Payung

Dua jam berlalu, hujan  belum kunjung reda sementara buku di tangannya sudah selesai ia baca. Disa beranjak menuju meja kasir yang kini di jaga anak pak Hamid.

“Udah selesai kak?” tanya gadis berusia sekitar 16 tahunan tersebut.

“Udah, berapa dek?”

Gadis tersebut tampak mengecek dan mulai mencetak billing. “Empat puluh tujuh ribu.” Sahutnya seraya menyerahkan billing tersebut pada Disa.

Disa menyerahkan selembar uang berwarna biru dan tiga lembar patimura menjadi kembaliannya.

“Makasih dek.” Sahut Disa yang segera beranjak pergi.

Di depan toko buku Disa masih mematung memandangi aliran air yang menuju selokan. Tangannya menengadah merasakan butiran air yang masih turun dari langit walau sudah tidak terlalu deras. Langit mulai gelap dan hawa dinginpun mulai terasa meremangkan bulu kuduk Disa. Disa berdigik dan merangkul tubuhnya dengan kedua tangan.

“Kamu mau pulang?” tanya sebuah suara dari arah belakang.

Disa menoleh sejenak dan kembali terpaku saat tahu siapa yang ada di hadapannya.

“Iya...” sahut Disa singkat.

“Kamu bisa pake payung saya.” Laki-laki itu menyodorkan payung lipat berwarna krem pada Disa.

“Tidak usah kak, saya akan menunggu hujan reda.” timpalnya dengan gugup.

“Hari sudah mulai sore, tidak baik anak perempuan pulang malem.” Timpal laki-laki tersebut seraya terus menyodorkan payungnya.

“Lalu, kakak sendiri?”

Laki-laki itu tersenyum melihat ekspresi kaku Disa. “Saya di jemput teman sebentar lagi. Atau kamu mau ikut sekalian?”

“Oh tidak usah, saya pinjam payungnya saja.” Tentu saja Disa masih tahu malu jika ia menerima ajakan laki-laki tersebut. Ia menerima payung tersebut dengan senyum kaku di wajahnya.

“Tidak usah di kembalikan, anggap saja sebagai ucapan terima karena kamu sudah menunjukkan ruangan dekan.” Sepertinya laki-laki tersebut sudah bisa menebak pertanyaan Disa berikutnya.

“Terima kasih kak...”

“Kamu bisa panggil saya reza. Kebetulan saya juga mengajar di kampus ini.”

“Oh maaf pak...” dengan segera Disa mengubah panggilannya. Reza hanya tersenyum melihat keterkejutan Disa.

Tak lama berselang sebuah mobil mewah berhenti di hadapan mereka.

“Saya duluan...” pamit Reza yang diangguki penuh kesungguhan oleh Disa. Ia memandangi mobil mewah berwarna orange yang pasti berharga fantastis. Tidak terbayang banyaknya digit angka yang harus dikeluarkan untuk membayar sebuah prestise.

Sepeninggal laki-laki bernama Reza tersebut, Disa tersenyum sendiri saat melihat payung yang ada di tangannya. Sangat manis dan membuat jantungnya berdebar entah untuk alasan apa.

“Terima kasih pak reza...” gumamnya dalam hati.

Rasanya ia mulai paham kenapa adegan di film india di dominasi dengan tarian di bawah hujan. Romantisme memang selalu bisa melarutkan siapa pun.

****

“Apa tante bilang, gag usah kuliah. Toh akhirnya bakal kayak gini. Lagian perempuan itu ujung-ujungnya cuma ke dapur.” Kalimat itu meluncur mulus sebagai respon pertama Meri saat mendengar kabar bahwa Disa akan di DO.

Disa melirik Damar yang sejak tadi anteng dengan ayam goreng di tangannya. Sepertinya ia tidak peduli dengan kesedihan Disa.

“Kakak macam apa!” dengus Disa dalam hatinya. Tangannya mengepal dengan kesal. Ia masih merasa kalau kakak sepupu tirinya pun memiliki andil pada kejadian ini.

Bibirnya mengerucut sebal dengan tatapan yang tidak beralih dari Damar. Dan yang di tatap, asik mengunyah tanpa rasa bersalah.

“Tapi disa mau berdiri di atas kaki disa sendiri tan. Disa mau punya pekerjaan supaya tidak menggantungkan hidup sama siapa pun.” Kali ini Disa berani menimpali.

