengan lelehan air mata di pipinya yang kemerahan. Ini luapan perasaan paling mendalam yang pernah Disa utarakan.

Meri tidak berrespon sedikit pun. Ia menaruh sarung tangan plastik yang di pakainya dan bergegas pergi meninggalkan Disa sendirian tanpa sepatah kata pun. Disa tahu, Meri tengah menyembunyikan perasaannya di hadapannya.

Di kejauhan ada Damar yang memandanginya dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan. Disa hanya tersenyum tipis membalas tatapan Damar.

Kenapa melihat wajah dua orang ini selalu membuat Disa merasakan kesesakan?

****

Ada yang berbeda dengan galeri milik Nita hari ini. Galery seni yang biasanya di tempati banyak lukisan dan beberapa orang yang tengah melukis, kali ini terlihat lenggang dan tergantikan dengan banyaknya alat-alat musik yang baru tiba.

Reza tengah merapikan galery yang beralih fungsi jadi studio musik miliknya. Setelah memutuskan untuk menjadi salah satu dosen di kampus swasta terkenal, ia membuka studio musik. Selain untuk menyalurkan hobby-nya, ia pun bisa menggunakan tempat ini sebagai sarana belajar mahasiswanya kelak.

“Pak reza, ini mau di taruh dimana ya?” tanya salah seorang tukang yang membantu bebenah.

“Taruh di situ dulu. Saya liat dulu gudangnya takut penuh.” Sahut Reza yang beranjak dari tempat duduknya.

"Baik pak."

Reza pergi ke gudang yang tidak jauh dari tempatnya berada. Ada beberapa lukisan yang belum jadi dan satu set alat lukis lengkap.

“Mah, ini alat lukis siapa?” tanya Reza pada Nita yang tengah mengatur tata letak vas bunga.

Nita menghampiri Reza untuk melihat alat lukis yang dimaksud putranya.

“Oh, itu punya paradisa.” Sahut Nita saat melihat alat lukis yang tersusun rapi.

“Paradisa?” Reza mengutip nama yang disebutkan Nita. Ia mulai memperhatikan beberapa lukisan yang sudah jadi dan 2 lukisan yang belum rampung.

“Iya, dia anak yang suka ngelukis di sini. Kalo gag salah dia juga kuliah di kampus tempat kamu ngajar sekarang.” Terang Nita.

“Lukisannya bagus. Apa dia tau kalo galery ini jadi studio musik?” Reza mengusap satu lukisan yang menurutnya sangat menarik dengan inisial PS di pojok kanan bawahnya.

“Ya dia tau kalo galery ini akan jadi studio musik. Dia bilang sih, dia gag masalah kalau lukisannya mau di pajang, cuma mamah bingung harus di pajang di sebelah mana...”

“PS ini?”

“Itu inisialnya, paradisa sandhya.”

“Nama yang cantik.” Ungkap Reza yang benar-benar terpesona dengan lukisan yang ada di hadapannya.

“Ya, orangnya juga cantik dan manis. Selain itu, dia jago design. Dia sempet bikinin mamah design dua gaun yang sangat indah dan salah satunya diminta tante adela, buat dia bikin di butiknya.” Kenang Nita pada 2 skecth cantik yang ia perebutkan dengan sang adik.

Reza hanya tersenyum. Rasanya ia mulai penasaran dengan sosok yang diceritakan ibundanya. Setahu Reza, Nita sangat jarang menceritakan seseorang dengan antusias terlebih itu adalah seorang gadis. Jika kali ini Nita menceritakannya, tentu gadis tersebut bukan gadis biasa bukan?

*****

 

Hayyy buat kalian yang masih baca novel ini, makasih banyak ya...

Menjelang akhir puasa, mungkin updatenya akan sedikit telat-telat nih dan semoga pembacanya nambah supaya semangat, hehehe...

Jangan lupa like, komen dan vote yaa.. Dan selamat datang di dunia Disa dan Kean, apa Disa dan Reza? hehehe

Kita tunggu yaa Disa sama siapa.

Happy reading.

Terpopuler

Comments

Ikha Ranni

Ikha Ranni

uwaaaaa...😭

2023-09-02

0

abdan syakura

abdan syakura

Do'anya sih Disa ma Reza aja...
kykny Kean GaMon tu dr cewek di luar negeri Sono...

2023-01-29

0

Anonymous

Anonymous

Bagus banget ceritanya mudah dipahami….

2022-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!