“Emang apa salahnya dengan menjadi ibu rumah tangga? Tante aja masih bisa ngasih kamu makan kan? Banyak lagi!” cetus Meri seraya melirik piring Disa.

Disa menghentikan aksi menatap Damar. Ia melihat isi piringnya yang masih setengah utuh. Rasanya selera makannya hilang begitu saja berganti dengan derai air mata yang coba ia tahan di pelupuk matanya.

Damar hanya melirik dan menatap Disa samar. Ia mengambil kulit ayam yang sudah dikumpulkan Disa  di sisi piringnya.

“Kak, itu punya aku!” seru Disa dengan terbata. Tapi Damar tidak memperdulikannya. Ia menyuapkan ke mulutnya dengan nikmat.

“Noh makan yang ini, buat mewek semaleman butuh tenaga.” Damar menaruh ayam goreng yang tinggal sepotong di piring Disa seraya beranjak dari tempat duduknya.

“Iisshhh!!! Kak damaarrr!!” seru Disa dengan geram. Baginya Damar sangat menyebalkan.

Meri yang mendengar seruan Disa, hanya melirik kemudian melotot karena anak laki-lakinya di teriaki. Disa kembali terdiam dan mengunci rapat-rapat mulutnya. Ia menyuir ayam gorengnya dengan penuh kekesalan.

Bagaimana bisa ada orang semenyebalkan Damar dalam hidupnya?

Ternyata penderitaan cinderela itu tidak selalu berbentuk ibu dan saudara tiri perempuan. Adalah Damar yang lebih menyebalkan dari keduanya.

*****

Menghilangkan perasaan tidak menentu Damar memilih menemui teman-temannya di bengkel. Ia tiba saat Eko, pemilik bengkel nyaris  menutup rolling door bengkelnya. Damar datang dengan langkah cepat dan menahan tangan Eko.

“Woy, udah melem ini. Lo kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?” tanya Eko saat melihat Damar yang duduk di sofa belel dalam bengkel.

Damar hanya terdiam dengan tatapan dingin tertuju pada mesin mobil yang siang tadi di bongkarnya.

“Kenapa, lo berantem lagi sama ade sepupu tiri lo?” sepertinya Eko sudah sangat hafal dengan gelagat sahabatnya ini.

Tentu saja, setiap habis bertengkar dengan Disa, penampilan Damar pasti terlihat sangat kusut. Damar tipe orang yang tidak bisa mengungkapkan segala sesuatu dengan kata-kata tapi semuanya sangat terlihat dari sikap dan tatapan matanya.

“Disa hampir di DO karena masalah biaya kuliah.” Cetus Damar seraya melempar tali ban di tangannya dengan kesal.

Eko terangguk paham. Jika dulu Damar begitu senang karena di DO dari kampusnya tapi saat yang nyaris di DO adalah adik sepupunya ia terlihat sangat kacau.

“Lo jail sih suka malak dia, makanya sekarang lo ngerasa bersalah kan?” Eko menghampiri Damar dan duduk bersisihan. Damar hanya menoleh sejenak kemudian kembali membuang pandangannya.

“Lo gag usah sok tau, gue gag malak dia.” Timpal Damar dengan kesal.

“Yaaa... Gue baru tau kalo ngambil duit secara paksa dari ade lo itu bukan malak namanya.” Cibir Eko seraya menatap sahabatnya. Damar tidak menimpali, ia masih dengan kekesalannya. “Kalo Disa gag kuliah, gue nikahin aja deh ade lo yang manis itu. Pendapatan gue cukup kok buat biayain hidup gue sama dia.” Lanjut Eko yang membayangkan wajah manis Disa di pikirannya..

“Jangan ngimpi lo!” sahut Damar dengan mata menyalak.

Eko hanya terkekeh. Damar selalu bersikap berlebihan saat membahas tentang Disa sang kembang desa. Ralat, kembang komplek.

“Gue gag ngerti, lo selalu jahat sama dia, tapi gue deketin juga gag boleh. Lo kenapa sih bro? Padahal waktu SMP lo kan deket banget sama dia udah kayak surat pernyataan sama materai, baru sah kalo kalian bareng-bareng.”

“Analogi lo anjim!” timpal Damar seraya menggelengkan kepala mendengar kalimat Eko.

Eko hanya terkekeh, akhirnya ia bisa melihat sahabatnya tersenyum tipis. Damar menyandarkan tubuhnya ke pinggiran sofa. Sepertinya pikirannya melayang entah kemana.

#Flash back on

Benar, dulu Damar dan Disa memang sangat dekat. Disa adalah adik kelasnya saat SMP yang terpaut usia 1 tahun lebih muda darinya. Kalau mengingat pertemuan pertama dengan Disa, kadang Damar tersenyum sendiri.

Saat itu, guru BK tengah mengadakan razia pada anak laki-laki yang kerap tawuran dan berbuat onar termasuk Damar.

“Baris kalian di sini!” gertak Irwanto pada ke delapan belas siswa nakal di hadapannya.

Damar dan ke tujuh belas rekannya menurut saja dengan perintah Irwanto, guru BK-nya. Ia tidak merasa takut sedikit pun karena sudah menyembunyikan barang buktinya beberapa saat lalu.

Damar masih mengingat wajah gadis yang ia paksa untuk menyimpan gear motor di dalam tasnya. Kalau tidak salah, gadis itu membawa buku gambar dan crayoon di dalam dekapannya. Gadis itu sedikit syok saat tiba-tiba Damar membuka tasnya dan memasukkan gear motor tepat di depan gerbang sekolah.

“Lo simpen baik-baik jangan sampe kena razia!” pesan Damar kala itu. Gadis itu hanya terangguk dengan wajah ketakutan.

“Damar, buka tas kamu!” titah Irwanto seraya menendang tas Damar yang tergeletak di tanah pada pemiliknya.

Dengan tenang Damar membuka tasnya dan mengeluarkan semua isinya. Hanya ada sebuah buku yang belum tertulis apapun dan 2 buah ballpoint warna hitam dan biru.

Irwanto menatap tidak percaya pada isi tas Damar yang sangat minimalis. Biasanya ia akan menemukan gear motor, pisau dan rantai, khas anak yang melakukan tawuran, tapi kali ini nihil.

“Saya gag bawa apa-apa kan pak?” tutur Damar dengan seringai tipisnya. Irwanto hanya mengangguk dan pandangannya beralih pada siswa lain. Damar benar-benar selamat dan bisa kembali ke kelas. Senyum penuh kemenangan pun terkembang di bibirnya saat ia berlalu pergi dari hadapan Irwanto.

Alih-alih kembali ke kelas, Damar lebih memilih mencari gadis tadi. Ia melihat ke semua kelas. Kalau dari cara berpakaiannya, Damar yakin ia masih anak baru karena bajunya masih rapi dan putih bersih.

Setiap ruangan kelas satu ia hampiri dan mencari keberadaan Disa dan baru ia temukan saat Disa tengah berjalan dari arah perpustakaan.

“Mana barang gue?” tanya Damar seraya menengadahkan tangannya. Disa membuka resleting tasnya lalu menyerahkan gear yang ia bungkus dengan kertas.

“Kakak suka tawuran ya?” tanya Disa dengan tatapan polosnya.

“Bukan urusan lo!” Damar segera memasukkan kembali gear-nya ke dalam tas tanpa memperdulikan Disa.

Terdengar helaan kasar dari sela bibir gadis manis tersebut membuat Damar mengalihkan pandangannya.

"Ngapain lo nafas kayak gitu depan gue?" sengitnya dengan tatapan tajam.

Disa tidak beringsut. Ia malah mengendikan bahunya acuh.

“Kakak pikir tawuran itu keren?” tanya Disa dengan berani. Pertanyaannya persis seperti guru BK yang tadi mencegatnya. Damar hanya menatap tanpa menimpali. “Pernah gag kakak mikir kalau orang tua kita yang bekerja keras siang dan malam untuk membiayai sekolah kita sedang mengharapkan anaknya menjadi orang yang sukses?” pertanyaan Disa kali ini terdengar menjengkelkan bagi Damar.

“Mereka berkeringat, lupa capek, lupa makan bahkan mungkin tidak cukup tidur hanya untuk memastikan kebutuhan sekolah anaknya terpenuhi. Tapi ternyata anak yang dia harapkan malah melakukan hal-hal tidak berguna seperti ini. Apa jadinya kalau mereka tau?” Disa menatap Damar dengan lekat.

Sepasang mata kecoklatan itu terlihat polos namun terasa mengintimidasi Damar yang balik menatapnya.

“Lo ngancam gue?”

Disa hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. “Aku hanya mengingatkan karena kita sama-sama pelajar dan sama-sama harapan orang tua kita.” Timpal Disa yang kemudian berlalu pergi.

Damar masih terpaku di tempatnya. Ia memandangi gadis bertubuh kurus itu berlalu pergi. Entah mengapa perkataan gadis itu sangat membekas di ingatannya bahkan hingga ia pulang ke rumah dan mendapati Meri, ibunya tengah berjibaku melayani permintaan pembeli.

Meri begitu bekerja keras karena ia seorang single parent. Celemek belel tidak pernah lepas dari tubuhnya. Wajahnya yang terlihat lelah dengan tetesan keringat yang Meri usap kasar terasa semakin memperjelas ingatannya tentang ucapan Disa.

Ia mulai memikirkan apa yang dikatakan Disa. Setiap hari ia ke sekolah dan memperhatikan gadis itu dari kejauhan. Sang kutu buku yang membuatnya gemas sendiri. Dan sejak saat itu Damar dan Disa menjadi teman dekat. Benar yang dikatakan Eko, Damar dan Disa seperti surat pernyataan dan materai. Analogi yang absurb  tapi sepertinya memang seperti itulah mereka.

Tidak sah, jika tidak bersama-sama. Lalu, bisakah hal itu di ulang?

******

 

 

Terpopuler

Comments

Moonlight

Moonlight

cinta segi3 ni kayak y nnt

2021-11-15

0

dear no one

dear no one

hmmm alamat marathon baca novel ini

2021-10-03

2

Chybie Abi MoetZiy

Chybie Abi MoetZiy

oalaaaahh...,. ternyata.!!!!!
truz knp skrng kyk yg musuhan. . apa krna om nya disa nikah dm mama nya ya..???
inisih kayak yg ad hati tp gengsi c damar nya...
#lanjutbacalagi

2021-07-09

0

lihat semua
Episodes
1 Winnie the pooh
2 Cicitan burung
3 Kampus
4 Payung
5 Mobil mewah
6 Astaga Disa!!!
7 Cewek galak dan Liar
8 Pagar tinggi
9 Jenar
10 kak damar
11 Tugas baru
12 Pasar
13 Galeri
14 Rumah tuan muda
15 Rumah lama rasa baru
16 Sendok emas
17 Tanpa apresiasi
18 Pesan tuan muda
19 Sarapan bubur
20 Ayam tepung
21 Malam Minggu
22 Kenapa harus dia?
23 Kantor polisi
24 Pertengkaran keluarga
25 Anak kambing baru lahir
26 Mini dress warna peach
27 Biksu
28 Appetizer, main course sama dessert
29 I've been married
30 Who are they?
31 Permisi
32 Meet up
33 CCTV Hidup
34 Princes
35 Best friend forever and ever
36 Tekanan mental
37 jam 6
38 Menginap
39 YA SAYA!!!
40 Ira dan Tantri
41 Kesepian
42 Sarapan bersama
43 Kejadian tidak terduga
44 Trauma di masa lalu
45 Libur tlah Tiba
46 Berkunjung ke galery seni
47 Kak reza
48 Kunjungan tidak diharapkan
49 Lomba Desain untuk pemula
50 3 Pesan
51 Hari yang baik
52 Tuan Marcel
53 Memikirkan wanita yang sama
54 Cita-cita kita
55 Tempat tujuan kita sama
56 Pantai Part 1
57 Pantai Part 2
58 Menambahkan daftar teman
59 Ikut Ke Pasar
60 Rumah sakit
61 Mengurus dan menjaga tuan muda
62 Ganti perban saya
63 Apa yang dia rasakan?
64 Tamu di pagi hari
65 Prioritas
66 Tersisih
67 Tidak karuan
68 Masuk ke dalam lorong yang gelap
69 Makan siang rasa tak biasa
70 Andai saja bisa jujur sekarang
71 Selamat bersenang-senang.
72 Saat terbangun di suatu pagi
73 Nyusul
74 Hadiah atau pengganti?
75 Berbau
76 Makan siang bersama sang model
77 Kesedihan Kean
78 Mural untuk tuan muda
79 Batas keberanian
80 Berpose
81 Anak bunda yang baik
82 Tamu tidak di undang
83 Cue ball
84 Dasar Damong!
85 Relationshit!
86 Alunan emosi
87 Yang di nanti
88 My Lady
89 Saling menguatkan
90 Negosiasi
91 Cerita di masa lalu
92 Saat dia menghampiriku
93 Semut-semut merah
94 Putri selir
95 Tangis dan tawa
96 Bullying
97 Doktrin paradisa
98 Menarik batas
99 We know you are strong!!!
100 Bunda,
101 Nama panggilan
102 Transaksi kewajiban
103 Nyaris tenggelam dalam arus
104 Olah raga bersama
105 Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106 Permohonan seorang anak
107 Bahagia yang menular
108 Kondangan
109 Sang pewaris
110 Manipulasi pikiran
111 Mannequin koran
112 Kompromi
113 Mengukur tubuh
114 Harus memilih
115 Berdansa
116 Berusaha terlihat layak
117 Apa yang dia pikirkan?
118 Jangan terlalu baik
119 Peringatan
120 Aku hanya tau, aku harus pulang
121 "Aku menyesal."
122 Sim salabim
123 Maaf
124 Strawberrynya sampai ke hati
125 Tatapan maut
126 Terpeluk
127 Terjebak dalam labirin
128 Menghadapi Tuan besar
129 Kecanggungan
130 Selamat malam keluarga singa
131 I like monday as much as i like you
132 Deringan telpon di waktu yang tepat
133 Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134 Pesan bi Imas
135 Overall kebesaran
136 Panggilan penting
137 Sebagai damong terhadap sandhy
138 Negosiasi baru
139 Meski harus mengambil resiko
140 Penolakan
141 Hadiah berkesan
142 Kejutan pagi
143 Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144 Usaha meyakinkan lawan
145 Man to man
146 Introgasi mamah
147 Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148 Menghadapi rasa takut
149 Mirror
150 Pagi yang gamang
151 Kemalangan yang bersamaan
152 Saat harus melangkah pergi
153 Malam yang berat
154 Ikhlas tersulit
155 Kosong
156 Mengatur strategi permainan
157 Dreamsketch
158 Percaya pada kemampuan
159 Psyche?
160 Semakin merindukanmu
161 Cangkir penyemangat
162 Karya dan sumber inspirasi
163 Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164 Rasa bersalah
165 Kesendirian
166 Tentang masa lalu
167 Andai bisa abai...
168 Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169 Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170 Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171 Rencana tidak terduga
172 Saat wanita harus membuat keputusan
173 Pesan penting tante Mery
174 Kebaikan yang berlebihan
175 Tuan muda VS Pecel
176 Perasaan yang masih sama
177 Sayap sang model
178 Usaha tidak mengkhianati hasil
179 Yang akan menikah siapa?
180 Psyche and Cupid
181 Cemburu tapi gengsi
182 Ajakan tiba-tiba
183 Siluete membawa emosi
184 Dua kesalahan
185 Aa dan teteh
186 Bertemu tuan besar
187 Tidak perlu berharap
188 Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189 Jangan membuatku menunggu
190 Sedikit melemah
191 Paginya pengantin baru
192 Sarapan untuk suami
193 Hadiah dari mamah
194 Nasep Familly
195 Rasa sesal
196 Serba baru
197 Yogyakarta
198 Sebuah kisah
199 Danau part 1
200 Danau Part 2
201 Yang tertunda
202 Memulai yang sudah lama harus dimulai
203 Gangguan pagi-pagi
204 Pesan dari tante Liana
205 Bapak Kean
206 Membuat pilihan
207 Kesempatan lain
208 CD
209 Kekecewaan yang lebih
210 Bisakah egois sekali lagi?
211 Akupun bisa merasakan sakit
212 Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213 Mengembalikan kepercayaan
214 Benarkah sumpah itu?
215 Semuanya hanya berusaha
216 Mempertahankan hubungan
217 Pukulan serius
218 Tidak hanya senang tapi tenang
219 Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220 Malam yang indah untuk di lewati bersama
221 Sarapan Roti Crispy
222 Ajakan Clara
223 Kejutan tuan muda
224 Nasi padang kenyal
225 Melukis mimpi bersama clara
226 Sambutan untuk sebuah kepulangan
227 Tidak ingin lagi ditinggalkan
228 Menikmati waktu bersama
229 Kericuhan duo Hardjoyo
230 Dear dady,
231 Time flies
232 Menjelang fashion show
233 Belum siap kehilangan
234 Sendirian
235 Jangan selalu merasa baik-baik saja
236 Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237 Peragaan busana
238 Perkara nama
239 Langkah baru
240 Ketika kita di masa itu,
241 Fit and proper test
242 Bisakah hubungan ini bertahan
243 Permintaan maaf
244 Melewati malam penuh pertanyaan
245 One step closer
246 Kejutan dari sahabat
247 Menyelesaikan kesalahpahaman
248 “With love, Paradisa Sandhya.”
249 Sayonara
250 Otor menyapaaaa
251 Comming up gais!!!
252 Kecemasan seorang anak
253 Menjadi Dia
254 Ranjang Dingin Ibu Tiri
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Winnie the pooh
2
Cicitan burung
3
Kampus
4
Payung
5
Mobil mewah
6
Astaga Disa!!!
7
Cewek galak dan Liar
8
Pagar tinggi
9
Jenar
10
kak damar
11
Tugas baru
12
Pasar
13
Galeri
14
Rumah tuan muda
15
Rumah lama rasa baru
16
Sendok emas
17
Tanpa apresiasi
18
Pesan tuan muda
19
Sarapan bubur
20
Ayam tepung
21
Malam Minggu
22
Kenapa harus dia?
23
Kantor polisi
24
Pertengkaran keluarga
25
Anak kambing baru lahir
26
Mini dress warna peach
27
Biksu
28
Appetizer, main course sama dessert
29
I've been married
30
Who are they?
31
Permisi
32
Meet up
33
CCTV Hidup
34
Princes
35
Best friend forever and ever
36
Tekanan mental
37
jam 6
38
Menginap
39
YA SAYA!!!
40
Ira dan Tantri
41
Kesepian
42
Sarapan bersama
43
Kejadian tidak terduga
44
Trauma di masa lalu
45
Libur tlah Tiba
46
Berkunjung ke galery seni
47
Kak reza
48
Kunjungan tidak diharapkan
49
Lomba Desain untuk pemula
50
3 Pesan
51
Hari yang baik
52
Tuan Marcel
53
Memikirkan wanita yang sama
54
Cita-cita kita
55
Tempat tujuan kita sama
56
Pantai Part 1
57
Pantai Part 2
58
Menambahkan daftar teman
59
Ikut Ke Pasar
60
Rumah sakit
61
Mengurus dan menjaga tuan muda
62
Ganti perban saya
63
Apa yang dia rasakan?
64
Tamu di pagi hari
65
Prioritas
66
Tersisih
67
Tidak karuan
68
Masuk ke dalam lorong yang gelap
69
Makan siang rasa tak biasa
70
Andai saja bisa jujur sekarang
71
Selamat bersenang-senang.
72
Saat terbangun di suatu pagi
73
Nyusul
74
Hadiah atau pengganti?
75
Berbau
76
Makan siang bersama sang model
77
Kesedihan Kean
78
Mural untuk tuan muda
79
Batas keberanian
80
Berpose
81
Anak bunda yang baik
82
Tamu tidak di undang
83
Cue ball
84
Dasar Damong!
85
Relationshit!
86
Alunan emosi
87
Yang di nanti
88
My Lady
89
Saling menguatkan
90
Negosiasi
91
Cerita di masa lalu
92
Saat dia menghampiriku
93
Semut-semut merah
94
Putri selir
95
Tangis dan tawa
96
Bullying
97
Doktrin paradisa
98
Menarik batas
99
We know you are strong!!!
100
Bunda,
101
Nama panggilan
102
Transaksi kewajiban
103
Nyaris tenggelam dalam arus
104
Olah raga bersama
105
Tidak ada kehilangan yang lebih baik
106
Permohonan seorang anak
107
Bahagia yang menular
108
Kondangan
109
Sang pewaris
110
Manipulasi pikiran
111
Mannequin koran
112
Kompromi
113
Mengukur tubuh
114
Harus memilih
115
Berdansa
116
Berusaha terlihat layak
117
Apa yang dia pikirkan?
118
Jangan terlalu baik
119
Peringatan
120
Aku hanya tau, aku harus pulang
121
"Aku menyesal."
122
Sim salabim
123
Maaf
124
Strawberrynya sampai ke hati
125
Tatapan maut
126
Terpeluk
127
Terjebak dalam labirin
128
Menghadapi Tuan besar
129
Kecanggungan
130
Selamat malam keluarga singa
131
I like monday as much as i like you
132
Deringan telpon di waktu yang tepat
133
Saya tidak mencuri dan kamu tidak menolak
134
Pesan bi Imas
135
Overall kebesaran
136
Panggilan penting
137
Sebagai damong terhadap sandhy
138
Negosiasi baru
139
Meski harus mengambil resiko
140
Penolakan
141
Hadiah berkesan
142
Kejutan pagi
143
Kekayaan, bukan bagian yang harus di pertahankan.
144
Usaha meyakinkan lawan
145
Man to man
146
Introgasi mamah
147
Bisakah semuanya lebih baik-baik saja?
148
Menghadapi rasa takut
149
Mirror
150
Pagi yang gamang
151
Kemalangan yang bersamaan
152
Saat harus melangkah pergi
153
Malam yang berat
154
Ikhlas tersulit
155
Kosong
156
Mengatur strategi permainan
157
Dreamsketch
158
Percaya pada kemampuan
159
Psyche?
160
Semakin merindukanmu
161
Cangkir penyemangat
162
Karya dan sumber inspirasi
163
Jangan membangunkan singa yang sedang tidur
164
Rasa bersalah
165
Kesendirian
166
Tentang masa lalu
167
Andai bisa abai...
168
Pernah menjadi satu-satunya tidak berarti akan menjadi selamanya
169
Kakiku tahu kemana arah yang harus ia tuju
170
Semudah itu datang dan semudah itu pula memilih pergi
171
Rencana tidak terduga
172
Saat wanita harus membuat keputusan
173
Pesan penting tante Mery
174
Kebaikan yang berlebihan
175
Tuan muda VS Pecel
176
Perasaan yang masih sama
177
Sayap sang model
178
Usaha tidak mengkhianati hasil
179
Yang akan menikah siapa?
180
Psyche and Cupid
181
Cemburu tapi gengsi
182
Ajakan tiba-tiba
183
Siluete membawa emosi
184
Dua kesalahan
185
Aa dan teteh
186
Bertemu tuan besar
187
Tidak perlu berharap
188
Cukup pikirkan aku saja, jangan yang lain
189
Jangan membuatku menunggu
190
Sedikit melemah
191
Paginya pengantin baru
192
Sarapan untuk suami
193
Hadiah dari mamah
194
Nasep Familly
195
Rasa sesal
196
Serba baru
197
Yogyakarta
198
Sebuah kisah
199
Danau part 1
200
Danau Part 2
201
Yang tertunda
202
Memulai yang sudah lama harus dimulai
203
Gangguan pagi-pagi
204
Pesan dari tante Liana
205
Bapak Kean
206
Membuat pilihan
207
Kesempatan lain
208
CD
209
Kekecewaan yang lebih
210
Bisakah egois sekali lagi?
211
Akupun bisa merasakan sakit
212
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
213
Mengembalikan kepercayaan
214
Benarkah sumpah itu?
215
Semuanya hanya berusaha
216
Mempertahankan hubungan
217
Pukulan serius
218
Tidak hanya senang tapi tenang
219
Seperti inilah seharusnya rasa tenang saat melabuhkan hati pada hati yang tepat.
220
Malam yang indah untuk di lewati bersama
221
Sarapan Roti Crispy
222
Ajakan Clara
223
Kejutan tuan muda
224
Nasi padang kenyal
225
Melukis mimpi bersama clara
226
Sambutan untuk sebuah kepulangan
227
Tidak ingin lagi ditinggalkan
228
Menikmati waktu bersama
229
Kericuhan duo Hardjoyo
230
Dear dady,
231
Time flies
232
Menjelang fashion show
233
Belum siap kehilangan
234
Sendirian
235
Jangan selalu merasa baik-baik saja
236
Jangan selalu merasa baik-baik saja 2
237
Peragaan busana
238
Perkara nama
239
Langkah baru
240
Ketika kita di masa itu,
241
Fit and proper test
242
Bisakah hubungan ini bertahan
243
Permintaan maaf
244
Melewati malam penuh pertanyaan
245
One step closer
246
Kejutan dari sahabat
247
Menyelesaikan kesalahpahaman
248
“With love, Paradisa Sandhya.”
249
Sayonara
250
Otor menyapaaaa
251
Comming up gais!!!
252
Kecemasan seorang anak
253
Menjadi Dia
254
Ranjang Dingin Ibu Tiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!